- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
MATAH ATI - Kisah Nyata Tentang Perjuangan, Cinta dan Kesetiaan di Abad 18
TS
Akur79
MATAH ATI - Kisah Nyata Tentang Perjuangan, Cinta dan Kesetiaan di Abad 18
[quote=]
[quote=]
[/quote]
[quote=]
Dengan melaraskan kekuatan visual, gerak tari, kostum, tata cahaya dan tata panggung yang memanfaatkan teknologi hidrolis --yang memungkinkan panggung naik turun sesuai kebutuhan--, juga iringan musik yang sangat hidup, membuat Matah Ati meletakkan aras kesenian pada rumah yang sebenarnya; adiluhung. Atilah Soeryadjaya sebagai sutradara yang notabene dibesarkan dalam lingkungan istana Mangkunegaran, sangat tau betul bagaimana menghidupkan kembali kebesaran masa lalu leluhurnya.
Menggandeng Jay Subiakto selaku penata artistik, kisah perjalanan juga perjuangan Raden Mas Said (Kraton Kartasura, 7 April 1725 - Surakarta, 28 Desember 1795) sebagai peletak batu pertama Praja Mangkunagaran, yang dicatat sejarah resmi sebagai keadipatian tinggi di wilayah Jawa Tengah bagian timur. Yang kemudian dikenal dengan nama semerbak Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara I atau Pangeran Sambernyowo --karena nyaris tidak terkalahkan oleh penjajah Kompeni Belanda-- sebelum akhirnya mendapat gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah RI pada tahun 1983, dialirkan dengan liris sekaligus dramatis.
Sang penata artistik, Jay Subyakto, sengaja membuat panggung miring untuk merepresentasikan latar cerita "Matah Ati", kawasan perbukitan Surakarta.
"Waktu kita napak tilas, di sana banyak sekali bukit-bukit miring. Selain itu, panggung ini juga untuk memperjelas konfigurasi tariannya," kata Jay.
Awalnya, panggung yang miring menjadi tantangan bagi sekitar 200 penari yang terlibat dalam pementasan lakon itu.
Namun Jay, yang sempat dianggap "musuh" karena ide panggung miringnya, berhasil meyakinkan para pemain.
"Tidak ada pertunjukan yang baik yang mudah dilaksanakan. Pasti ada proses yang panjang," kata tamatan Fakultas Teknik Universitas Indonesia itu.
Proses yang panjang itu akhirnya memetik sukses. Para pelakon tidak tampak mengalami kesulitan bermain di panggung miring. Pertunjukan pun selalu mendapat respon bagus dari masyarakat sehingga kemudian ditampilkan berulang kali.
Matah Ati pernah di pentaskan di Esplanade Singapura pada 2010, kemudian pada 2011 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM). Pada tahun 2012, 22-25Juni dipentaskan di Teater Jakarta juga. Dan baru2 ini dipentaskan di Solo, 8-10 September yang lalu.
[/quote]
[quote=]
[/quote]
[quote=]
[/quote]
[quote=]
[/quote]
[quote=]
[/quote]
[quote=]
[/quote]
Yg berkenan bisa membantu Rate Bintang 5 dan jangan lupa
Tiji Tibeh, Mati Siji Mati Kabeh. Tiji Tibeh, Mukti Siji Mukti Kabeh
(Mati Satu Mati Semua, Berjaya Satu Berjaya Semua)
[/quote](Mati Satu Mati Semua, Berjaya Satu Berjaya Semua)
[quote=]
Matah Ati merupakan pagelaran tari yang didasarkan kisah nyata perjalanan pendiri Pura Mangkunagara, Raden Mas Said yang bergelar Pangeran Samber Nyawa. Usai bergerilya dan memberontak selama 16 tahun, berdasar Perjanjian Salatiga 1757 Said menjadi penguasa bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara I.
Kisah yang berlatar keadaan Jawa abad ke-18 ini dimulai dengan menampilkan Rubiyah, seorang gadis dari desa Matah. Kelak Rubiyah ini kagum atas keberanian Said melawan VOC sehingga di akhir cerita dia bersedia menikah dengan Said. Sebuah cinta dan kekaguman atas jiwa Raden Mas Said.
Karakter Rubiyah sebagai prajurit perempuan nan tangguh itu dibentuk oleh Said. Rubiyah pandai menari dan lembut sebagai istri, namun juga tegas sebagai pemimpin perang Korps Prajurit Perempuan. yang dikenal sangat sigap dalam segala strategi bertempur. Setelah Perjanjian Salatiga, Rubiyah menjadi istri Mangkunagara I, bergelar Bandoro Raden Ayu Matah Ati. Nama Matah Ati diberikan karena Rubiyah lahir di Desa Matah, yang bisa juga bermakna Melayani Hati Sang Pangeran.
Kisah yang berlatar keadaan Jawa abad ke-18 ini dimulai dengan menampilkan Rubiyah, seorang gadis dari desa Matah. Kelak Rubiyah ini kagum atas keberanian Said melawan VOC sehingga di akhir cerita dia bersedia menikah dengan Said. Sebuah cinta dan kekaguman atas jiwa Raden Mas Said.
Karakter Rubiyah sebagai prajurit perempuan nan tangguh itu dibentuk oleh Said. Rubiyah pandai menari dan lembut sebagai istri, namun juga tegas sebagai pemimpin perang Korps Prajurit Perempuan. yang dikenal sangat sigap dalam segala strategi bertempur. Setelah Perjanjian Salatiga, Rubiyah menjadi istri Mangkunagara I, bergelar Bandoro Raden Ayu Matah Ati. Nama Matah Ati diberikan karena Rubiyah lahir di Desa Matah, yang bisa juga bermakna Melayani Hati Sang Pangeran.
[/quote]
[quote=]
Dengan melaraskan kekuatan visual, gerak tari, kostum, tata cahaya dan tata panggung yang memanfaatkan teknologi hidrolis --yang memungkinkan panggung naik turun sesuai kebutuhan--, juga iringan musik yang sangat hidup, membuat Matah Ati meletakkan aras kesenian pada rumah yang sebenarnya; adiluhung. Atilah Soeryadjaya sebagai sutradara yang notabene dibesarkan dalam lingkungan istana Mangkunegaran, sangat tau betul bagaimana menghidupkan kembali kebesaran masa lalu leluhurnya.
Menggandeng Jay Subiakto selaku penata artistik, kisah perjalanan juga perjuangan Raden Mas Said (Kraton Kartasura, 7 April 1725 - Surakarta, 28 Desember 1795) sebagai peletak batu pertama Praja Mangkunagaran, yang dicatat sejarah resmi sebagai keadipatian tinggi di wilayah Jawa Tengah bagian timur. Yang kemudian dikenal dengan nama semerbak Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara I atau Pangeran Sambernyowo --karena nyaris tidak terkalahkan oleh penjajah Kompeni Belanda-- sebelum akhirnya mendapat gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah RI pada tahun 1983, dialirkan dengan liris sekaligus dramatis.
Sang penata artistik, Jay Subyakto, sengaja membuat panggung miring untuk merepresentasikan latar cerita "Matah Ati", kawasan perbukitan Surakarta.
"Waktu kita napak tilas, di sana banyak sekali bukit-bukit miring. Selain itu, panggung ini juga untuk memperjelas konfigurasi tariannya," kata Jay.
Awalnya, panggung yang miring menjadi tantangan bagi sekitar 200 penari yang terlibat dalam pementasan lakon itu.
Namun Jay, yang sempat dianggap "musuh" karena ide panggung miringnya, berhasil meyakinkan para pemain.
"Tidak ada pertunjukan yang baik yang mudah dilaksanakan. Pasti ada proses yang panjang," kata tamatan Fakultas Teknik Universitas Indonesia itu.
Proses yang panjang itu akhirnya memetik sukses. Para pelakon tidak tampak mengalami kesulitan bermain di panggung miring. Pertunjukan pun selalu mendapat respon bagus dari masyarakat sehingga kemudian ditampilkan berulang kali.
Matah Ati pernah di pentaskan di Esplanade Singapura pada 2010, kemudian pada 2011 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM). Pada tahun 2012, 22-25Juni dipentaskan di Teater Jakarta juga. Dan baru2 ini dipentaskan di Solo, 8-10 September yang lalu.
[/quote]
[quote=]
Spoiler for gambar:
[/quote]
[quote=]
Spoiler for youtube:
[/quote]
[quote=]
[/quote]
[quote=]
[/quote]
[quote=]
Spoiler for sumber:
[/quote]
Quote:
Original Posted By Pendapat TS
Pentas drama spektakuler yang benar-benar membanggakan anak bangsa. Inilah karya yang perlu dibanggakan. Budaya kita yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Buat kaskuser, menurut ane ini event yg harus ditonton , daripada selalu menonton pentas atau konser musik dari mancanegara, lebih baik menonton dan menghargai karya dan budaya Bangsa.
Pentas drama spektakuler yang benar-benar membanggakan anak bangsa. Inilah karya yang perlu dibanggakan. Budaya kita yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Buat kaskuser, menurut ane ini event yg harus ditonton , daripada selalu menonton pentas atau konser musik dari mancanegara, lebih baik menonton dan menghargai karya dan budaya Bangsa.
Yg berkenan bisa membantu Rate Bintang 5 dan jangan lupa
0
4K
11
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan