Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

25.BUNGAPIDAvatar border
TS
25.BUNGAPID
Kisah pak bejo menjemput rezeki
Setengah jam menjelang makan siang, dari
kejauhan mata saya menangkap sosok tua dengan
pikulan yang membebani pundaknya.
Dari bentuk yang dipikulnya, saya hapal betul apa
yang dijajakannya, penganan langka yang menjadi
kegemaran saya di masa kecil.

Segera saya hampiri dan benarlah, yang
dijajakannya adalah kue rangi, terbuat dari sagu
dan kelapa yang setelah dimasak dibumbui gula
merah yang dikentalkan. Nikmat, pasti. Satu yang
paling khas dari penganan ini selain bentuknya
yang kecil-kecil dan murah, kebanyakan penjualnya adalah mereka yang sudah berusia lanjut.

“Tiga puluh tahun lebih bapak jualan kue rangi,”
akunya kepada saya yang tidak bisa
menyembunyikan kegembiraan bisa menemukan
jajanan masa kecil ini. Sebab, sudah sangat langka
penjual kue rangi ini, kalau pun ada sangat sedikit
yang masih menggunakan pikulan dan pemanggang dengan bara arang sebagai
pemanasnya.


Tiga jam setengah berkeliling, akunya, baru saya
lah yang menghentikannya untuk membeli kuenya.
“Kenapa bapak tidak mangkal saja agar tidak terlalu
lelah berkeliling,”
iba saya sambil menaksir usianya yang sudah di
atas angka enam puluh.


“Saya nggak pernah tahu dimana Allah
menurunkan rezeki untuk saya, jadi saya nggak
bisa menunggu di satu tempat. Dan rezeki itu
memang bukan ditunggu, tapi harus dijemput.
Karena rezeki nggak ada yang nganterin,”
jawabnya panjang.


Ini yang saya maksud dengan keuntungan dari
obrolan-obrolan ringan yang bagi sebagian orang
tidak menganggap penting berbicara dengan
penjual kue murah seperti Pak Bejo ini.
Kadang dari mereka lah pelajaran-pelajaran penting
bisa didapat. Beruntung saya bisa berbincang dengannya dan
karenanya ia mengeluarkan petuah yang saya
tidak memintanya, tapi itu sungguh penuh makna.

“Setiap langkah kita dalam mencari rezeki ada yang
menghitungnya, dan jika kita ikhlas dengan semua
langkah yang kadang tak menghasilkan apapun itu,
cuma ada dua kemungkinan. Kalau tidak Allah
mempertemukan kita dengan rezeki di depan sana,
biarkan ia menjadi tabungan amal kita nanti,” lagi sebaris kalimat meluncur deras meski parau
terdengar suaranya.


“Tapi kan bapak kan sudah
tua untuk terus menerus memikul dagangan ini?”
pancing saya, agar keluar terus untaian hikmahnya. Benarlah, ia memperlihatkan bekas hitam di
pundaknya yang mengeras. “Pundak ini, juga tapak
kaki yang pecah-pecah ini akan menjadi saksi di
hari penghakiman kelak bahwa saya tak pernah
menyerah menjemput rezeki.” Sudah semestinya
isteri dan anak-anak yang dihidupinya dengan berjualan kue rangi berbangga memiliki lelaki
penjemput rezeki seperti Pak Bejo.


Tidak semua
orang memiliki bekas dari sebuah pengorbanan
menjalani kerasnya tantangan dalam menjemput
rezeki. Tidak semua orang harus melalui jalan
panjang, panas terik, deras hujan dan bahkan tajamnya kerikil untuk membuka harapan esok
pagi.

Tidak semua orang harus teramat sering menggigit
jari menghitung hasil yang kadang tak sebanding
dengan deras peluh yang berkali-kali dibasuhnya
sepanjang jalan. Dan Pak Bejo termasuk bagian dari
yang tidak semua orang itu, yang Allah takkan
salah menjumlah semua langkahnya, tak mungkin terlupa menampung setiap tetes peluhnya dan
kemudian mengumpulkannya sebagai tabungan
amal kebaikan.


" Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan
(dengan bekerja) yang kamu niatkan untuk
mencari keridhaan Allah, niscaya kamu akan diberi
pahala sebagaimana apa yang kamu sediakan
untuk makan anak/istri dan keluargamu " (HR
Bukhari - Muslim)

Semoga bermanfaat buat agan agan semua
sumber : copas dari fb emoticon-Berduka (S)
0
1.2K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan