Kaskus

Food & Travel

mr_agusAvatar border
TS
mr_agus
Gurita Kota Muenchen
Gurita Kota Muenchen
Istana Neuschwanstein menunjukkan kebesaran arsitektur yang dimiliki oleh kota Muenchen. Istana yang terletak di lereng Pegunungan Alpen ini tidak hanya menyimpan keindahan, tetapi juga kisah tragis seorang Raja Ludwig II, pemilik istana ini.

Oleh THOMAS PUDJO WIDIJANTO

Oliver G Michel, sopir taksi yang membawa kami ke Ingolstadt Village, sebuah pusat perbelanjaan di pinggiran kota Muenchen, Jerman, itu benar-benar mengundang rasa kagum.

Dalam bahasa Inggris yang fasih, sepanjang perjalanan sopir ini bisa bercerita panjang lebar tentang perkembangan kota Muenchen. Hampir semua ia tahu, mulai dari pertanian sampai cerita Muenchen yang mengandalkan kota kuno sebagai andalan obyek wisata.

”Dulu waktu saya kecil, lahan ini seluruhnya merupakan kebun tanaman bahan pembuat minuman bir,” katanya saat melewati hamparan tanah pertanian luas, yang di beberapa tempat sudah berdiri kompleks-kompleks perumahan yang luas.

Oliver yang mengaku juga bisa berbahasa Arab ini seperti menjadi sosok yang menggambarkan wajah dunia pariwisata kota Muenchen. Kepiawaian seorang sopir taksi dalam memberikan pelayanan kepada turis menunjukkan kesadaran betapa wisata telah menjadi bagian dari keseriusan kota ini dalam mengelola pariwisata.

Itu makin jelas tergambar saat rombongan beberapa wartawan dari Asia mendarat di bandara kota Muenchen, awal April lalu, atas undangan Singapore Airlines yang membuka penerbangan ke Muenchen dengan pesawat SQ 328. Ada pembagian kerja yang rapi di antara pelaku pariwisata. Pihak Singapore Airlines sebagai pemberi fasilitas transportasi, kemudian penginapan ditanggung oleh pihak perhotelan. Adapun pihak Munich Tourism Office mempertanggungjawabkan perjalanan selama berkeliling di kota Muenchen.

Itulah kehebatan Muenchen dalam mengelola pariwisata. Hampir semua lembaga yang berkaitan dengan pariwisata punya tanggung jawab bersama. Ini menunjukkan adanya kebersamaan berbagai lini mendukung terciptanya dunia pariwisata. Ibaratnya sebagai sebuah gurita, semua tangan punya tanggung jawab untuk ambil bagian. Sinergi semacam ini tidak dimiliki oleh semua negara, termasuk Indonesia yang terasa jauh tertinggal.

Negara tetangga

Kerja sama ini bukan hanya ditunjukkan di dalam negeri. Dengan negara tetangga pun tampak ada sinergi dalam pengelolaan pariwisata. Ini terlihat ketika rombongan kami hendak menuju ke Zurich, salah satu kota di Swiss, yang hanya sekitar tiga jam ditempuh dengan kereta api. Rombongan kami sudah dijemput di stasiun kereta api Muenchen oleh dua pejabat pariwisata kota Zurich, Federico Sommaruga, Manajer Pengembangan Pemasaran Swiss Tourism, dan Andreas Nef, Manajer Pemasaran Transportasi di Swiss.

Tanpa pemeriksaan surat identitas, kami langsung bisa masuk kota Zurich. Yang mengherankan, semua tas yang kami bawa masuk kereta, dua pejabat itu yang mengangkat dan mengatur di bagasi. Dua pejabat itulah yang satu per satu membawa koper-koper kami ke dalam bagasi. Seperti tak ada gengsi sedikit pun, yang terlihat kemudian adalah pelayanan yang total kepada tamu asing.

Dua pejabat pengusung koper kami itu pula yang kemudian melakukan presentasi memperkenalkan pariwisata kota Zurich. Menarik pemaparan mereka yang berlangsung di ruang restoran kereta api yang nyaman. Andreas memaparkan seputar kemudahan transportasi yang dibangun oleh pemerintah kota Zurich. Hanya dengan membeli satu tiket, bisa digunakan untuk dua transportasi yang disediakan oleh pemerintah, yaitu transportasi bus dan kereta api. Satu tiket bisa digunakan dalam satu hari ke mana pun di seputar kota Zurich.

”Tiket transportasi ini dasarnya memang hanya kepercayaan karena di dalam bus tidak ada pemeriksaan lagi,” kata Mrs Casanova, pemandu perjalanan selama di Zurich.

Jalinan hubungan Muenchen dan Zurich, dua kota beda negara namun letaknya berdekatan, memang menjadi pilihan karena di dalamnya ada kerja sama dalam pengelolaan turis. Saling melimpahkan wisatawan, misalnya.

”Sejarah dan situasi politik yang menentukan kebersamaan itu. Kita sama-sama punya tanggung jawab untuk membangun negara, kebersamaan itu yang kita bangun,” kata Federico.

Bangunan kuno

Obyek wisata di Muenchen dan Zurich sama-sama mengandalkan bangunan kuno yang memiliki nilai arsitektur tinggi. Hanya saja, kota Zurich juga memiliki andalan wisata air, seperti ski air, selancar, wisata perahu, dan sejumlah olahraga air lainnya. Zurich juga mengandalkan panorama desa-desa wisata yang bisa digunakan untuk olahraga sepeda, sepatu roda, jalan kaki, dan lain-lain.

Khusus kota Muenchen, andalannya memang bangunan tua yang spektakuler dari segi arsitektur. Bahkan, kota terbesar ketiga di Jerman ini terkenal di dunia sebagai kota tua, kota budaya dengan kekuatan museum-museumnya yang spektakuler.

Sekilas melihat kota ini, ada gambaran tegas betapa pemeliharaan benda cagar budaya di kota ini bukan sekadar fisik, tetapi juga bagaimana menghidupkan bangunan tua ini tetap memberi warna perkembangan kota Muenchen. Keberadaan bangunan tua ini bukan sekadar sebuah artefak yang mati, tetapi juga mampu mengampu kehidupan ekonomi, sekaligus bisa menjadi saksi sejarah peradaban kota Muenchen.

Dengan luas kawasan sekitar 300 kilometer persegi, Muenchen yang hanya berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa ini memiliki masterplan wilayah yang hebat. Bangunan-bangunan tua yang sampai sekarang masih menjadi pusat kota dibebaskan dari bangunan-bangunan modern. Bangunan modern boleh tumbuh dan berkembang di wilayah pinggiran. Ini yang mengakibatkan sejauh mata memandang di pusat kota Muenchen adalah hamparan bangunan tua berbagai arsitektur, mulai dari model baroque, gothic, hingga neoclassic.

Jantung kota

Jantung kota Muenchen sesungguhnya terletak di kawasan Marianplatz, sebuah kompleks bangunan kuno yang menjadi pusat pelancongan dan perbelanjaan. Ini yang mengherankan, tanpa mengubah sedikit pun bangunan yang ada, ternyata bangunan-bangunan itu bisa disulap menjadi kompleks pertokoan yang justru sangat artistik.

Ruang publik berupa sebuah lapangan yang luasnya sekitar 200 meter persegi menjadi pusat pertemuan para pelancong yang beristirahat setelah mengitari ruang-ruang perbelanjaan. Dari tempat ini pula pada jam-jam tertentu kita akan mendengar suara musik dari menara Ratahaus atau gedung wali kota. Musik indah itu mengiringi tarian patung-patung yang berada di atas menara, yang mengisahkan pertarungan seputar sejarah kota Muenchen.

Melihat Marianplatz teringat kawasan Jakarta Utara. Banyak bangunan kuno namun terlihat kumuh, mengesankan tak ada penanganan yang serius di kawasan ini.

Satu unggulan lain dari 10 kompleks bangunan kuno adalah istana Neuschwanstein, masuk dalam kawasan Desa Hohenschwangau, di lereng Pegunungan Alpen. Ditempuh sekitar 4 jam dari kota Muenchen, kita akan melihat kemegahan arsitektur karya Otto Freidrich Von Bayern, arsitektur kenamaan abad ke-19. Lokasi istana yang harus ditempuh dengan menaiki gunung—bisa jalan kaki, naik bus, atau naik kuda ini—dibangun pada masa pemerintahan Ludwig II (1869-1886).

Keindahan istana yang konon hanya dihuni sekitar satu tahun oleh Ludwig II, karena sakit dan kemudian tewas di Danau Stranburg, ini menjadi inspirasi bangunan-bangunan Disneyland di sejumlah negara.

Istana itu memang fantastis layaknya kisah di negeri dongeng. Dari pelataran istana kita bisa melihat Danau Stranburg yang memang penghias keindahan istana dengan airnya yang jernih dan biru, dikelilingi Pegunungan Alpen yang bersalju. Istana bertingkat yang fondasinya mengikuti kontur tanah lereng-lereng Pegunungan Alpen ini dibangun bertingkat dengan berbagai gaya arsitektur mulai dari byzantine sampai neogothic.

Begitu indahnya istana ini hingga mampu menyedot wisatawan tidak kurang dari 1,5 juta orang per tahun.

SUMBER
0
1.5K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan