Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sucitaAvatar border
TS
sucita
Catatan Semprul Si Semprul
Nama ane semprul, ya panggil saja ane dengan panggilan itu. Walaupun memang bukan nama ane yang sebenarnya, tapi tetap panggil ane dengan panggilan itu saja sudah cukup. Lagipula ane pikir kalian nggak akan butuh nama asli ane. Ini cerita nyata yang terjadi di hidup ane, adapun tokoh-tokoh yang nongol dari tiap cerita ada yang menggunakan nama samaran, nama panggilan akrabnya, ataupun nama yang sebenarnya, tapi tentunya dengan kondisi yang bakal ane jelasin sebelumnya.

Langsung aja, cerita pertama dari ane.


Tragedi Balai Kota Bogor


Gw ketik no ujian gw di kolom yang tersedia di situs resmi yang digunakan untuk mengecek hasil ujian mahsiswa baru. Beberapa detik kemudian.

Code:
“Nomor Ujian 123 456 7890
Atas Nama Saudara Semprul
Diterima di Jurusan Kimia Universitas Bogor”


Begitulah yang tertera di layar monitor yang ada di warnet yang gw pakai untuk mengecek status gw sebagai calon mahasiswa. Gw langsung bersyukur dan langsung memeluk pria paruh baya dengan perut sedikit membuncit dan berkumis tebal itu. Kalian pasti menganggap gw cowok yang nggak normal niyh kayaknya. Eitss... tunggu dulu gw bukan homo tapi, ya yang gw peluk itu babeh gw yang saat itu memang menemani gw untuk mengecek.

Code:
“Jadi sekarang jadi anak Bogor?” tanya babeh.
“Ya gitu beh, tadi kan liat sendiri.”
“Trus ke Bogornya naek apa?”
“Nanti Aa (panggilan anak laki-laki) tanya dulu ke temen yang di Bogor.”
“Ya udah, sekarang ngapain lagi?”
“Aa sih mau pulang, tapi kalo babeh mau nginep juga nggak apa-apa.”
“Ya udah sana pulang jalan kaki.” Jawab babeh sambil nyengir karena babeh tau kunci motornya babeh yang pegang sedangkan gw waktu itu nggak pegang duit sama sekali.
“Hehehe ampun beh..”



Keesokan harinya gw langsung telpon temen yang sudah terlebih daulu ada di Bogor. Gw memang bukan pertama kalinya jadi mahasiswa, karena tahun sebelumnya gw sempet jadi mahasiswa di salah satu universitas negeri yang ada di Bandung tapi gw putuskan keluar karena gw mengejar cita-cita gw untuk jadi polisi yang hasil akhirnya gw gagal total dan terpaksa harus jadi pengacara alias pengangguran banyak acara. Oh iya gw kenalin dulu temen gw yang gw telpon biar kalian nggak tanya-tanya itu siapa yg gw telpon, umur dia berapa, hobi dia apa, atau bahkan beberapa dari kalian mungkin bakal bertanya nomor telpon dia berapa. Tapi sayangnya gw Cuma akan menjelaskan tentang sedikit jatidirinya saja walaupun jatidiri dia itu benar-benar abstrak.

Temen gw itu namanya Tokek, lagi-lagi nama itu bukan nama yang sebenarnya. Nama asli gw aja nggak penting buat kalian apalagi nama temen gw itu (hehehe maaf ya tokek). Dia bisa sampai dipanggil gitu karena dia memang terobsesi sama gekko, itu loh salah satu hewan reptil yang beberapa waktu lalu lagi banyak yang hobi buat pelihara. Tokek itu memang salah satu temen SMA gw yang kebetulan sudah jadi mahasiswa di calon kampus gw. So sekarang dia jadi kakak tingkat gw di kampus walaupun waktu SMA gw sama tokek itu satu angkatan.


Code:
“Halo tokek.”
“Sapa niyh?”
“Ini gw semprul kek.”
“Woi mprul, ada apa? Tumben lu nelpon si Ganteng yg satu ini.”



Awalnya gw mau langsung muntah, tapi gw tahan karena gw nelpon juga karena gw yang butuh. Kalau saja gw nggak butuh-butuh banget bakal gw kasih cermin yang ada di dongeng putri tidur itu anak.


Code:
“Gw diterima di Universitas Bogor kek.”
“Wakakakaka jadi sekarang lu jadi adek tingkat gw.”
“Terpaksa Kek, tapi bukan itu yang jadi masalahnya.”
“Terpaksa juga nggak apa-apa, yang penting judulnya lu adek tingkat gw.”
“Peduli setan.”
“Emang ada setan yang peduli sama lu mprul.”
“Nggak ada, kan yang jadi setannya lu Kek.”
“Ah kampret lu mprul.”
“Sekarang balik ke benang merah Kek.”
“Lu tuh nelpon gw apa mau beli benang sih.”
“Serius niyh serius, serius banget, bener-bener serius gw.”
“Hehehe, jadi apa yang mau kisanak tanya ke Pangeran Tampan Ini?”
“Gini loh Pangeran Tokek, gw mau tanya kalo ke Bogor enaknya naek apa?”
“Bisa naek kereta, bisa naek bus, bisa jalan kaki malah, tergantung selera lu.”
“Emang kalo jalan kaki berapa lama ?”
“Bisa satu jam, satu hari, satu minggu, bahkan satu tahun, tegantung selera lu.”
“Eh Tokek buset dah lu, jadi bisanya naek apa? serius gw!!”
“Naek kereta aja trus turun di Gambir abis itu lanjut ke Bogor naek kereta lagi.”
“Kalo naek bus bisa ngga?”
“Kalo bus adanya 3x sehari itu juga ekonomi, tapi gw saranin naek kereta aja.
“Yowis thanks ya Tokek.”
“Mprul Nanti jangan lupa bawa oleh-oleh ya ke Bogornya.”
“Lu juga jangan lupa ngasih gw oleh-oleh juga kalo gw udah nyampe Bogor ya Kek.”



Akhirnya gw menceritakan pilihan transportasi tujuan Bogor yang ada. Akhirnya orangtua gw memilih untuk menggunakan bus, dan ternyata orangtua gw rencananya mau mengantar gw sampai Bogor dengan alasan gw nggak punya keluarga di Bogor.

Hari yang ditentukan sebagai hari registrasi mahasiswa baru pun tinggal satu hari lagi. Gw dan kedua orangtua gw memutuskan untuk berangkat ke Bogor dengan menggunakan bus, tentu saja kami harus ke terminal lebih dahulu.

Code:
“Mau kemana pak?” tanya salah satu calo di terminal ke babeh gw. Perlu kalian tahu, calo di terminal kota gw nggak sekejam di terminal yang ada di Jakarta. Calo di kota gw ini lebih berurusan sama personel perusahaan otobusnya sendiri. Jadi mereka hanya bertugas menggiring calon penumpang ke bus ke bus yang memang ada dan bukan ke loket bayangan yang kemudian dijadikan tempat untuk menipu calon penumpang pada akhirnya.

“Bus yang ke Bogor mana ya pak?”
“Bogor-bogor pak, terakhir-terakhir.” Jawab calo lainnya yang mendengar omongan babeh.



Tunggu !! gw merasa sesuatu yang aneh sepertinya. Tadi kalau gw nggak salah dengar, gw mendengar kata “terakhir”. Yang benar saja kata gw dalam hati, ini baru jam sepuluh pagi masa sudah bus terakhir saja. Memangnya mau berapa lama perjalanannya, sialnya gw lupa menanyakan lama perjalanan ke si Tokek teman gw itu. Tapi ya sudahlah toh gw bareng sama orangtua gw berangkatnya.

Bus pun kemudian berangkat menuju Bogor. Bus yang gw dan kedua orangtua gw tumpangi itu menggunakan jalur puncak yang tentunya via Bandung kalau berangkat dari kota gw. Bus baru memasuki daerah Cipanas Cianjur waktu hari menjelang sore, dan kemudian tertahan oleh macet di kawasan Istana Cipanas (yang waktu itu digunakan sebagai tempat akad nikah anak kedua Pak SBY).


Code:
“Tepos dah pantat gw.” Pikir gw dalam hati.



Lumayan panjang juga macet yang terjadi dari daerah Istana Cipanas, tapi akhirnya perjalanan pun kembali lancar. Gw dan penumpang bus yang lain disuguhi pemandangan indah dari hamparan kebun teh yang menyapa kami semua di tengah perjalanan. Sesampainya di daerah Taman Safari Indonesia, kendaraan pun terlihat mengekor kembali karena kemacetan. Kemacetan semakin panjang karena banyak kendaraan yang turun gunung setelah berakhir pekan di daerah puncak. Akhirnya sekitar pukul sembilan malam bus yang gw tumpangi sampai juga di terminal Barangsiang. Pantat gw benar-benar jadi korban lamanya perjalanan. Panas, kesemutan, lengkap sudah apa yang dirasakan oleh pantat gw. Belum lagi, perjalanan gw masih belum benar-benar berkahir, gw dan kedua orangtua gw harus melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot yang artinya gw harus duduk lebih lama lagi. Maafkan gw ya pantat, itulah yang bakal gw bilang seandainya Pantat Bisa Mendengar.

Setelah bertanya ke sana-sini, kami pun akhirnya naik angkot yang rutenya melaluiKebun Raya Bogor.


Code:
“A, liat tuh Balai Kota Bogor, gede ya nggak kaya di kota kita.” Kata babeh sok tahu sambil menunjuk tempat yang babeh maksud dan dengan suara keras.



Perasaan tadi gw liat tulisan Balai Kota Bogor ada di arah yang berlawanan dengan tempat yang babeh tunjuk. Yups, yang babeh tunjuk memang bukan Balai Kota Bogor melainkan Istana Bogor. Gw baru sadar kalau cewek yang duduk di sebelah babeh gw senyum-senyum sendriri waktu babeh gw dengan Pdnya menunjuk Istana Bogor sebagai Balai Kota Bogor.


“Mampus, bisa-bisa turun niyh pasaran gw.” Pikir gw dalam hati.


Plis deh beh, anakmu ini baru kali ini menginjakkan kaki mungilnya di Bogor, masa sudah harus merasakan hal kaya gini.


Petuah/Wejangan/tips Semprul:
Agar kalian nggak merasakan semprulnya perjalanan, pastikan semuanya terlebih dahulu. Kalau kalian punya kendaraan pribadi, ya pastikan kalau tujuan yang kalian tuju itu benar. Jangan sampai tujuan kalian ke Bogor, tapi kalian berangkatnya ke arah Yogyakarta atau bahkan Jayapura. Untuk kalian yang menggunakan alat transportasi masa, pastikan rute dan lama perjalanan agar kalian punya persiapan, jangan sampai korbankan pantat kalian. Kalau perlu, kalian beli perusahaan yang menyediakan alat transportasinya biar kalian tahu informasi sedalam-dalamnya untuk perjalanan kalian. Terakhir, jangan kencang-kencang ya kalau kalian salah, salahnya sih nggak apa-apakarena itu bisa buat kita belajar dan tahu info yang sebenarnya, tapi malunya nggak ketulungan.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.2K
4
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan