Assalamualaikum wrwb
Sebelumnya ane mau apresiasikan trit ini untuk BloraTanah Kelahiran ane dan juga teman-teman, sanak, sepuh, RL dan Momod di Kaskus Regional Bengkulu Khususnya di FORSUP Reg.Bengkulu yang telah memberikan semangat juang dalam ngaskus
Pengertian Wisata Ziarah
Quote:
Menurut Evi Rachmawati (2010), dalam terminologi Arab, Perjalanan atau wisata diistilahkan sebagai As-safar atau Az-ziyarah, jadi wisata ziarah merupakan sebuah bentuk kunjungan ritual dan dilakukan ke makam dan masjid bersejarah. Dari prosesnya, wisata ziarah juga dipahami sebagai perjalanan batin seseorang, sehingga memiliki ikatan emosi dan kontempolasi tinggi.
Selain itu pengertian Wisata ziarah dalam buku wisata religi merupakan bagian dari aktivitas wisata religi, merupakan tempat atau lokasi ziarah yang memiliki kekayaan dan kepentingan historis, artistik dan spiritual / rohani, dan mampu menarik ribuan wisatawan setiap tahun. Ketenangan, kesunyian dan kesyahduan yang menenteramkan dirasakan ketika seseorang menziarahi tempat-tempat yang berupa makam pemuka agama, penguasa, atau tokoh – tokoh yang disegani yang dianggap dapat membangkitkan religiusitasnya.
Ziarah Makam Di Blora
Spoiler for MAKAM BUPATI BLORA TEMPO DULU:
Makam Bupati Blora tempo dulu terletak di Desa Ngadipurwo Kecamatan Blora + 7 Km. ke arah Utara kota Blora. Dilokasi ini terdapat 8 (delapan) makam Bupati tempo dulu yang pernah menjabat di Kabupaten Blora dari Tahun 1762-1925. Untuk mengenang jasa-jasanya setiap tahun diadakan upacara ziarah yang berkaitan dengan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blora pada tanggal 11 Desamber. Adapun Bupati yang dimakamkan di Makam Ngadipurwo adalah: R.T. JAYENG TIRTONOTO, yaitu Bupati Blora Timur yang memerintah Tahun 1762-1782 pada masa Bupati kembar, yaitu R. WILOTIKTO di Blora Barat, tetapi kemudian R.T. WILOTIKTO menyerahkan kekuasaannya kepada R.T. JAYENG TIRTONOTO karena R. WILOTIKTO dipindahkan oleh ayahandanya di Kabupaten Pati. Dengan demikian sejak saat itu R.T. JAYENG TIRTONOTO memrintah sepenuhnya di Kabupaten Blora R.T. PRAWIROYUDO, yaitu Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1821-1823 R.T. WIRTONEGORO III, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1823-1842 Bupati JOYONEGORO ( putra Bupati Bojonegoro) R.M.T.A. COKRONEGORO I, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1842 ( hanya 7 Bulan) R.M.T.A. COKRONEGORO, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1857-1885 R.M.T.A. COKRONEGORO III, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1886-1908 R.M. SAID ABDUL KODIR, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1908-1925.
Spoiler for MAKAM SUNAN POJOK:
Makam Sunan Pojok terletak di jantung Kota Blora, tempatnya di sebelah Selatan alon-alon Kota Blora. Dari data yang diperoleh bahwa makam Sunan Pojok adalah makam SUROBAHU ABDUL ROHIM, ia adalah seorang Perwira di Mataram yang telah berhasil memadamkan kerusuhan di pesisir utara ( Tuban). Sekembalinya dari Tuban jatuh sakit dan meninggal dunia di Desa POJOK ( Blora ). Pangeran SUROBAHU ABDUL ROHIM dikenal pula dengan sebutan Pangeran Pojok, makam tersebut sampai sekarang masih dipelihara dan dihormati oleh masyarakat. Kemudian karen jasanya , maka puteranya yang bernama JAYA DIPA diangkat menjadi Bupati Blora yang pertama ( dinasti Surobahu Abdul Rohom ), setelah wafat digantikan putranya JAYA WIRYA, kemudian JAYA KUSUMA yang keduanya setelah wafat dimakamkan di lokasi makam Pangeran Pojok Kauman. Makam ini sering dikunjungi oleh masyarakat dalam dan luar kota terutama malam Jumat Pon, dan pada Bulan Suro diadakan Khol yang dihadiri peziarah dari berbagai wilayah di Blora.
Spoiler for MAKAM KH.ABDUL KOHAR:
Makam K.H. ABDUL KOHAR, terletak di Desa Ngampel Kecamatan Blora + 10 Km kearah Utara Kota Blora ( jurusan Blora - Rembang ). K.H. ABDUL KOHAR adalah keturunan dari Kasultanan Demak, yaitu RADEN TRENGGONO. Semasa hidupnya K.H. Abdul Kohar selalu mengembara untuk memperdalam ilmu Agama Islam, akan tetapi setelah bertemu dengan Kyai NOOR FEQIEH disarankan supaya menetap disuatu tempat, yang akhirnya menetap,di Desa Ngampel dengan memulai babat hutan, mendirikan Masjid, Pondok Pesantren dan lain-lain. K.H. Abdul Kohar akhirnya meninggal dan dimakamkan di Desa Ngampel dan sampai sekarang selalu diperingati setiap tanggal 15 Suro Tahun Jawa.