Meskipun sudah tersingkir dari Piala AFF dengan hasil yang mungkin dibilang mengecewakan bagi publik sepakbola kita, namun ada sedikit catatan dari skuad kali ini. Selain tentunya dihuni para pemain dengan wajah-wajah baru ( tidak perlu disebutkan alasannya
), sebagian pemain disini itungannya masih terbilang muda-muda. Dan bukan tidak mungkin kalau beberapa tahun tahun lagi kematangan mereka akan membawa Indonesia mampu berbicara banyak di kancah Internasional.
Salah satu sosok yang yang mungkin jadi perhatian adalah, Fachrudin, centre back yang juga berpawakan lumayan gagah di jantung pertahanan kita.
Pada pertandingan melawan Singapura kemarin, selain gol indah dari AV 10, ada satu lagi yang menjadi kunci kemenangan Garuda Merah Putih. Seperti yang ditulis di
http://www.bolanews.com/read/sepakbo...ah-Putih.html,lini belakang yang kokoh menjadi salah satu resep ampuh menangkal keganasan penyerang-penyerang Singapura. Ada dua sosok tinggi besar yang berada di jantung pertahanan Indonesia, Wahyu Wiji Astanto dan Fachrudin.
Nama yang kedua mungkin masih asing bagi sebagian besar pecinta sepakbola Indonesia, namun tidak bagi public sepakbola Yogyakarta, khususnya Sleman. Ya, Fachrudin adalah Il Capitano PSS Sleman musim 2011/2012 yang lalu. Fachrudin sempat dipanggil masuk timnas kala menghadapi Filipina di Manila. Namanya kembali mencuat pada fase persiapan menjelang Piala AFF 2012. Dalam sesi latihan, ia sempat dipasangkan dengan Wahyu Tanto di lini belakang. Dan kini, namanya marak diperbincangkan karena duetnya dengan Wahyu Tanto, ditambah ketenangannya menjaga lini belakang timnas, Shahril Ishak dan Alexander Duric yang menjebol gawang Malaysia di pertandingan sebelumnya dibuat tidak berdaya.
Sedikit kilas balik, sekitar bulan April/Mei tahun 2008, PSS Sleman mengadakan seleksi pemain untuk menghadapi musim kompetisi 2008/2009. Dalam seleksi yang dipimpin oleh “calon pelatih PSS Sleman”, Iwan Setiawan, para pemain seleksi berujicoba menghadapi PSS U-23. Ada momen special saat turun minum, ketika seorang pemain PSS U-23 yang sepanjang babak pertama bermain cukup menonjol, dipanggil oleh Iwan Setiawan dan diminta untuk berganti kostum PSS senior. Pemain yang diminta untuk berganti kostum itulah Fachrudin Wahyu Aryanto, yang sekarang mengenakan kostum nomor punggung 6 di timnas Merah Putih. Nama pemain yang berasal dari klub Angkasa Pura itu belum dikenal oleh public Sleman sekalipun. Menjelang musim kompetisi bergulir, Iwan Setiawan dan beberapa pemain yang ia bawa meninggalkan PSS Sleman karena PSS Sleman dikabarkan mengalami kesulitan financial. Fahrudin, yang berasal dari Klaten, tetap bertahan di tim. Begitu pula ketika pertengahan musim 2008/2009 terjadi lagi eksodus besar-besaran pelatih dan pemain PSS Sleman akibat krisis financial. Fachrudin tetap bertahan di tim dan ikut menggalang pertahanan PSS bersama Peter Lipede.
Musim berikutnya, seiring performa PSS yang tenggelam di papan bawah, nama Fachrudin juga ikut tenggelam. Meski demikian, ia tetap konsisten menjaga pertahanan PSS Sleman. Beberapa kali Fachrudin dikabarkan akan meninggalkan PSS Sleman. Menjelang musim 2010/2011, Fachrudin dikabarkan digoda oleh Iwan Setiawan yang melatih Persih Tembilahan. Tidak dapat dipungkiri, Iwan Setiawan-lah yang menemukan bakat seorang Fachrudin. Namun di musim tersebut ia tetap bertahan. Pada musim sebelumnya, Fachrudin juga sempat bimbang untuk melanjutkan karir sepakbolanya. Ia terdaftar pula sebagai siswa Akademi Angkatan Udara (AAU), profesi yang jelas jauh lebih menjanjikan dibandingkan pemain sepakbola. Namun, ia tetap memilih karir sebagai pemain sepakbola professional.
Puncak penampilan apiknya terjadi di musim 2011/2012. Bersama Bruno Casmir, Fachrudin menjadi benteng yang kokoh bagi pertahanan PSS Sleman. Ia pun menyandang ban kapten, setelah kapten sebelumnya, Agus Purwoko, mengalami cedera panjang. Penampilan apiknya sepanjang musim inilah yang membuat Il Capitano, julukan public Sleman bagi Fachrudin, dipanggil masuk ke timnas. Ia sempat mengikuti seleksi timnas (untuk SEA Games kalau tidak salah), namun gagal lolos. Dan pada era kepelatihan Nil Maizar, Fachrudin akhirnya dipanggil masuk pelatnas untuk pertandingan menghadapi Filipina di Manila. Usai melakoni pertandingan terakhir melawan Persepar Palangkaraya, Fachrudin tidak langsung kembali ke Sleman, melainkan langsung berangkat ke Jakarta.
Fachrudin tampaknya tetap akan menjadi andalan timnas, terutama jika salah satu dari Hamdi Ramdhan maupun Wahyu Tanto absen. Dan konsekuensi dari penampilannya bersama timnas adalah ia akan menjadi pemain yang semakin diburu oleh klub-klub besar. Persibo dikabarkan sudah menggoda Fachrudin untuk bergabung. Begitu pula Persiba Bantul yang terang-terangan sudah menyebut namanya sebagai target yang diincar. Sebagai pendukung PSS Sleman, penulis tentunya berharap-harap cemas. Fachrudin adalah separuh nyawa PSS Sleman, tanpa mengecilkan arti pemain yang lain. Melihat perjalanan karirnya yang sering dihadapkan pada persimpangan jalan, tidak adil rasanya jika kesempatannya untuk mengembangkan karir bersama klub yang lebih besar dihalang-halangi. Jadi, satu-satunya yang bisa dilakukan oleh pendukung PSS Sleman adalah berharap-harap cemas. Pendukung PSS Sleman akan sangat senang jika Fachrudin bertahan, apalagi ia juga tergolong pemain yang sangat loyal kepada PSS Sleman. Namun pendukung PSS Sleman juga akan merasa sangat bangga manakala namanya melejit dan menjadi rebutan klub-klub besar. Jika Fachrudin bertahan, rasanya pantas jika kelak ia disejajarkan dengan Paolo Maldini yang setia bermain bersama AC Milan. Jikapun hengkang, itu akan memotivasi pemain-pemain muda di Sleman untuk mengikuti jejak Il Capitano. Publik Sleman akan melepasnya dengan perasaan bangga, karena Il Capitano pernah menjadi bagian dari sejarah PSS Sleman.
Sumber :
http://olahraga.kompasiana.com/bola/...in-512128.html