MESKIPUN tidak sebesar PT PELNI, perusahaan BUMN di bidang bahari, usaha putra daerah Pekalongan bernama Agus Triharsito (kakak) dan Joko Munfiarno (adik) tersebut patut diacungi .

“Berdirinya sekitar tiga tahun lalu, yakni pada 2010. Alhamdulillah, kami tidak berutang saat mendirikan PT Barokah Marine,” kata Joko Munfiarno di kawasan Industri Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Jalan Sekuning 2, Krapyak Lor, Kota Pekalongan, belum lama ini.

Joko menjelaskan, perusahaannya saat ini khusus membuat kapal tongkang berukuran 55 meter x 17 meter dan kapal kargo berukuran 42 meter x 8 meter. Proses pembuatan per kapal pun relatif cepat, cukup tiga bulan.

Pekerjaannya tidak sekadar membuat rangka kapal, tetapi mendesain, memasang instalasi, mengecat, hingga mengirim ke pemesan. Harganya pun tidak main-main. Untuk satu kapal, ia mematok Rp 2,5 miliar. Tidak ada perbedaan harga, baik untuk kapal tongkang maupun kargo.

“Istilahnya, kami ini pemborong. Untuk baja, disediakan oleh pemesan, mengingat harganya cukup mahal,” tutur Joko sembari mengawasi pekerjaan anak buahnya.

Ya, ada perbedaan posisi di perusahaan keluarga itu. Untuk urusan mencari pesanan, yang bertanggung jawab adalah Agus. Sementara urusan lapangan, (pembangunan, Red) adalah urusan Joko.

Saat ini, jumlah pekerja ada 120 orang, menggunakan sistem penggajian mingguan.

Untung yang didapatkan setiap pemesanan kapal tongkang tidak sedikit. Keuntungan terkadang bisa mencapai Rp 1 miliar. Tetapi, uang itulah yang kemudian diputar untuk dijadikan modal lagi agar perusahaan tetap bisa berjalan.

Walaupun hanya perusahaan keluarga, Joko mengaku hanya mengambil gaji sesuai kebutuhan. Semisal, Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per minggu. Begitu pula dengan kakaknya. Kalaupun ada pengeluaran, pasti ada pertanggungjawaban penggunaan uang.

"Selain membuat, kami juga menerima perbaikan kapal,” ujarnya


Proses berdirinya PT Barokah Marine ternyata butuh perjuangan. Joko bercerita perjalanannya dimulai sejak lulus dari DIV Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro pada 1996.

Setelah lulus, ia menyusul kakaknya bekerja di galangan kapal yang ada di Jakarta. Di sana, ia bekerja hingga 2005. Di tengah pekerjaannya, ia dan kakaknya terpikir untuk kembali ke kampung halamannya, membangun daerahnya bersama teman-teman.

Gaji bulanan pun mereka tinggalkan. Awal berdiri, pesanan masih sepi. Bahkan, ketika keuangan perusahaan goyang, banyak rekannya yang mengundurkan diri. Namun, Ia dan kakaknya masih bertekad untuk melanjutkan usahanya itu.

Hasilnya, pada sekitar 2010, ia menerima pesanan kapal kargo pertama. Semenjak itulah, ekonomi perusahaannya mulai naik. Tidak lama, ia mendapat pesanan 10 kapal tongkang dari perusahaan PT Berdikari Pondasi Perkasa di Jakarta.

“Sudah selesai lima, ternyata sisanya dirusuh pending dulu. Mereka menambah pesanan lagi kapal tongkang jenis jack up untuk proyek pembangunan PLTU,” katanya.

Usaha mereka tidak sia-sia. Saat ini, keduanya bisa dikatakan menjadi pengusaha nomor satu di Pekalongan. Meskipun di kota tetangga ada juga galangan kapal di bawah PT Pelindo III dan beberapa perusahaan lain, ia menjamin perusahaan tidak pernah sepi pesanan.

Selain membangun perusahaan berkelas nasional di Pekalongan, ia tidak melupakan almamaternya. Ia banyak merekrut alumnus Undip ataupun putra daerah sebagai pekerjanya.

“Sejak kami berproduksi di sini, pelabuhan Kota Pekalongan menjadi ramai,” ucapnya lalu tertawa.

Terpisah, pakar ekonomi Undip, FX Sugiyanto, mengatakan, potensi industri di bidang kelautan atau perikanan di Indonesia, khususnya Jawa Tengah, masih sangat besar. Banyak yang bisa menjadi sukses jika menjadi pengusaha di industri itu.

"Yang pasti, potensi industri kelautan ataupun perikanan masih sangat besar. Di sisi lain, risikonya juga besar, karena industri ini sering bergantung kepada musim," jelasnya.

sumber