Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ksttAvatar border
TS
kstt
Mengenal mantan gubernur jakarta Henk Ngantung (1964-1965)
Isu emoticon-No Sara Please ramai dipakai untuk kampanye kotor pemilihan gubernur DKI Jakarta. Padahal jika berkaca, Gubernur Jakarta tak selalu berasal dari kalangan agama mayoritas. Gubernur Jakarta tahun 1964-1965, Hendrik Hermanus Joel Ngantung, menjadi buktinya

Spoiler for henk ngantung:


Spoiler for karya henk ngantung:


Spoiler for karya henk ngantung:


Putra Kawanua kelahiran 1 Maret 1921 ini menjadi gubernur Jakarta sejak 27 Agustus 1964 hingga16 Juli 1965. Sebelum terjun ke dunia politik, Ngantung adalah seniman sketsa otodidak yang telah mengabadikan sejumlah peristiwa penting selama pergerakan kemerdekaan, dalam bentuk lukisan sketsa. Sebut saja perjanjian Linggarjati dan Perundingan Kaliurang, Yogyakarta.

Ngantung juga pernah menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok, 1955-1958

Di awal 1940-an, Ngantung juga berkesempatan ikut serta dalam pameran bersama di Bataviasche Bond von Kunstkring, dan mendapat ulasan baik dari pers Belanda. Sejak saat itu, dia selalu aktif dalam pelbagai pameran, baik di masa pendudukan Jepang maupun masa Agresi Belanda. Baru pada Agustus 1948, Ngantung menggelar pameran tunggal di Hotel Des Indes, Jakarta.

Setelah saat itu, dia mengembara ke seluruh Indonesia untuk menyaksikan sendiri kehidupan bangsanya yang sedang berevolusi.

Karir Politik Ngantung dimulai pada 1957, saat ia duduk di berbagai Panitia maupun Lembaga Negara. Di luar dugaan dia diangkat menjadi Wakil Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1960-1964), kemudian ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Gubernur DKI (1964-1965).

Bung Karno kala itu, ingin menjadikan Jakarta sebagai kota budaya dan bakat artistik yang dimiliki Ngantung dianggapnya cocok untuk merealisasikan keinginannya. Pengangkatannya ini sempat menuai protes karena Ngantung tergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) dan dianggap sebagai antek PKI. Peristiwa G 30 S PKI pun mengakhiri karir pemerintahan Henk.

Setelah lengser sebagai gubenur pun, cap sebagai antek PKI terus menempel dalam dirinya. Kondisi ini membuat kelangsungan hidup keluarganya menjadi susah.

Stigma komunis dan kesulitan ekonomi bahkan membuat Ngantung harus membawa istri serta empat anaknya, Maya Ngantung, Genie Ngantung, Kamang Ngantung dan Karno Ngantung pindah rumah dari kawasn Tanah Abang II ke Gang Jambu Nomor 25, sebuah gang sempit di kawasan Cawang, Jakarta Timur.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ngantung kembali hidup dengan menjual lukisan. Ngantung meninggal di Jakarta, pada 12 Desember 1991 akibat serangan jantung dan glaukoma yang membuat mata kanan buta dan mata kirinya hanya berfungsi 30 persen.

Sementara itu karya monumental Ngantung antara sketsa Tugu Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan lambang Kostrad TNI. Peninggalan terakhir Ngantung adalah sketsa bertajuk Ibu & Anak di Kalimantan, yang kini disimpan di salah satu tempat pelelangan, di London, Inggris.

Spoiler for JANGAN DI BUKA:
0
3.4K
25
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan