- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
MEREKA ADA DI SEKITAR KITA
TS
kingmaestro1
MEREKA ADA DI SEKITAR KITA
PROLOG
Halo kembali lagi bareng gue Ari, Matahari Senja. Pada bagian ini gue terlebih dahulu mau nyapa para kaskuser yang selama ini udah mantengin thread gue, gue minta maaf jika ada beberapa thread yang ngegantung. Bukan maksud gue buat kalian ngerasa diketangin tapi karna beberapa faktor yang pada akhirnya ngebuat gue mutusin untuk kaga lanjut lagi nulis, salah satunya tidak adanya izin dari pihak-pihak terkait.
Kali ini gue hadir kembali buat nyeritain pengalaman gue sewaktu gue kerja di proyek land clearing (pembukaan lahan) sebagai helper alat berat. Dimana tugas gue adalah merawat alat berat yang kebetulan saat itu gue mendapatkan Excavator sebagai armada perang, dan menjaga alat tersebut setelah selesai beroperasi. Tak jarang alat itu terparkir di dalam hutan dan terpisah dari kelompok.
Namanya hutan, tentu saja bukan hanya hewan buas, primata, dan hewan yang di kategorikan ke dalam hewan tidak buas. Tak jarang makhluk halus pun ikut tinggal di sana. Dalam penulisan thread ini gue bakal bahasa frontal terhadap menyebutan makhluk-makhluk tak kasat mata itu, tidak seperti di thread sebelumnya.
Seperti biasa, dalam thread ini tidak ada paksaan kepada pembaca untuk mempercayai apakah thread ini real atau fiktif, dan gue berharap di thread ini para pembaca bisa bersikap bijak dan menganggap ini hanyalah media sharing bukan untuk tes ilmu ataupun pamer ilmu dengan mengirimkan sesuatu ke gue, seperti thread sebelumnya.
Sebelum gue lanjut, gue mau ngucapin banyak terima kasih kepada para pembaca yang udah, like, komen dan share thread gue sebelumnya yaitu "KACAMATA SI ANAK INDIGO EDISI KKN" sehingga thread itu sempat menjadi Hot Thread dan pada akhirnya di unggah di youtube channel BRIZ (BERITA MISTIZ).
Selamat membaca dan sekali lagi gue berharap pembaca semua bisa bijak dalam membaca dan berkomentar di sini.
[INDEX]
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
PART 8
PART 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21: Sena's POV
Part 22
Diubah oleh kingmaestro1 28-07-2024 15:15
bebyzha dan 12 lainnya memberi reputasi
11
6.6K
151
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
TS
kingmaestro1
#74
Part 22
Hari ini adalah hari ketiga sejak kematian Sena, sudah tiga hari pula arwahnya terus bersama gue. Sebenarnya gue udah punya rencana untuk 'menghukum' para pelaku yang telah membuat cewek itu menjadi begini tapi gue masih belum yakin untuk melaksanakannya. Masih banyak pertimbangan yang harus gue pikirkan dalam rencana itu, setelah berembuk bersama mereka yang selama ini menyertai gue dan shalat istikharahgue masih belum merasa mantap dengan rencana itu.
Mungkin di antar kalian ada yang bertanya kenapa gue kaga bertanya kepada guru gue seperti sebelum nya? (Liat Thread Kacamata si anak indigo Ed. KKN) jawabannya karena beliau telah berpulang tepat satu tahun gue wisuda. Gue lirik Sena yang ada di sebelah gue tampak ia sangat mengerti dengan keadaan gue yang masih belum merasa yakin, hal itu terbukti dengan dia yang tak pernah lagi menanyakan rencana gue atau mendesak gue untuk segera melaksanakan rencana gue sejak malam itu.
"Na bengong ae" tegur gue karena sedari tadi gue kaga mendengar Sena berceloteh seperti sebelumnya.
"Aku takut Ri" jawabnya dengan kepala tertunduk
"Takut kenapa?"
"Ada makhluk mengerikan di depan sana"
Gue pun melihat ke depan yang di maksud Sena, di sana gue lihat ada sesosok kuntilanak dengan muka hancur tengah menatap tajam ke arah kami. Gue segera meminta macam hitam yang kini mengikuti gue untuk mengurus si kuntilanak kepo itu. Wait wait pasti kalian heran kan kenapa macan hitam yang gue lihat mengikuti bang Edi sewaktu menemukan mayat Sena ( lihat part 15) jadi gini ceritanya gansis semua
*FLASHBACK ON*
Setelah mengatakan kepada Sena untuk tidur karena selain malam yang mulai beranjak larut membuat suasana hutan kebun karet itu semakin terasa dan gue juga harus bangun jam 03:00 dini hari buat ngejalanin rutinitas gue seperti biasa yaitu shalat malam, gue segera menuju ke tenda untuk tidur di belakang gue Sena mengikuti langkah gue. Sesampainya di tenda gue kaga ngeliat tiga serangkai Adi, Angga dan Adoz, gue arahkan pandangan gue ke arah dozer Ari ternyata mereka tidur di dozer itu.
"Dasar helper sejati ga bisa jauh dari alat haha" gumam gue sambil tertawa kecil.
Gue pun mencuci muka di ember berisi air yang ia bawa ketika ia mandi tadi, gue menata tempat tidur dan mempersilahkan Sena tidur di samping gue, dia menggeleng dan berkata
"Aku ga butuh tidur Ri" (dia menolak tapi tetap membaringkan tubuhnya di samping gue
"Ooh ya udah gue tidur"
Gue segara membaringkan tubuh meletakan sebelah tangan menutupi mata dan tak lama kemudian gue terlelap. Belum lama gue terlelap tiba-tiba telinga gue menangkap suara auman tak jauh dari tenda gue berada, segera gue buka mata dan tangan langsung meraih sangkur yang selalu gue letak tak jauh dari gue, sekilas gue toleh ke samping di mana Sena berada tampak cewek itu sedang terlelap terlihat tak terganggu oleh suara auman itu.
"Dasar cewek gengsi nya aja yang gede, tadi katanya ga butuh tidur eh sekarang malah tidur ampe nyenyak gitu" batin gue seraya menggeleng tanpa gue sadari sebuah senyuman terukir begitu saja di bibir gue.
Segera gue pasang posisi siaga lalu perlahan beranjak keluar tenda dengan menggenggam sangkur yang sudah terlepas dari sarungnya dan tampak kini mengeluarkan cahaya putih akibat energi yang gue salurkan. Sedikit informasi sangkur yang gue pegang itu memang bukan sangkur biasa, sangkur yang gue dapat dari hasil petualangan gue di dunia sebelah dulu, yap sejak KKN berakhir gue memang memutuskan untuk tetap menggeluti dunia itu. Oke kita kembali ke situasi yang gue hadapin kala itu.
Gue edarkan pandangan untuk mencari keberadaan sosok entah itu harimau, macam atau binatang sejenis itu, agak lama gue mengitari area sekitar tenda tapi mata gue belum menangkap pergerakan sosok apapun. Tiba-tiba sangkur di tangan gue bergetar dan memendarkan cahaya merah kebiruan tunggu cahaya itu, gue terdiam sejenak dan segera mengambil posisi ready to war dan segera gue pertajam seluruh indera yang gue miliki. Yap seperti yang kalian pikirkan sosok yang mengeluarkan auman itu bukanlah binatang sesungguhnya melainkan sesosok makhluk yang bukan berasal dari dunia ini.
Itu gue ketahui dari cahaya yang di keluarkan sangkur tersebut, sebelah utara arah jam 12 gue merasakan ada pergerakan dari satu sosok yang lumayan cepat segera gue lempar sangkur yang sedari tadi gue genggam, sangkur itu melesat cepat bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya. Ssssss.ssss.... Tak.. Duar.. Krek.. Kreek. Bruaak, sangat di sayangkan lemparan gue itu meleset mengenai batang pohon yang berada cukup jauh dari gue. Kembali gue edarkan pandangan gue seraya tetap mempertajam indera untuk mencari keberadaan gue tersebut tangan gue sudah kembali menggengam sangkur yang kembali karena lemparan yang meleset.
Gue duduk bersila dan memejamkan mata untuk meraga sukma, jika dengan tubuh kasar gue gagal melacak keberadaannya mungkin dengan meraga suka gue akan berhasil begitu yang terlintas di pikiran gue, dan benar saja begitu sukma gue terpisah dari badan gue mulai bisa melihat sosok tersebut, pergerakannya yang tadi cepat seketika terlihat seperti gerakan yang di slowmotion. Sedikit tersentak begitu gue lihat bahwa sosok itu adalah seekor macan hitam yang waktu itu berada di belakang bang Edi (sekali lagi lihat part 15), segera gue kerahkan jurus mengikat sukma begitu posisi gue dan macan itu berada dalam satu garis lurus, begitu jurus itu berhasil digunakan dan mengenai sasaran macan tersebut langsung terkunci dalam posisinya tidak bisa bergerak seperti halnya tadi (persis seperti jutsunya Shikamaru di anime Naruto bedanya ialah di jurus ini gerakan macan itu tidak mengikuti gerakan gue layaknya kagemane no jutsu/kageshibari no jutsu milik shikamaru, di jurus ini target hanya tidak bisa bergerak sehingga mudah bagi gue untuk membidik target dengan sangkur, panah, bow gun, belati, sumpit atau yang lainnya).
Gue tambah energi yang mengalir ke sangkur dan gue keluarkan botol kerangkeng untuk menyegel sukma macan itu nantinya. Gue bersiap untuk kembali melemparkan sangkur itu kw arahnya, namun sebelum itu terjadi tiba-tiba macan itu bersuara layaknya manusia.
"Tunggu anak muda, aku tak bermaksud menganggu mu"
"Persetan dengan maksud lu, lu berada di sekitar gue itu artinya lu emang cari mati"
"Tidak aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya ingin ikut dengan mu"
"Heh, lu kira gue angkot apa main ikut ikut aja"
"Turunkan lah emosi mu dulu, aku tahu kau hanya sedang menjaga teman-teman mu dan gadis itu, aku tidak ada niatan untuk menganggu mereka atau memberi ancaman kepada kalian seperti kata ku tadi aku hanya ingin mengikuti mu menggantikan tuan lama ku"
"Baik ceritakan tentang elu dan maksud perkataan lu itu"
"Baiklah perkenalkan aku adalah macan kumbang nama ku Wira Kelana, aku adalah sosok penjaga yang di tugaskan menjaga tuan ku, namun sayang tuan ku tersebut telah tutup usia dan tidak memiliki keturunan untuk mewariskan ku untuk itu aku harus mencari tuan ku sendiri atau aku akan mati" tuturnya panjang lebar.
"Kenapa lu bakal mati? Apa lu bukan makhluk merdeka?"
"Panjang ceritanya aku juga tidak mengerti kenapa begitu tapi tolonglah aku izinkan aku menjadi pengikut, penjaga atau apapun, kamu tidak perlu khawatir aku tidak akan meminta apa-apa sebagai makananku aku bisa mencari makan sendiri"
"Sorry gue kaga bisa untuk itu tapi lu tenang aja gue ga bakal menjarain elu dan gue bakal lepasin lu" ucap gue sambil melepas jurus pengikat sukma itu sehingga dia bisa bergerak bebas kembali
"Tolong lah aku, aku mohon" ucapnya mengiba
Baru saja mulut gue akan terbuka untuk kembali menolak permohonan tersebut, tiba-tiba saja Puja muncul di hadapan gue tanpa gue ketahui sebelum nya, ia berdiri menghadap gue dan berkata
"Terima saja dia, aku bisa merasakan bahwa dia tidak akan berbahaya bagi mu malah keberadaannya bisa membantu mu untuk bisa bertahan di sini apalagi dia juga berasal dari sini" ucap Puja panjang kali lebar.
"Tapi..." ucapan gue itu segera di potong oleh maung bersaudara yang juga ikut hadir secara tiba-tiba di hadapan gue.
"Sudahlah tidak usah banyak pertimbangan, selama itu baik dan tidak merepotkan mu terima saja, ingat semua yang kamu miliki, kekuatan mu, kelebihan mu, memang untuk menolong semua makhluk yang membutuhkan tidak hanya manusia saja"
"Eh kampret gue tau itu tapi maksud gue di dalam badan gue kan udah ada kalian masa mau nambah lagi kaga sempit apa?"
"Bodoh tidak harus di badan mu dia bisa kamu letakkan di dalam sangkur mu atau cincin mu" sela Puja.
"Eh santai aja dong kaga usah ngatain gitu gue kurung juga lu"
Terlihat Puja berontak akan ucapan gue ia takut di kurung lagi seperti kejadian waktu itu tapi ia juga terima harus tunduk begitu saja tanpa perlawanan.
"Sudah tidak perlu ribut begitu sekarang lakukan saja" ucap maung bersaudara lalu menghilang dari pandangan.
Pandangan gue beralih pada sosok macan kumbang itu ia sepertinya kaget melihat Puja dan maung bersaudara padahal belum semua yang ia lihat.
"Gimana masih mau ikut gue?" tanya gue padanya.
"Dengan senang hati jika kamu mengizinkan" jawabnya pelan.
"Oke masuk lu ke sini" ucap gue sambil menunjuk sangkur yang ada di tangan kiri gue.
"Baik"
Ia pun berubah menjadi kepulan asap dan masuk ke dalam sangkur tersebut, gue kembalikan botol kerangkeng ke tempatnya dan berjalan ke tenda sambil memasukkan sangkur kembali ke sarungnya, gue letakkan itu di sisi kanan dan gue kembali membaringkan badan di dalam tenda.
*FLASHBACK OFF*
Sekarang kita kembali ke masa di mana macan itu tampak sedang mengusir kuntilanak itu dengan aumannya yang sangat keras tak hanya itu juga tampak menghentakkan kaki nya ke tanah yang menyebabkan pohon tempat si kunti berada pun goyang dan tumbang, tak lama setelahnya si kunti pun hilang bersama dengan macan itu yang berubah menjadi sebuah cahaya dan melesat mengejar si kunti tersebut.
"Dah udah hilang tu si kuntinya, setan kok takut setan" ucap gue mengelus puncak kepala Sena.
Sena mendongakkan kepalanya menatap gue dan.......
Sekian dulu gansis untuk part ini
Mungkin di antar kalian ada yang bertanya kenapa gue kaga bertanya kepada guru gue seperti sebelum nya? (Liat Thread Kacamata si anak indigo Ed. KKN) jawabannya karena beliau telah berpulang tepat satu tahun gue wisuda. Gue lirik Sena yang ada di sebelah gue tampak ia sangat mengerti dengan keadaan gue yang masih belum merasa yakin, hal itu terbukti dengan dia yang tak pernah lagi menanyakan rencana gue atau mendesak gue untuk segera melaksanakan rencana gue sejak malam itu.
"Na bengong ae" tegur gue karena sedari tadi gue kaga mendengar Sena berceloteh seperti sebelumnya.
"Aku takut Ri" jawabnya dengan kepala tertunduk
"Takut kenapa?"
"Ada makhluk mengerikan di depan sana"
Gue pun melihat ke depan yang di maksud Sena, di sana gue lihat ada sesosok kuntilanak dengan muka hancur tengah menatap tajam ke arah kami. Gue segera meminta macam hitam yang kini mengikuti gue untuk mengurus si kuntilanak kepo itu. Wait wait pasti kalian heran kan kenapa macan hitam yang gue lihat mengikuti bang Edi sewaktu menemukan mayat Sena ( lihat part 15) jadi gini ceritanya gansis semua
*FLASHBACK ON*
Setelah mengatakan kepada Sena untuk tidur karena selain malam yang mulai beranjak larut membuat suasana hutan kebun karet itu semakin terasa dan gue juga harus bangun jam 03:00 dini hari buat ngejalanin rutinitas gue seperti biasa yaitu shalat malam, gue segera menuju ke tenda untuk tidur di belakang gue Sena mengikuti langkah gue. Sesampainya di tenda gue kaga ngeliat tiga serangkai Adi, Angga dan Adoz, gue arahkan pandangan gue ke arah dozer Ari ternyata mereka tidur di dozer itu.
"Dasar helper sejati ga bisa jauh dari alat haha" gumam gue sambil tertawa kecil.
Gue pun mencuci muka di ember berisi air yang ia bawa ketika ia mandi tadi, gue menata tempat tidur dan mempersilahkan Sena tidur di samping gue, dia menggeleng dan berkata
"Aku ga butuh tidur Ri" (dia menolak tapi tetap membaringkan tubuhnya di samping gue
"Ooh ya udah gue tidur"
Gue segara membaringkan tubuh meletakan sebelah tangan menutupi mata dan tak lama kemudian gue terlelap. Belum lama gue terlelap tiba-tiba telinga gue menangkap suara auman tak jauh dari tenda gue berada, segera gue buka mata dan tangan langsung meraih sangkur yang selalu gue letak tak jauh dari gue, sekilas gue toleh ke samping di mana Sena berada tampak cewek itu sedang terlelap terlihat tak terganggu oleh suara auman itu.
"Dasar cewek gengsi nya aja yang gede, tadi katanya ga butuh tidur eh sekarang malah tidur ampe nyenyak gitu" batin gue seraya menggeleng tanpa gue sadari sebuah senyuman terukir begitu saja di bibir gue.
Segera gue pasang posisi siaga lalu perlahan beranjak keluar tenda dengan menggenggam sangkur yang sudah terlepas dari sarungnya dan tampak kini mengeluarkan cahaya putih akibat energi yang gue salurkan. Sedikit informasi sangkur yang gue pegang itu memang bukan sangkur biasa, sangkur yang gue dapat dari hasil petualangan gue di dunia sebelah dulu, yap sejak KKN berakhir gue memang memutuskan untuk tetap menggeluti dunia itu. Oke kita kembali ke situasi yang gue hadapin kala itu.
Gue edarkan pandangan untuk mencari keberadaan sosok entah itu harimau, macam atau binatang sejenis itu, agak lama gue mengitari area sekitar tenda tapi mata gue belum menangkap pergerakan sosok apapun. Tiba-tiba sangkur di tangan gue bergetar dan memendarkan cahaya merah kebiruan tunggu cahaya itu, gue terdiam sejenak dan segera mengambil posisi ready to war dan segera gue pertajam seluruh indera yang gue miliki. Yap seperti yang kalian pikirkan sosok yang mengeluarkan auman itu bukanlah binatang sesungguhnya melainkan sesosok makhluk yang bukan berasal dari dunia ini.
Itu gue ketahui dari cahaya yang di keluarkan sangkur tersebut, sebelah utara arah jam 12 gue merasakan ada pergerakan dari satu sosok yang lumayan cepat segera gue lempar sangkur yang sedari tadi gue genggam, sangkur itu melesat cepat bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya. Ssssss.ssss.... Tak.. Duar.. Krek.. Kreek. Bruaak, sangat di sayangkan lemparan gue itu meleset mengenai batang pohon yang berada cukup jauh dari gue. Kembali gue edarkan pandangan gue seraya tetap mempertajam indera untuk mencari keberadaan gue tersebut tangan gue sudah kembali menggengam sangkur yang kembali karena lemparan yang meleset.
Gue duduk bersila dan memejamkan mata untuk meraga sukma, jika dengan tubuh kasar gue gagal melacak keberadaannya mungkin dengan meraga suka gue akan berhasil begitu yang terlintas di pikiran gue, dan benar saja begitu sukma gue terpisah dari badan gue mulai bisa melihat sosok tersebut, pergerakannya yang tadi cepat seketika terlihat seperti gerakan yang di slowmotion. Sedikit tersentak begitu gue lihat bahwa sosok itu adalah seekor macan hitam yang waktu itu berada di belakang bang Edi (sekali lagi lihat part 15), segera gue kerahkan jurus mengikat sukma begitu posisi gue dan macan itu berada dalam satu garis lurus, begitu jurus itu berhasil digunakan dan mengenai sasaran macan tersebut langsung terkunci dalam posisinya tidak bisa bergerak seperti halnya tadi (persis seperti jutsunya Shikamaru di anime Naruto bedanya ialah di jurus ini gerakan macan itu tidak mengikuti gerakan gue layaknya kagemane no jutsu/kageshibari no jutsu milik shikamaru, di jurus ini target hanya tidak bisa bergerak sehingga mudah bagi gue untuk membidik target dengan sangkur, panah, bow gun, belati, sumpit atau yang lainnya).
Gue tambah energi yang mengalir ke sangkur dan gue keluarkan botol kerangkeng untuk menyegel sukma macan itu nantinya. Gue bersiap untuk kembali melemparkan sangkur itu kw arahnya, namun sebelum itu terjadi tiba-tiba macan itu bersuara layaknya manusia.
"Tunggu anak muda, aku tak bermaksud menganggu mu"
"Persetan dengan maksud lu, lu berada di sekitar gue itu artinya lu emang cari mati"
"Tidak aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya ingin ikut dengan mu"
"Heh, lu kira gue angkot apa main ikut ikut aja"
"Turunkan lah emosi mu dulu, aku tahu kau hanya sedang menjaga teman-teman mu dan gadis itu, aku tidak ada niatan untuk menganggu mereka atau memberi ancaman kepada kalian seperti kata ku tadi aku hanya ingin mengikuti mu menggantikan tuan lama ku"
"Baik ceritakan tentang elu dan maksud perkataan lu itu"
"Baiklah perkenalkan aku adalah macan kumbang nama ku Wira Kelana, aku adalah sosok penjaga yang di tugaskan menjaga tuan ku, namun sayang tuan ku tersebut telah tutup usia dan tidak memiliki keturunan untuk mewariskan ku untuk itu aku harus mencari tuan ku sendiri atau aku akan mati" tuturnya panjang lebar.
"Kenapa lu bakal mati? Apa lu bukan makhluk merdeka?"
"Panjang ceritanya aku juga tidak mengerti kenapa begitu tapi tolonglah aku izinkan aku menjadi pengikut, penjaga atau apapun, kamu tidak perlu khawatir aku tidak akan meminta apa-apa sebagai makananku aku bisa mencari makan sendiri"
"Sorry gue kaga bisa untuk itu tapi lu tenang aja gue ga bakal menjarain elu dan gue bakal lepasin lu" ucap gue sambil melepas jurus pengikat sukma itu sehingga dia bisa bergerak bebas kembali
"Tolong lah aku, aku mohon" ucapnya mengiba
Baru saja mulut gue akan terbuka untuk kembali menolak permohonan tersebut, tiba-tiba saja Puja muncul di hadapan gue tanpa gue ketahui sebelum nya, ia berdiri menghadap gue dan berkata
"Terima saja dia, aku bisa merasakan bahwa dia tidak akan berbahaya bagi mu malah keberadaannya bisa membantu mu untuk bisa bertahan di sini apalagi dia juga berasal dari sini" ucap Puja panjang kali lebar.
"Tapi..." ucapan gue itu segera di potong oleh maung bersaudara yang juga ikut hadir secara tiba-tiba di hadapan gue.
"Sudahlah tidak usah banyak pertimbangan, selama itu baik dan tidak merepotkan mu terima saja, ingat semua yang kamu miliki, kekuatan mu, kelebihan mu, memang untuk menolong semua makhluk yang membutuhkan tidak hanya manusia saja"
"Eh kampret gue tau itu tapi maksud gue di dalam badan gue kan udah ada kalian masa mau nambah lagi kaga sempit apa?"
"Bodoh tidak harus di badan mu dia bisa kamu letakkan di dalam sangkur mu atau cincin mu" sela Puja.
"Eh santai aja dong kaga usah ngatain gitu gue kurung juga lu"
Terlihat Puja berontak akan ucapan gue ia takut di kurung lagi seperti kejadian waktu itu tapi ia juga terima harus tunduk begitu saja tanpa perlawanan.
"Sudah tidak perlu ribut begitu sekarang lakukan saja" ucap maung bersaudara lalu menghilang dari pandangan.
Pandangan gue beralih pada sosok macan kumbang itu ia sepertinya kaget melihat Puja dan maung bersaudara padahal belum semua yang ia lihat.
"Gimana masih mau ikut gue?" tanya gue padanya.
"Dengan senang hati jika kamu mengizinkan" jawabnya pelan.
"Oke masuk lu ke sini" ucap gue sambil menunjuk sangkur yang ada di tangan kiri gue.
"Baik"
Ia pun berubah menjadi kepulan asap dan masuk ke dalam sangkur tersebut, gue kembalikan botol kerangkeng ke tempatnya dan berjalan ke tenda sambil memasukkan sangkur kembali ke sarungnya, gue letakkan itu di sisi kanan dan gue kembali membaringkan badan di dalam tenda.
*FLASHBACK OFF*
Sekarang kita kembali ke masa di mana macan itu tampak sedang mengusir kuntilanak itu dengan aumannya yang sangat keras tak hanya itu juga tampak menghentakkan kaki nya ke tanah yang menyebabkan pohon tempat si kunti berada pun goyang dan tumbang, tak lama setelahnya si kunti pun hilang bersama dengan macan itu yang berubah menjadi sebuah cahaya dan melesat mengejar si kunti tersebut.
"Dah udah hilang tu si kuntinya, setan kok takut setan" ucap gue mengelus puncak kepala Sena.
Sena mendongakkan kepalanya menatap gue dan.......
Sekian dulu gansis untuk part ini
bauplunk dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup