Kidung Sufi Samudra Cinta, Candra Malik bermain dengan 13 maestro
Awalnya iseng-iseng saja ikut diajak temen untuk diskusi masalah politik indonesia untuk mencari atmosfir dari sisi Humanisme dan idealisme. tetapi di akhir acar saya di ajak sekalian untuk melihat peluncuran Album Kidung Sufi Samudra Cinta dari Mas Candra. ternyata setelah mendengarkan musiknya keren-keren juga. di sini dia menunjukan bahwa musik Religi bukan hanya bernuansa Timur Tengah tetapi ada musik yang khusus dari indonesia. Mas candra telah membuktikan bahwa musik Religi islam bukan hanya dari Timur tengah seperti apa yang di dengarkan orang-orang yang katanya musik Islam harus dari timur tengah. di sini dengan gabungan 13 Komposer dan Budayawan telah mengiringi alunan Musik itu yaitu sebagai berikut
Mereka di antaranya
-Wakil Syuri'ah PBNU KH Ahmad Mustafa Bisri,
-Idris Sardi,
-Emha Ainun Nadjib,
-Trie Utami,
-Dewa Budjana,
Spoiler for dewa bujana di acara:
-Addie MS
-Twilite Orchestra,
-Tohpati,
-Dik Doank,
-Heru 'Shaggydog',
-John Paul Ivan eks Boomerang,
-Hendri Lamiri,
-Marzuki Mohamad (Jogjakarta Hip Hop Foundation),
-dan Sujiwo Tejo.
Spoiler for ane dan sujiwo:
Musiknya yang menarik. bahkan musik religi ini bukan hanya dapat di nikmati oleh orang Islam tetapi semua agama bisa menikmatinya. di dalamnya berisikan tentang Humanisme dan Perdamaian.
Soft launching Kidung Sufi bertajuk Samudera Cinta besutan Candra Malik, Rabu (13/6), pukul 18.00 WIB nanti dihelat di Newseum Caffe, Jl Veteran Satu, Jakarta Pusat. Dua belas lagu di album religi solo ini melibatkan tiga belas pekerja seni papan atas.
Berikut judul lagu dan orang-orang yang terlibat di dalam penggarapannya:
11. SYAHADAT CINTA.
Candra Malik feat Komunitas Kandank Jurank Dik Doank, Hendri Lamiri, dan John Paul Ivan.
Lagu & Lirik: Candra Malik.
Aransemen: Uki Rebek.
Statement Voice: Gus Dur
Koor: Paduan Suara Gereja Bandung, Komunitas Kandank Jurank Dik Doank, Santri Pesantren Asy Syahadah.
String: Hendri Lamiri.
Gitar: John Paul Ivan ex Boomerang.
12. KIDUNG SUFI.
Candra Malik feat Idris Sardi dan Gus Mus.
Lagu & Lirik: Candra Malik.
Sajak: Gus Mus.
Aransemen: Idris Sardi.
String Orchestra: Idris Sardi and musicians.
Saya gagal sebagai manusia jika tidak bersyukur atas karunia Allah dan berterimakasih atas kebaikan sesama manusia, serta dukungan kekuatan dari alam semesta. Siapalah saya ini?
Saya hanya seorang Sufi tanpa daya tanpa upaya. Hanya kawan yang saya miliki, dan sepanjang hidup saya hingga detik ini merekalah yang telah banyak membantu saya menyambung hidup. Merekalah sesungguhnya Kekasih Allah, dan saya hanya umpan kecil bagi kebaikan.
Saya bukan musisi, dan lebih baik saya mengaku demikian daripada mulai berbohong bahwa saya tahu banyak tentang musik. Not balok tanpa saya akan baik-baik saja. Susunan tangga nada tidak akan kekurangan sesuatu apa pun untuk mencapai harmoni tanpa kehadiran seorang Candra Malik.
Hari-hari ini, tengah Juni 2012, genap sembilan bulan saya membawa-bawa Kidung Sufi ke mana-mana, sejak dari ide yang saya sebut datang dari Tuhan, lalu lahir sebagai notasi-notasi sederhana, diikuti bermunculan lirik-lirik yang ringkih namun kuat, akhirnya album perdana solo religi saya ini diluncurkan.
Saya semakin tidak tahu harus berterimakasih kepada siapa. Terlalu banyak balabantuan dari langit dan bumi yang dikerahkan oleh Tuhan sehingga saya sampai di titik ini. Yang pertama dan paling utama, adalah ibuku, ibuku, ibuku, yang dalam diam pun ia masih menyebut namaku, dalam doa-doanya yang diiringi airmata. Anak-istriku, tiada kata yang tepat untuk Cinta mereka kepadaku, dan Rindu selama tak terhitung hari kutinggal pergi. Dan tanpa keluarga besar, bagaimana saya sanggup tegar?
Wakil Syuriah PBNU KH Ahmad Mustafa Bisri [Gus Mus], Idris Sardi, Emha Ainun Nadjib [Cak Nun], Addie MS dan Twilite Orchestra, Sujiwo Tejo, Dewa Budjana, Trie Utami, Tohpati, John Paul Ivan ex Boomerang, Marzuki Mohamad [Jogjakarta Hip Hop Foundation], Heru Shaggydog, Hendri Lamiri, Dik Doank dan Komunitas Kandank Jurank Doank. Nama-nama ini mustahil tak saya sebutkan dengan penghormatan setinggi-tingginya. Album solo ini takkan pernah jadi tanpa saya berkolaborasi dengan tiga belas maestro seni dan budaya ini.
Dan karya ini takkan pernah satu langkah pun berjalan ke arah kebaikan jika tanpa dukungan para sahabat saya: Uki Rebek, Andri Ardiyanto, Indah Wulandari, Emmy Play, Irfan Chasmala, Feby Numero, Ivan Marryjane, Adi Prasada, Ozee Axelle, Rizky SEIYA, Paduan Suara Gereja Vocalista Bandung, para santri Pesantren Asy-Syahadah Segoro Gunung yang saya asuh, Micky dan para Sufi dari Whirling Dervish Zawiyah Rabbani Sufi Heart Indonesia, dan pembaca indah Al Quran dari Bandung, Hajjah Tuti Suhandi.
Para senior yang menyokong dari belakang, yang lebih memilih di belakang layar, saya harus mohon maaf karena lancang menyebut nama mereka: Habib Syekh Abu Bakar bin Muhammad Aidid, Bondan Winarno, Arief Surowidjojo, KH Yusuf Chudlori, Didi Nugrahadi, Mantri Suwarno, Nukman Luthfie, Heru Hendratmoko, Alissa Qatrunnada Abdurrahman Wahid, Keluarga Ciganjur, Farida S. Tokan, KH Ujer Zaelani, Asep Muslim, Vista Handini, Aria Prass, Revaldi Mohamad, Irfan Ghandi, Mohamad Rezki, Danny Setiawan, Muhammad Yusuf, dan nama-nama lain yang akan tetap hidup dalam ingatan saya. Juga terimakasihku untuk Laskar Rindu, merekalah para pecinta #FatwaRindu, tagar saya di Twitter.
Sejak September 2011, saya terus berproses menapaki jalan sunyi kesenian setelah sejak 1999 saya menyusuri setapak demi setapak jalan senyap kewartawanan. Saya sowani satu per satu dari tiga belas maestro tersebut di atas demi memohon kepada mereka untuk terlibat dalam penggarapan Kidung Sufi. Saya ke Pesantren Raudlatuth-Thalibin, di Leteh, Rembang, Jawa Tengah, meminta Gus Mus membacakan sajak untuk sebuah lagu, yang kemudian aransemen string dan sayatan biolanya diciptakan dan dimainkan oleh Idris Sardi.
Gus Mus, masih saya ingat, turun dari kamar membawa buku tebal sajak-sajaknya sebelum akhirnya memilih sajak berjudul Pesona untuk lagu yang saya beri judul Kidung Sufi, ode tentang 20 Sifat Allah. Saya sowan kepada Cak Nun di Jogjakarta di sela-sela kesibukannya mempersiapkan lakon teater bertajuk Nabi Darurat, Rasul Adhoc [NDRA]. Memerdengarkan lagu-lagu saya kepada Cak Nun yang kemudian secara spontan menuliskan satu sajak, khusus untuk album ini, bertitel Mukaddimah Cinta. Dua tokoh bangsa ini saya rekam pembacaan sajaknya di rumah mereka masing-masing.
Konsep dasar album ini memang adalah sebuah pergelaran. Cak Nun membuka dan Gus Mus menutupnya dengan sajak yang saya lantuni kidung. Inspirasi yang tak pernah kering, tak jua lekang oleh zaman, itu adalah Al Quran, dibumikan oleh kitab dan suluk Tasawuf. Dari sanalah lirik-lirik Kidung Sufi saya saripatikan. Berbeda dengan album religi yang lebih dulu ada, saya tidak banyak memaparkan ayat-ayat dan shalawat dalam wujud aslinya.
Ayat-ayat suci dan pujian-pujian pada Allah dan Rasul itu telah saya balut dengan kesahayaan ucapan Cinta dan kesederhanaan kalimat Rindu. Telah saya alihbahasakan menjadi lirik-lirik dalam bahasa ibu. Jika pun tetap ada ayat dalam keadaannya yang utuh, saya memilih ayat pendek yang telah populer, yang tak perlu berlatarbelakang pendidikan agama yang ketat untuk tahu cara membacanya, apalagi paham maknanya. Dan, ayat-ayat itu saya tempatkan hanya di reffrain.
Mengapa saya menamai album religi ini sebagai Kidung Sufi? Mengapa pula judul besarnya adalah Samudera Cinta? Disebut kidung karena karya ini endapan renungan dan jejak perjalanan saya sebagai seorang Sufi selama 20 tahun terakhir, yang saya komposisikan menjadi dendang yang mudah ditembangkan oleh siapa pun. Saya telah belajar secara privat pada tujuh mursyid Tasawuf: Kiai Abdullah Ali, Habib Jafar bin Badar bin Thalib bin Umar bin Jafar, Kiai Munaam, Syekh Ahmad Sirrullah Zainuddin, KH Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin [Abah Anom Suryalaya], Mawlana Syekh Hisyam al Kabbani, dan KH Kholilurrahman [Ra Lilur].
Siapa dan apakah sesungguhnya Sufi? Ia bisa siapa saja, selama ia adalah representasi dari kehadiran Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ia bisa siapa saja, dalam satu kondisi bahwa ia mengatasnamakan Tuhan dalam perilakunya jika dan hanya jika untuk menebarkan Cinta dan Kasih Sayang. Dari sinilah muncul judul album Samudera Cinta. Samudera menerima air dari sungai mana pun dalam keadaan yang bagaimana pun. Buih, ombak, gelombang, poros, dan pusaran memiliki hak yang sama untuk diangkat ke langit, diolah oleh Allah dan alam semesta untuk kemudian diturunkan sebagai rahmat bagi semesta alam.
Spirit ini yang membuat saya tak patah arang setiap hari selama dua bulan mengirim blackberry message kepada Addie MS demi menyelinap di antara daftar panjang kesibukannya, sejak saya dipertemukan dengannya oleh Bondan Winarno. Hingga akhirnya, jadilah lagu Shirathal Mustaqim dengan aransemen string dari Addie MS, sayatan biola dari Twilite Orchestra, dan petikan gitar Tohpati.
Keakraban saya dengan Dewa Budjana membawa kami ke dalam suasana intim spiritualitas yang dari dawainya kemudian sempurnalah lagu Jiwa yang Tenang. Saya mendatangi Trie Utami ke rumahnya demi meminta warna vokalnya yang mistis menggelayut di antara kepedihan lagu Fatwa Rindu dan Fana Selamanya. John Paul Ivan dan Hendri Lamiri, besutan rock dan gesekan klasik, saya perjumpakan dalam lagu Syahadat Cinta yang dipenuhi koor Paduan Suara Gereja Vocalista Bandung, Komunitas Kandank Jurank Doank, dan santri Pesantren Asy-Syahadah.
Tak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya, bisa pula lahir lagu Samudera Debu yang nyaris luput dari persalinan album ini. Di antara dua belas tracks, lagu ini yang terakhir muncul. Namun, ia justru yang paling gembira di antara pedih-pilu warna rindu di situ. Berkolaborasi dengan Marzuki Mohamad Kill The DJ [Jogjakarta Hip Hop Foundation] yang kental syair Jawa, Heru Shaggydog yang sangat reggae, dan Sujiwo Tejo yang wingit dengan suluk wayang kulit, saya kini telah marifat bahwa musik memang universal.
Saya telah mengalami dan merasakan sendiri betapa musik religi Islam tidak harus selalu berirama padang pasir. Religi dan kultur adalah satu dan lain hal. Islam tidak selalu sama dengan Arab dan Arab tidak selalu sama dengan Islam. Dalam Kidung Sufi Samudera Cinta, siapa saja bisa mendengarkan bagaimana genre musik klasik, jazz, pop, rock, rap, reggae, dan suluk wayang kulit, berjumpa dalam kerukunan yang bernama harmoni, yang masing-masing menonjol sesuai jatidiri.
Spoiler for salah satu Musiknya wahai jiwa-jiwa yang tenang:
Wahai jiwa-jiwa yang tenang
wahai hati yang tak lagi terguncang
tak usah cemas dan bersedih
wahai raga-raga yang tegar
wahai akal yang selalu mendengar
jangan terhempas
meski tertatih
engkau tidaklah sendiri
alam raya menemani engkau takkan sepi
akulah kawan dikala sunyi
engkau takkan senyap
teman tak lenyap meski gelap
berkawansepi kulawan sunyi
Wahai jiwa-jiwa yang tenang
wahai hati yang tak lagi terguncang
tak usah cemas dan bersedih
engkau tidaklah sendiri
alam raya menemani
engkau takkan sepi
akulah kawan dikala sunyi
engkau takkan senyap teman
tak lenyap meski gelap
engkau takkan senyap teman
tak lenyap meski gelap
berkawan sepi kulawan sunyi
Spoiler for syahadat cinta, paling cepet di bufer di jamin:
Tlah tuhan sempurnakan bagimu agamamu
tlah tuhan sempurnakan bagiku agamaku
ya rahman, ya rahim, pengasih dan penyayang
dia utus sepanjang masa, rasul menebar cinta
setiap raga punya bahasa jiwa
padanya ucapkan syahadat cinta
lakum dinukum waliyadin
lakum dinukum waliyadin
tiada paksaan benarkulah benarmu
janganlah paksakan imanmu kepadaku
setiap rosul memancarkan cahaya kasih sayang
hatinya sepanjang masa baik kepada sesama
setiap raga punya bahasa jiwa
padanya ucapkan syahadat cinta
lakum dinukum waliyadin
lakum dinukum waliyadin
lakum dinukum waliyadin
lakum dinukum waliyadin
Bila kau sebut nama Allah Terus menerus tanpa berhenti
maka kasih dan saynagnya pun menyatu, denyut nadi dan darahmu
tiada yang kau rindu dan kau cinta, selain Allah
Bismillah hirrahmanirrahim
Bismillah hirrahmanirrahim
Bila kau sebut nama Allah dengan nafas dan jantungmu
maka kasih dan sayangnya pun merasuk seluruh jiwa dan ragamu
tiada yang kau rindu dan kau cinta, selain Allah
Bismillah hirrahmanirrahim
Bismillah hirrahmanirrahim
Bismillah hirrahmanirrahim
Bismillah hirrahmanirrahim
ini yang feat Jogja Hip hop musiknya nyusul, yang keren ini gan
Swarga durung weruh
Neraka durung wanuh
Mung donya sing aku weruh
Uripku aja nganti duwe mungsuh.
Ribang bumi ribang nyawa
Ana beja ana cilaka
Ana urip ana mati.
Precil mijet wohing ranti
Samudra sebagai tintanya
daunan segagang raya kertasnyaCukup, cukuplah bercerita
aku membaca, aku mengolah Rasa
Siang dan malam silih berganti
Cinta memberi tanpa di minta
Pagi dan petang pergi dan datang
Rindu menjaga tiada jeda dan lengah
menebarkan cinta di dunia yang semakin Gila
di tengah para pendusta yang penuh dengan angkara
Semoga angin malam membawa rinduku
di saat saat kita berbagi rasa
terpesona prasangka dan juga saling curiga
dibawah satu matahari matahari yang sama
menjaga cinta kasih...
Senenge saklentheng
susahe sarendheng
ojo seneng nek duwe
ojo susah nek ra duwe
umpluk ing samudra
bledug ing sambikala
urip sak derma
ojo gumede ojo jumawa
(sisanya update gan)
Semua laporan yang masuk akan kami proses dalam 1-7 hari kerja. Kami mencatat IP pelapor untuk alasan keamanan. Barang siapa memberikan laporan palsu akan dikenakan sanksi banned.