- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Jurnal seorang pria yang masih mencari jawaban


TS
khiekhan
Jurnal seorang pria yang masih mencari jawaban
Bonsoir, mesdames et messieurs, sebenernya gw udah pernah buka tret di sini, tapi tret lama gw ternyata udah digembok karena kelamaan ga diupdate, dan karena sebenernya cerita disitu belum selesai (well, last arc anyway) dan gw sedikit merasa bersalah karena menelantarkan tret pertama gw di SFTH, gw merasa perlu membuka tret baru untuk melanjutkan tret lama.
tret lama bisa diakses di sini.
sebelumnya gw pengen minta maaf sama pembaca tret gw yang mungkin marah, kesel, kecewa n ngamuk karena ceritanya stuck di bagian yang nggantung, but hell man, things happens. so, just let the past be the past, okay. i am trying to continue it anyway. so, let just begin
Sometimes, you just have no idea why you do that shit
Maroon 5 - Misery 
pernah merasa berada di tempat yang salah dan waktu yang salah dengan orang yang salah? jika tidak, well, selamat, kalian adalah sedikit dari bajingan yang beruntung. jika iya, kurasa kalian tahu apa yang kurasakan saat ini. here i am, stuck among these juvenile who think they are the center of the world. each and every single one of them. sucks.
well, jujur saja aku tidak berharap banyak saat ani memintaku untuk menemaninya ke pesta ulang tahun temannya yang bahkan tidak kukenal, tapi aku juga tidak berharap keadannya seperti ini. seriously? theme song pestanya never say never dari justin bieber? dan yang hadir hampir semuanya mengenakan skinny jeans, sepatu kets bermerek bajakan dengan harga 1/100 dari aslinya, bergaya sana sini memamerkan iPhone dan blackberry yang entah asli entah KW, blitz berpendar-pendar memotret sekelompok gadis remaja dengan pose duckface (yang akan segera diposting di facebook, i'm sure of that), menenteng kaleng bir seolah olah itu whiskey buatan tahun 60-an, merokok dengan gaya jelek untuk membuat mereka kelihatan bad ass? man, in my time, pesta berarti loud music, food, drinks and a bunch of guys just trying to be crazy, not this stupid shit! and the worst part of it, i was expected to enjoy that! that damn girl just lost her entire mind.
"ni" panggilku pada ani yang sedang mengunyah kue disampingku
"iya?"
"yakin nih ga salah tempat?"
"kenapa?"
"kamu bilang pesta ulang tahun kan? kenapa jadi kayak lomba 'siapa paling hipster'?"
dan ani hanya tertawa. melihat tawanya aku jadi berpikir mungkin tempat ini tidak terlalu buruk juga.
beberapa saat yang lalu aku baru saja membebaskan diri dari kerumunan orang yang berkumpul si sekitar kami saat ani mengumumkan siapa pacar misterius yang membuatnya menolak semua orang yang mendekatinya. sebagian sudah familiar dengan wajahku karena aku setiap hari mengantar jemput ani, tapi sebagian lagi tidak. dan kelompok yang tidak familar semua memasang wajah hampir sama persis, ekspresi tidak percaya. bagaimana mungkin ani pacaran dengan cowo bermuka 23 tahunan yang datang ke pesta ulang tahun anak muda jaman sekarang dengan kemeja dan celana jins tersetrika rapi dan sepatu kulit tersemir mengkilat? dan bagi cowo-cowo seumurnya yang memasang tampang tidak rela (aku curiga mereka orang-orang yang ditolak ani) aku memasang tampang "fuck off, you fuckin gay loser"
"so,,,,," kataku lagi
" kenapa?"
"kenapa kamu bilang kita pacaran?"
"masih perlu ditanya?"
"konfirmasi?"
"supaya ga diganggu kak, lagian...."
"apa?"
"kakak tau kenapa kok" katanya sambil memeluk lenganku
"tapi...." kata-kataku terpotong saat ani mengetukkan telunjuknya di bibirku "kakak kan udah setuju buat jadi pacar ani malam ini, so let me have this night. oke?"
tatapan matanya saat itu membuatku tidak bisa berkata apa-apa lagi. entah karena bersalah, bingung, atau entah apa. aku tidak mengerti, dan aku tidak punya rencana untuk mengerti.
tadi malam aku secara ajaib bisa bertahan dari pesta terkutuk itu, dan pulang ke rumah sekitar jam 12 malam. insomniaku kambuh dan aku tidak lagi bisa tidur. aku kelelahan hari ini. untunglah ini akhir bulan, kantor tidak sibuk, jadi aku bisa sedikit beristirahat, andai saja nadya tidak menyeretku keluar saat makan siang ke coffee shop langganan kami.
"jadi, gimana tadi malam?" katanya begitu kami duduk di meja
"pesen dulu kenapa?"
"oke" katanya sebelum memanggil pelayan dan memesan dua set black coffee dan chocolate waffle. "sekarang, cerita" kata nadya dengan mata berbinar. kalau sudah begitu, percuma mengelak, dia tidak akan mau mendengar kata tidak sebagai jawaban, jadi kubakar rokok dan mulai bercerita. "so......"
nadya terpingkal pingkal saat aku selesai. " serius? waw, aku jadi pengen ngeliat muka kamu malam tadi"
"sama sekali tidak layak untuk dilihat"
"tapi pasti lucu"
"nggak kok"
"ki, malam minggu ini kamu harus main ke rumah, leni pasti suka sama cerita kamu tadi"
"sekalian aja pasangin aku kostum badut nad"
"ide bagus tuh"
"sialan" kataku sambil melempar tusuk gigi. entah kenapa dan entah dengan alasan apa aku tidak pernah bisa menganggap nadya sebagai perempuan. mungkin karena aku kenal dia saat kami masih kecil, dan tingkahnya saat itu sama sekali tidak bisa dikategorikan sebagai perempuan. berantem? check. main bola? check. main sepeda? check. ngebully anak gang sebelah? check.
"tapi nad, masa leny malam minggu ga keluar?"
"ga tau tuh"
"masih jomblo dia?"
"masih, sejak putus sama pacarnya di SMA dia bilang dia ga terlalu tertarik sama cowo cowo yang ngedeketin dia, ga berkualitas katanya"
"seleranya kali yang ketinggian"
"kenapa? minat sama dia? sama aku aja deh" kata nadya sambil berkedip genit
"and being tortured for the rest of my life? no thank you"
nadya hanya tertawa. tak lama kemudian, waffle kami tiba.
sorenya saat aku mengantar dia pulang, dia masih bilang "malam minggu jangan lupa ya"
sialan.
dan entah kenapa, malam minggu berikutnya aku tetap datang ke rumahnya, dengan sekotak martabak manis kesukaan leny di tangan.
tret lama bisa diakses di sini.
sebelumnya gw pengen minta maaf sama pembaca tret gw yang mungkin marah, kesel, kecewa n ngamuk karena ceritanya stuck di bagian yang nggantung, but hell man, things happens. so, just let the past be the past, okay. i am trying to continue it anyway. so, let just begin
Sometimes, you just have no idea why you do that shit


***
pernah merasa berada di tempat yang salah dan waktu yang salah dengan orang yang salah? jika tidak, well, selamat, kalian adalah sedikit dari bajingan yang beruntung. jika iya, kurasa kalian tahu apa yang kurasakan saat ini. here i am, stuck among these juvenile who think they are the center of the world. each and every single one of them. sucks.
well, jujur saja aku tidak berharap banyak saat ani memintaku untuk menemaninya ke pesta ulang tahun temannya yang bahkan tidak kukenal, tapi aku juga tidak berharap keadannya seperti ini. seriously? theme song pestanya never say never dari justin bieber? dan yang hadir hampir semuanya mengenakan skinny jeans, sepatu kets bermerek bajakan dengan harga 1/100 dari aslinya, bergaya sana sini memamerkan iPhone dan blackberry yang entah asli entah KW, blitz berpendar-pendar memotret sekelompok gadis remaja dengan pose duckface (yang akan segera diposting di facebook, i'm sure of that), menenteng kaleng bir seolah olah itu whiskey buatan tahun 60-an, merokok dengan gaya jelek untuk membuat mereka kelihatan bad ass? man, in my time, pesta berarti loud music, food, drinks and a bunch of guys just trying to be crazy, not this stupid shit! and the worst part of it, i was expected to enjoy that! that damn girl just lost her entire mind.
"ni" panggilku pada ani yang sedang mengunyah kue disampingku
"iya?"
"yakin nih ga salah tempat?"
"kenapa?"
"kamu bilang pesta ulang tahun kan? kenapa jadi kayak lomba 'siapa paling hipster'?"
dan ani hanya tertawa. melihat tawanya aku jadi berpikir mungkin tempat ini tidak terlalu buruk juga.
beberapa saat yang lalu aku baru saja membebaskan diri dari kerumunan orang yang berkumpul si sekitar kami saat ani mengumumkan siapa pacar misterius yang membuatnya menolak semua orang yang mendekatinya. sebagian sudah familiar dengan wajahku karena aku setiap hari mengantar jemput ani, tapi sebagian lagi tidak. dan kelompok yang tidak familar semua memasang wajah hampir sama persis, ekspresi tidak percaya. bagaimana mungkin ani pacaran dengan cowo bermuka 23 tahunan yang datang ke pesta ulang tahun anak muda jaman sekarang dengan kemeja dan celana jins tersetrika rapi dan sepatu kulit tersemir mengkilat? dan bagi cowo-cowo seumurnya yang memasang tampang tidak rela (aku curiga mereka orang-orang yang ditolak ani) aku memasang tampang "fuck off, you fuckin gay loser"
"so,,,,," kataku lagi
" kenapa?"
"kenapa kamu bilang kita pacaran?"
"masih perlu ditanya?"
"konfirmasi?"
"supaya ga diganggu kak, lagian...."
"apa?"
"kakak tau kenapa kok" katanya sambil memeluk lenganku
"tapi...." kata-kataku terpotong saat ani mengetukkan telunjuknya di bibirku "kakak kan udah setuju buat jadi pacar ani malam ini, so let me have this night. oke?"
tatapan matanya saat itu membuatku tidak bisa berkata apa-apa lagi. entah karena bersalah, bingung, atau entah apa. aku tidak mengerti, dan aku tidak punya rencana untuk mengerti.
***
tadi malam aku secara ajaib bisa bertahan dari pesta terkutuk itu, dan pulang ke rumah sekitar jam 12 malam. insomniaku kambuh dan aku tidak lagi bisa tidur. aku kelelahan hari ini. untunglah ini akhir bulan, kantor tidak sibuk, jadi aku bisa sedikit beristirahat, andai saja nadya tidak menyeretku keluar saat makan siang ke coffee shop langganan kami.
"jadi, gimana tadi malam?" katanya begitu kami duduk di meja
"pesen dulu kenapa?"
"oke" katanya sebelum memanggil pelayan dan memesan dua set black coffee dan chocolate waffle. "sekarang, cerita" kata nadya dengan mata berbinar. kalau sudah begitu, percuma mengelak, dia tidak akan mau mendengar kata tidak sebagai jawaban, jadi kubakar rokok dan mulai bercerita. "so......"
***
nadya terpingkal pingkal saat aku selesai. " serius? waw, aku jadi pengen ngeliat muka kamu malam tadi"
"sama sekali tidak layak untuk dilihat"
"tapi pasti lucu"
"nggak kok"
"ki, malam minggu ini kamu harus main ke rumah, leni pasti suka sama cerita kamu tadi"
"sekalian aja pasangin aku kostum badut nad"
"ide bagus tuh"
"sialan" kataku sambil melempar tusuk gigi. entah kenapa dan entah dengan alasan apa aku tidak pernah bisa menganggap nadya sebagai perempuan. mungkin karena aku kenal dia saat kami masih kecil, dan tingkahnya saat itu sama sekali tidak bisa dikategorikan sebagai perempuan. berantem? check. main bola? check. main sepeda? check. ngebully anak gang sebelah? check.
"tapi nad, masa leny malam minggu ga keluar?"
"ga tau tuh"
"masih jomblo dia?"
"masih, sejak putus sama pacarnya di SMA dia bilang dia ga terlalu tertarik sama cowo cowo yang ngedeketin dia, ga berkualitas katanya"
"seleranya kali yang ketinggian"
"kenapa? minat sama dia? sama aku aja deh" kata nadya sambil berkedip genit
"and being tortured for the rest of my life? no thank you"
nadya hanya tertawa. tak lama kemudian, waffle kami tiba.
sorenya saat aku mengantar dia pulang, dia masih bilang "malam minggu jangan lupa ya"
sialan.
dan entah kenapa, malam minggu berikutnya aku tetap datang ke rumahnya, dengan sekotak martabak manis kesukaan leny di tangan.






dewisuzanna dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.4K
12
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan