Harliano Anravie adalah namaku. Aku bersyukur dapat masuk di SMP faforitku, selain dapat belajar di SMP faforit aku juga dapat bertemu dengan cinta pertamaku, Restya Nindica namanya. Meskipun aku tidak satu kelas dengan dia aku tetap senang.

Meskipun kita berpacaran, tapi dihadapan teman-teman kami berkelakuan seperti teman biasa, bercanda, tertawa, sekali-kali ada konflik kecil layaknya teman biasa.

Tapi aku mulai curiga kepada dia, saat ada seorang lelaki yang menyatakan cinta kepada dia. Aku takut kalau dia menerima cintanya, karena aku sungguh mencintainya. Tapi pada esok harinya, aku bertanya kepada dia.
“ Apa benar ada seorang lelaki yang menyatakan cinta kepadamu? Apa kamu menerima cintanya?”

“ Ya, tapi cintanya tidak aku terima, karena aku cinta kamu.” Jawabnya.
“ Apa betul itu? “ tanyaku lagi.
“ Ya, benar. Aku jujur dari lubuk hatiku.” Jawabnya.
“ Emmm, ya udah kalau begitu aku jadi lega.” Kataku.
Tapi aku belum percaya dengan jawaban dia, malam harinya aku terus sms-an dengan dia, dan jawabannya tetap sama. Di saat yang sama, aku mendapat kabar dari sahabatku yang juga dekat dengan Restya. Ternyata, baru-baru ini Aldiano Prasentiono anak kelas 9 yang juga dulu cinta pertama Restya, kini semakin dekat dengannya. Aku tambah curiga ke dia, dan aku bertanya dalam hatiku,
“ Apa ini akhir hubunganku dengan dia? “

Besok disekolahku ada ulangan matematika, aku membuka buku tapi tak sedikitpun aku mengerti. Aku mencoba tuk percaya, kalau dia benar cinta kepadaku. Dan perlahan-lahan aku memahami materi mateatika yang keluar besok.

Esok harinya, nilai ulangan matematikaku lumayan bagus, aku dapat 90. Pada saat istirahat, aku mencoba menjumpai dia, aku menuju ke kelasnya, tapi dia tidak ada. Aneh…!!! Padahal saat istirahat dia selalu ada di kelas untuk menungguku. Aku mencoba bertanya ke teman dekatnya, ternyata dia pergi ke kantin dekat kelasnya Aldi. Aku menuju kantin tersebut, ku lihat dari kejauhan dia duduk dan nakan bersama dengan Aldi. Emmm…hatiku hancur, hancur.

Ya, mungkin ini memang akhir hubunganku dengan dia. Malam harinya, aku sms dia tak dibalas. Aku telepon dia tak dianggkat. Aneh… sungguh aneh…!!!
Esoknya, aku menjumpai dia, aku bertanya,
“ Kenapa nggak kamu bales smsku tadi malam? Kenapa?”
“ Aku nggak punya pulsa, maaf ya!” jawabnya.
Terus ada teman yang tak ku kenal, mungkin dia temannya Aldi, dia bertanya,
“ Gimana tadi malam sms-an dengan Aldi ta, Res? Seru nggak?”
“Ehm, pulsaku habis jadi aku nggak bisa sms-an sama siapa-siapa.” Jawabnya dengan matanya berketip-ketip.

Aku semakin curiga. Pulang sekolah dia aku ajak bareng nggak mau, karma dia mau les ke R-Langga, yang aku tahu si Aldi juga les disitu. Sampai di pintu gerbang sekolah aku melihat Resty di gonceng cowok, tapi aku gak tahu siapa dia, aku pikir dia Aldi.

Malam harinya,aku putuskan hubunganku dengan Resty. Lelah hati ini menyakinkan dia, cinta ini memang membunuhku. Aku sms dia, “ Bahwa kita putus…!!!” Tak lama smsku di balas “ Ya udah… aku memang juga sudah tak cinta sama kamu, ada cwok lain yang ada di hatiku.” Malam itu hatiku hancur, tapi aku mencoba untuk tegar, karena cinta tak harus memiliki. Kubiarakan berlalu masa-masa indahku bersama dia. Dan tertinggallah satu rasa yang tak bisa kulepas antara aku dan Resty, dan aku berharap bila dia dapat kembali padaku.

Dan aku bertanya dalam hati, “ Kenapa? Apa salahku ke dia? Aku masih mau jadi pacarmu lagi, tapi…pantaskah aku jadi pacarmu lagi? Adakah kesempatan untuk diriku menjadi pacarmu lagi?”