- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
merasakan ketegangan visual detik2 G30SPKI melalui diaroma di museum AH. nasution


TS
mulsgan
merasakan ketegangan visual detik2 G30SPKI melalui diaroma di museum AH. nasution
Quote:
Quote:

Spoiler for sebelumnya:
Pagi itu, 1 Oktober 1965 pukul 04.25 WIB. Suara ribut-ribut kecil di pos penjagaan rumah terdengar oleh Nasution. Dia meminta istrinya, Johana Sunarti Nasution, melongok melalui pintu kamar. "Pak, ada pasukan Tjakrabirawa (sebutan untuk Pasukan Pengaman Presiden pada masa itu) datang," kata Johana.
"Saya akan menemui mereka," ujar Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Hankam/Kasab). Darrrrh! Desing peluru hampir menyambar kepala Nasution tak lama setelah melongokkan kepala dari pintu kamar. Derap lars pasukan Tjakrabirawa semakin dekat. Pintu langsung dibanting. Sempat terjadi saling dorong sebelum pintu berhasil dikunci. "Cepat kabur, Pak," bisik Johana tergesa.
Serentetan peluru kembali muntah dari mulut senjata laras panjang jenis LA asal Cekoslovakia yang digenggam pasukan Tjakrabirawa. Ade Irma yang kebetulan sedang tidur di kamar itu menjerit. Dia ketakutan dan memeluk kaki ibunya. Nasution sudah menyelinap lewat pintu belakang menyelamatkan diri.
Sejurus kemudian tiba Ibu Mardiah, adik AH Nasution, yang kamarnya bersebelahan dengan kamar utama. Dia datang lewat pintu samping. Menghampiri Ade Irma dan menggendongnya. Karena penasaran ingin melihat ke luar, Mardiah membuka pintu kamar. Daaarrh! Sebuah peluru menembus tangannya dan langsung menghujam pada tubuh Ade Irma yang sedang dalam pangkuan.
Nasution yang sudah berada di atas tembok pagar hendak melompat, mengurungkan niat. Nasution berniat melawan pasukan Tjakrabirawa. Dia tak kuasa melihat anaknya tertembak. Namun, Johana tetap menyuruh Nasution kabur. Perdebatan sengit sempat terjadi di antara keduanya hingga akhirnya pasukan Tjakrabirawa mengetahui melihat bayangan Nasution di atas dinding pagar. Nasution langsung melompat ke pekarangan Kantor Kedutaan Besar Irak. Dia bersembunyi di balik drum minyak tanah.
Aksi heroik Johana tergambar jelas dalam diorama yang saat ini dipajang di Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR Abdul Haris Nasution. Museum sekaligus tempat kejadian penggerebekan itu benar-benar membuka imajinasi para pengunjungnya. Kita bisa melihat jelas bagaimana Johana memangku Ade Irma dengan tubuh yang bersimbah darah.
"Saya akan menemui mereka," ujar Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Hankam/Kasab). Darrrrh! Desing peluru hampir menyambar kepala Nasution tak lama setelah melongokkan kepala dari pintu kamar. Derap lars pasukan Tjakrabirawa semakin dekat. Pintu langsung dibanting. Sempat terjadi saling dorong sebelum pintu berhasil dikunci. "Cepat kabur, Pak," bisik Johana tergesa.
Serentetan peluru kembali muntah dari mulut senjata laras panjang jenis LA asal Cekoslovakia yang digenggam pasukan Tjakrabirawa. Ade Irma yang kebetulan sedang tidur di kamar itu menjerit. Dia ketakutan dan memeluk kaki ibunya. Nasution sudah menyelinap lewat pintu belakang menyelamatkan diri.
Sejurus kemudian tiba Ibu Mardiah, adik AH Nasution, yang kamarnya bersebelahan dengan kamar utama. Dia datang lewat pintu samping. Menghampiri Ade Irma dan menggendongnya. Karena penasaran ingin melihat ke luar, Mardiah membuka pintu kamar. Daaarrh! Sebuah peluru menembus tangannya dan langsung menghujam pada tubuh Ade Irma yang sedang dalam pangkuan.
Nasution yang sudah berada di atas tembok pagar hendak melompat, mengurungkan niat. Nasution berniat melawan pasukan Tjakrabirawa. Dia tak kuasa melihat anaknya tertembak. Namun, Johana tetap menyuruh Nasution kabur. Perdebatan sengit sempat terjadi di antara keduanya hingga akhirnya pasukan Tjakrabirawa mengetahui melihat bayangan Nasution di atas dinding pagar. Nasution langsung melompat ke pekarangan Kantor Kedutaan Besar Irak. Dia bersembunyi di balik drum minyak tanah.
Aksi heroik Johana tergambar jelas dalam diorama yang saat ini dipajang di Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR Abdul Haris Nasution. Museum sekaligus tempat kejadian penggerebekan itu benar-benar membuka imajinasi para pengunjungnya. Kita bisa melihat jelas bagaimana Johana memangku Ade Irma dengan tubuh yang bersimbah darah.
begitulah kira2 kronologi kejadian malam percobaan penculkan jendral nasution yg skarang di gambarkan dalam bentuk visual diaroma di musium AH nasioan, mau tau lebih banyak, silahkan simak ulasan berikut

Museum A.H. Nasution atau lengkapnya Museum Sasmitaloka Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution terletak di Jalan Teuku Umar No.40, Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Museum ini dahulu merupakan kediaman Jenderal Besar A.H. Nasution sejak menjabat sebagai KSAD tahun 1949 hingga wafat pada tanggal 6 September 2000 dan keluarganya pindah pada tanggal 29 Juli 2008 karena bangunan akan direnovasi untuk dijadikan museum.
Latar belakang tempat ini di jadikan museum G30/s/pki adalah karena di tempat tersebut pernah terjadi suatu peristiwa dramatis dan tercatat sebagai sejarah kelam bangsa Indonesia. Peristiwa itu adalah penyerangan pasukan Tjakrabirawa yang berupaya menculik serta membunuh Pak Nas pada tanggal 1 Oktober 1965. Pak Nas, saat itu menjabat sebagai Menko Hankam/KASAD, berhasil selamat dengan melompati pagar rumahnya, namun puteri kedua beliau, Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean gugur.
Kondisi dan Koleksi Museum A.H. Nasution
Sebelum memasuki Museum A.H. Nasution, ada sebuah pagar pembatas halaman yang pada bagian tengahnya terdapat tulisan Museum Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution berwarna kuning keemasan diapit oleh ukiran lambang TNI AD. Ketika masuk, di halaman depan terdapat pantung Jenderal Besar A.H. Nasution dalam posisi berdiri setinggi dua meter dengan kedua tangan di belakang pinggang. Di depan patung ada sebuah taman berbentuk setengah lingkaran berhias rumput dan beberapa tanaman, sedangkan samping kiri dan kanannya diapit oleh meriam tempur.
Setelah melewati halaman depan akan langsung menuju bangunan utama museum yang berdiri di atas lahan seluas 2.000 meter persegi. Bentuk bangunannya dari awal berdiri hingga sekarang tidak begitu banyak terjadi perubahan kecuali pengecetan pada dinding, jendela dan pintu agar terlihat bersih. Pintu masuknya bermodel lipat dengan empat buah daun pintu. Di kiri kanannya terdapat empat buah jendela dan bagian atasnya ada lima buah lubang angin besar berteralis besi.
Memasuki bangunan utama, pada bagian depan terdapat ruang tamu berukuran 6x4 meter. Di dalamnya terdapat:
(1) torso (patung setengah badan) Jenderal Nasution yang diletakkan di atas kayu;
(2) sebuah gading gajah kenang-kenangan dari Brigade Garuda III;
(3) sebuah batu pualam berukuran 1x1 meter yang di atasnya terdapat tanda tangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat meresmikan museum pada 3 Desember 2008;
(4) dua set kursi tamu dan meja antik terbuat dari kayu yang diberi rantai pembatas agar tidak diduduki oleh sembarang orang;
(5) sebuah lampu hias antik menggantung di atas kursi tamu
Ruang selanjutnya adalah ruang kerja Nasution yang didalamnya berisi:
diorama yang menggambarkan Nasution sedang menuangkan buah pikiran di belakang meja kerjanya dilengkapi dengan telepon dan mesin ketik kuno.
Ruang ketiga disebut sebagai ruang kuning karena didesain dengan dominasi warna kuning, baik pada dinding, karpet, maupun gordennya. Di ruangan yang diberi aksesoris harimau dan sejumlah foto ini dahulu digunakan oleh Nasution untuk menerima tamu dari dalam maupun luar negeri.
Keluar dari ruang kuning terdapat sebuah lorong selebar 1 meter yang pada dinding sebelah kanannya terdapat sejumlah foto, diantaranya: foto kenangan Nasution bersama sang isteri, Nasution sedang bersalaman dengan Presiden Soeharto, dan Nasution bersama isteri ditemani Danjen Kopasus Prabowo Subianto bersama isteri ketika diangkat menjadi warga kehormatan Kopasus di Cijantung.
Tidak jauh dari foto kenang-kenangan itu ada pintu menuju kamar tidur Nasution yang masih terdapat lima buah lubang bekas tembakan peluru pasukan Cakrabirawa. Di depannya ada diorama tiga patung anggota pasukan Cakrabirawa yang ingin mendobrak pintu kamar. Sementara di dalam kamar terdapat patung diorama Bu Nas sedang memangku Ade Irma Suryani Nasution. Selain diorama, di dalam kamar juga terdapat barang-barang pribadi Nasution, seperti: pakaian, kursi goyang, kuri roda, dan alat-alat kesehatan.
Masih di dalam kamar Nasution, ada sebuah pintu lagi yang menghubungkannya dengan kamar Ade Irma Suryani. Apabila memasukinya, pengunjung akan melihat lukisan dan potret hitam putih Ade Irma Suryani dan fotonya bersama Piere Tendean yang diambil satu minggu sebelum peristiwa G-30S/PKI terjadi. Selain itu ada juga lemari yang menampung benda-benda pribadinya, seperti: sepasang sepatu warna hitam, boneka, tas, tempat air minum plastik, seragam Kowad mini berpangkat Serda, dan baju yang dikenakan oleh Ade Irma saat terjadi penembakan.
Sementara di seberang kamar Nasution ada ruangan khusus penyimpanan senjata. Ruangan itu dahulu merupakan kamar tidur puteri sulung Nasution, Hedrianti Sahara Nasution. Di dalamnya terdapat senjata-senjata koleksi Nasution dan juga senjata Kopral Dua (Kopda) Hargiono, anggota pasukan Tjakrabirawa yang digunakan saat menembak Ade Irma Nasution. Senjata ini berhasil direbut oleh Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang merupakan cikal-bakal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD.
Beranjak dari ruang senjata ada ruang Gamat atau ruang seragam Angkatan Darat. Di dalamnya ada diorama menggambarkan Johanna Sunarti sedang menggendong Ade Irma Suryani yang sudah berlumuran darah sambil menyaksikan Nasution menyelamatkan diri dengan melompati tembok menuju ke Kedutaan Besar Irak.
Spoiler for pic:

pak sby mengamati patung gambaran ade irma suryani saat tertembak dan di gendong ibunya, istri alm jedral AH nasution



Ruang lainnya adalah ruang makan yang terletak di ujung lorong. Di dalamnya terdapat diorama yang menggambarkan isteri Nasution, Johanna Sunarti akan menghubungi Pangdam Jaya Umar Wirahadikusuma masih sambil menggendong Ade Irma. Diorama itu dikelilingi oleh diorama lain yang menggambarkan pasukan Tjakrabirawa sedang mengarahkan senjata pada Johanna.
Ruang Terakhir disebut ruang Heraldika, letaknya bersebelahan dengan ruang makan. Di dalam ruang Heraldika terdapat berbagai plakat kenang-kenangan dari berbagai kesatuan TNI, tiga buah panji serta sebuah bendera Merah Putih yang pernah digunakan Nasution ketika menjabat Ketua MPRS dan melantik Soeharto menjadi presiden menggantikan Soekarno.
Apabila anda berminat, Museum A.H. Nasution dibuka untuk umum dari hari Selasa hingga Minggu pukul 08.00-14.00 WIB. Sedangkan untuk dapat memasukinya tidak dipungut biaya apapun, tetapi disediakan sebuah kotak amal di dekat pintu masuk bagi yang ingin memberikan sumbangan ala kadarnya. (gufron)
gallery fhoto suasana di dalam museum
Spoiler for pic:

Spoiler for pic:

galerry FOTO lainnya ada di sambungan bawahnya gan
0
16.4K
Kutip
33
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan