Dua kali beruntun memenangi Piala Dunia membuat Italia menjadi kekuatan sepakbola pada medio 1930-an. Dibawah kejeniusan pelatih Vittorio Pozzo dengan sistemnya, 'metodo' dan 'sistema', Italia disulap menjadi tim yang efektif. Giuseppe Meazza dan Silvio Piola berperan besar dalam permainan timnas Italia pada masa itu.

Sebuah tim yang sukses melewati semusim tanpa mengalami kekalahan berhak berada di daftar ini, dan itulah yang Arsenal dapatkan. Pemain-pemain seperti Henry, Ljungberg, dan Pires adalah trio yang memberi ketakutan bagi tim-tim lain di Inggris. Mereka menikmati 49 pertandingan tanpa kekalahan di Premier League, sebelum terhenti di Old Trafford 2004. Juventus sepertinya siap berada dalam daftar ini jika mampu melampaui pencapaian Arsenal.

Tim ini mengesankan banyak penikmat sepakbola dan banyak yang memprediksi Brazil akan kembali ke masa kejayaan mereka seperti pada tahun 1958, 1962 dan 1970. Namun mereka gagal menambah trofi keempat di Piala Dunia 1982, meskipun menjadi salah satu favorit di turnamen. Zico, Socrates dan Falcao kalah di final dari Italia berkat penampilan heroik Paolo Rossi sepanjang turnamen.

Bagaimana bisa timnas Belanda tidak memenangkan Piala Dunia 1970? Tidak ada yang bisa menjawab. Revolusi taktik sepakbola “Total Football” dengan Johan Cruyff sebagai motornya seharusnya merupakan taktik yang sempurna. Mereka sanggup mencapai 2 kali final Piala Dunia, namun kalah masing-masing dari Argentina dan Jerman Barat.

Diperkuat dua bomber yang sangat subur, Alfredo di Stefano dan Ferenc Puskas, Real Madrid membantai Eintracht Frankfurt 7-3 di final Piala Eropa 1960, untuk memenangkan Piala Eropa kelima kalinya secara beruntun.

Perancis meraih satu-satunya gelar Piala Dunia mereka ketika menjadi tuan rumah pada tahun 1998. Zinedine Zidane dan Emmanuel Petit mencetak gol dalam laga melawan Brasil di final. Namun jangan lupakan pemain-pemain seperti Laurent Blanc, Fabian Barthez, Thierry Henry, Nicolas Anelka, Youri Djorkaeff, Didier Deschamps, Marcel Desailly dan Lillian Thuram yang menyatu untuk membuat sebuah kekuatan baru Eropa dalam sepak bola. Mereka juga berhasil mengalahkan Italia dalam final Euro 2000.

Hungaria mempermalukan Inggris di Wembley, menjadi tim pertama di luar Britania Raya yang mengalahkan mereka di kandang, menang 6-3 dan kemudian menghancurkan mereka 7-1 di Budapest. Hungaria diprediksi akan memenangkan Piala Dunia tahun 1954, apalagi mereka tak terkalahkan dalam 32 pertandingan sebelumnya di jalan menuju turnamen. Ferenc Puskas muncul dalam pembantaian 8-3 melawan Jerman Barat, yang juga akan mereka hadapi di final, tapi ia menderita cedera pergelangan kaki. Tanpa dia, mereka masih sanggup mengalahkan dua tim di final Piala Dunia edisi sebelumnya, Brasil dan Uruguay. Puskas mencetak gol di final tapi Jerman Barat membalikan defisit gol untuk memenangkan pertandingan. Mereka masih memegang rekor untuk jumlah gol di turnamen dengan 27 gol.

Anak-anak asuhan Ferguson menyisihkan Arsenal di laga terakhir Premier League dengan 1 poin sebelum mengalahkan Newcastle United dan Bayern Muenchen, semua dalam sepuluh hari untuk meraih treble luar biasa. Ferguson memiliki ksatria-ksatria lapangan tengah seperti Ryan Giggs, Paul Scholes, David Beckham, dan Roy Keane. Ketika kerjasama Yorke dan Cole di depan tidak terlalu baik, pengganti mereka, Sheringham dan Solskjaer sukses mencetak gol telat di babak final Liga Champions, menenggelamkan Bayern Muenchen untuk melengkapi treble.

Kita semua tahu bahwa Bob Paisley dan Bill Shankly memimpin Liverpool pada masa keemasan mereka. Bob Paisley hampir menyapu bersih Piala, meraih tiga Piala Eropa bersama dengan enam gelar liga di sembilan tahun karir kepelatihannya. Sebelumnya pemain-pemain seperti Alan Hansen, Mark Lawrenson, John Barnes, Jan Molby, Bruce Grobbelaar, Ian Rush dan John Aldridge berkembang menjadi benar-benar hebat, dan tidak lama, mereka segera meraih Piala Eropa pada tahun 1984, dan gagal pada tahun berikutnya oleh Juventus dalam bencana Heysel yang terkenal. Sebuah tim yang benar-benar mencengangkan.

Barcelona, khususnya pada masa kepelatihan Pep Guardiola, selayaknya berterima kasih kepada anak ajaib Lionel Messi yang juga mendapat Ballon d’Or, membuatnya menjadi orang Argentina ketiga yang mendapat penghargaan tersebut. Dengan pemain-pemain seperti Xavi, Andres Iniesta, Gerard Pique, dan Charles Puyol yang berada dalam masa keemasannya, serta dukungan dari sistem pembinaan pemain muda yang baik, Barcelona sukses merebut 6 trofi pada tahun 2009.

Trio Belanda Frank Rijkaard-Marco Van Basten-Ruud Gullit, dibantu Franco Baresi, dan anak muda yang nantinya akan menjadi legenda Milan, Paolo Maldini, sukses membawa Milan berjaya pada masa 1987-1990. 2 gelar Piala Champions dan 2 gelar Piala Super Eropa beruntun ditambah 1 scudetto sudah cukup menggambarkan betapa mengerikannya tim ini pada masanya.

Sukses menjebol gawang salah satu kiper terbaik dunia, Buffon, di final Euro 2012 sampai 4 kali, Spanyol menjadi timnas pertama yang sukses menjuarai 2 Euro dan 1 Piala Dunia secara beruntun. Bermodalkan pemain-pemain berteknik tinggi dari dua klub raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid, serta taktik tiki-taka yang mumpuni, Spanyol sungguh menjadi kekuatan menakutkan sekarang ini. Nama-nama seperti Fabregas, Iniesta, Xavi, dan Ramos masih siap membawa Spanyol menuju kejayaan selanjutnya.

Tim ini sukses memenangkan 3 tiga Piala Dunia. Mereka dipimpin oleh pemain paling hebat yang pernah lahir di jagad sepakbola, Pele, dari usia 17 tahun. Menghancurkan Italia di final tahun 1970 yang juga menampilkan gol Carlos Alberto untuk memberi sebuah turnamen yang sempurna untuk Brasil. Banyak tim Brasil berisikan pemain-pemain hebat yang dibentuk hingga saat ini tapi tidak ada yang seperti Pele, Rivellino dan Jairzinho.