- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Peneliti Cuma Jadi 'Kelas Dua' di Indonesia, Pantas Banyak Hengkang ke Luar Negeri
TS
dragonroar
Peneliti Cuma Jadi 'Kelas Dua' di Indonesia, Pantas Banyak Hengkang ke Luar Negeri
Peneliti Cuma Jadi 'Kelas Dua' di Indonesia, Pantas Banyak yang Hengkang ke Luar Negeri
Senin, 29 Juli 2024 | 10:49 WIB Ilustrasi periset melakukan penelitian bakteri di laboratorium. ( ANTARA FOTO/Moch Asim/ama.
Suara.com - Pernyataan mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro yang mengemukakan banyak peneliti Indonesia memilih berkarir di luar negeri diamini pemerhati pendidikan.
Sebabnya, profesi peneliti di Indonesia dinilai masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah maupun perusahaan swasta dalam negeri. Pemerhati pendidikan Prof Dr Cecep Darmawan mengatakan, posisi peneliti di Tanah Air bahkan masih dipandang sebagai profesi kelas dua.
"Posisi peneliti harusnya menjadi salah satu urat nadi dalam sebuah institusi, baik pemerintah maupun swasta. Cuma sayangnya di kita memosisikan peneliti itu seperti masih dianggap kelas dua, masih dianggap gitu oleh sebagian, belum menjadi prioritas padahal peneliti itu sangat penting," kata Cecep kepada suara.com, dihubungi Senin (29/7/2024).
Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu menjelaskan, keberadaan peneliti sangat penting, terutama dalam pemerintahan.
Setiap kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah harusnya berdasatkan hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti agar aturannya sesuai dengan kondisi masyarakat.
Begitu pula dengan perusahaan swasta, idealnya juga perlu memiliki peneliti agar produk atau jasanya tetap relevan dengan kebutuhan publik.
"Itu lah apa yang disebut dengan evidence based policy. Jadi peneliti harusnya tiap unit-unit pemerintahan maupun swasta harusnya tersedia di situ. Kalau di swasta, persaingan semakin ketat produk misalnya ya, kan ada persaingan-persaingan. Kalau nggak ada peneliti, ya susah berkembang, bisa kalah oleh perusahaan lain," tuturnya.
Sebelumnya, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, fenomena peneliti Indonesia pilih berkarir di luar negeri sebenarnya telah lama terjadi. Persoalan itu juga sempat ramai mengemuka pada 2009 lalu.
"Di Indonesia, minat perusahaan untuk melakukan riset dan pengembangan (R&D) itu sangat terbatas, belum banyak. Mereka (perusahaan) lebih suka menggunakan teknologi yang sudah ada," katanya.
Walau sudah nyaris dua dekade menjadi pembicaraan, Bambang mengatakan, hingga kini masih terus bergulir dan belum ada solusi.
https://www.suara.com/news/2024/07/2...ke-luar-negeri
Senin, 29 Juli 2024 | 10:49 WIB Ilustrasi periset melakukan penelitian bakteri di laboratorium. ( ANTARA FOTO/Moch Asim/ama.
Suara.com - Pernyataan mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro yang mengemukakan banyak peneliti Indonesia memilih berkarir di luar negeri diamini pemerhati pendidikan.
Sebabnya, profesi peneliti di Indonesia dinilai masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah maupun perusahaan swasta dalam negeri. Pemerhati pendidikan Prof Dr Cecep Darmawan mengatakan, posisi peneliti di Tanah Air bahkan masih dipandang sebagai profesi kelas dua.
"Posisi peneliti harusnya menjadi salah satu urat nadi dalam sebuah institusi, baik pemerintah maupun swasta. Cuma sayangnya di kita memosisikan peneliti itu seperti masih dianggap kelas dua, masih dianggap gitu oleh sebagian, belum menjadi prioritas padahal peneliti itu sangat penting," kata Cecep kepada suara.com, dihubungi Senin (29/7/2024).
Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu menjelaskan, keberadaan peneliti sangat penting, terutama dalam pemerintahan.
Setiap kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah harusnya berdasatkan hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti agar aturannya sesuai dengan kondisi masyarakat.
Begitu pula dengan perusahaan swasta, idealnya juga perlu memiliki peneliti agar produk atau jasanya tetap relevan dengan kebutuhan publik.
"Itu lah apa yang disebut dengan evidence based policy. Jadi peneliti harusnya tiap unit-unit pemerintahan maupun swasta harusnya tersedia di situ. Kalau di swasta, persaingan semakin ketat produk misalnya ya, kan ada persaingan-persaingan. Kalau nggak ada peneliti, ya susah berkembang, bisa kalah oleh perusahaan lain," tuturnya.
Sebelumnya, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, fenomena peneliti Indonesia pilih berkarir di luar negeri sebenarnya telah lama terjadi. Persoalan itu juga sempat ramai mengemuka pada 2009 lalu.
"Di Indonesia, minat perusahaan untuk melakukan riset dan pengembangan (R&D) itu sangat terbatas, belum banyak. Mereka (perusahaan) lebih suka menggunakan teknologi yang sudah ada," katanya.
Walau sudah nyaris dua dekade menjadi pembicaraan, Bambang mengatakan, hingga kini masih terus bergulir dan belum ada solusi.
https://www.suara.com/news/2024/07/2...ke-luar-negeri
essholl dan sujime memberi reputasi
2
490
41
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
m4mpet
#5
Karena warga kelas1 itu yg penghasilannya bisa bebanin apbn
7zd8q7v48h333 dan rifkiamd.my.id memberi reputasi
2
Tutup