- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
MEREKA ADA DI SEKITAR KITA
TS
kingmaestro1
MEREKA ADA DI SEKITAR KITA
PROLOG
Halo kembali lagi bareng gue Ari, Matahari Senja. Pada bagian ini gue terlebih dahulu mau nyapa para kaskuser yang selama ini udah mantengin thread gue, gue minta maaf jika ada beberapa thread yang ngegantung. Bukan maksud gue buat kalian ngerasa diketangin tapi karna beberapa faktor yang pada akhirnya ngebuat gue mutusin untuk kaga lanjut lagi nulis, salah satunya tidak adanya izin dari pihak-pihak terkait.
Kali ini gue hadir kembali buat nyeritain pengalaman gue sewaktu gue kerja di proyek land clearing (pembukaan lahan) sebagai helper alat berat. Dimana tugas gue adalah merawat alat berat yang kebetulan saat itu gue mendapatkan Excavator sebagai armada perang, dan menjaga alat tersebut setelah selesai beroperasi. Tak jarang alat itu terparkir di dalam hutan dan terpisah dari kelompok.
Namanya hutan, tentu saja bukan hanya hewan buas, primata, dan hewan yang di kategorikan ke dalam hewan tidak buas. Tak jarang makhluk halus pun ikut tinggal di sana. Dalam penulisan thread ini gue bakal bahasa frontal terhadap menyebutan makhluk-makhluk tak kasat mata itu, tidak seperti di thread sebelumnya.
Seperti biasa, dalam thread ini tidak ada paksaan kepada pembaca untuk mempercayai apakah thread ini real atau fiktif, dan gue berharap di thread ini para pembaca bisa bersikap bijak dan menganggap ini hanyalah media sharing bukan untuk tes ilmu ataupun pamer ilmu dengan mengirimkan sesuatu ke gue, seperti thread sebelumnya.
Sebelum gue lanjut, gue mau ngucapin banyak terima kasih kepada para pembaca yang udah, like, komen dan share thread gue sebelumnya yaitu "KACAMATA SI ANAK INDIGO EDISI KKN" sehingga thread itu sempat menjadi Hot Thread dan pada akhirnya di unggah di youtube channel BRIZ (BERITA MISTIZ).
Selamat membaca dan sekali lagi gue berharap pembaca semua bisa bijak dalam membaca dan berkomentar di sini.
[INDEX]
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
PART 8
PART 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21: Sena's POV
Part 22
Diubah oleh kingmaestro1 28-07-2024 15:15
bebyzha dan 12 lainnya memberi reputasi
11
6.6K
151
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
TS
kingmaestro1
#66
Part 20
Gue terdiam dan membeku, bukan terpana atau teringat Clara tapi karena Sena yang sudah berupa arwah membuatnya memiliki suhu yang sangat rendah otomatis membuat gue merasa mengigil karena dingin. Ingin sekali rasanya gue lepas pelukan itu tapi karena telinga gue masih menangkap suara isakan Sena ngebuat gue kaga mau ngeganggu dan ngerusak suasana jadi gue memilih diam dan mengalirkan hawa panas untuk menetralisir dinginnya tubuh Sena.
Satu jam berlalu diiringi dengan tangisan Sena dan keterdiaman gue, karena kaga tega ngedengar tangisan itu gue elus kepalanya seraya berusaha menghiburnya biar tidak sedih lagi, meski sudah berupa arwah gue yakin Sena bisa merasakan aura penenang yang emang gue salurkan lewat telapak tangan [Meski tangan gue mengelus kepalanya persis seperti yang sering gue lakuin ke almarhumah Clara tapi terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu jika dengan Clara gue ga perlu menyalurkan aura atau energi cukup dengan perasaan tapi dengan Sena gue menggunakan aura atau energi] terlihat dari Sena yang perlahan mulai tenang dan tangisannya yang perlahan reda.
"Makasih ya Ri kamu udah mau dengerin aku dan maaf baju kamu jadi basah" ucapnya seraya melepas pelukan.
"Santai aja Na, kamu mau minum gak?" tanya gue menyodorkan botol kecil.
"Ga usah Ri, kan aku bukan manusia lagi"
"Yaelah ini mah emang minuman buat makhluk kaya kamu alias hantu haha"
"Iih jahat aku di bilang hantu" rajuk Sena.
"Trus apaan dong kalau bukan hantu? Kuntilanak?"
"Enak aja aku masih perawan tahu, emang aku tadinya mau di perkaos tapi kan ga jadi" omelnya.
"Ya udah arwah penasaran aja kali ya"
"Ga usah pake penasaran juga kali"
"Trus apaan dong? Kamu masih bergentayangan gini belum tenang di sana"
"Iya sih tapi ga usah gitu juga ah ga enak"
"Ya udah iya, trus sekarang gimana biar kamu bisa tenang?"
"Aku harus bunuh mereka berdua biar dendam ku tuntas" tandasnya lagi.
"Hm kalau menurut gue jangan di bunuh deh Na mereka berdua"
Tiba tiba Sena bangkit dari duduknya dan berdiri di depan gue dengan mata melotot seketika penampilannya berubah cukup mengerikan dengan bau kematian yang sangat menyengat, gue buru buru menutup indra penciuman gue sampai ke tahap gue ga bisa mencium bau apapun di sekeliling gue. Tampaknya Sena sedang marah ke gue, tapi gue kaga tahu apa yang bikin dia bisa semarah itu, seakan belum cukup dengan keadaan itu tiba tiba angin kencang datang seiring dengan mulut Sena yang berucap
"Jadi kamu belain mereka hah! Berarti kamu sama berengsek nya sama mereka"
"Bukan gitu Na dengerin dulu penjelasan gue"
"Alah bohong, ternyata di dunia ini ga ada orang baik"
"Lu bener Na ga ada orang baik di dunia ini, dari awal gue juga kaga bilang gue baik kan, tapi lu bisa tenang gak? Gue bakal jelasin maksud gue"
"Ga aku ga mau denger apa apa dari mulut sampah kamu"
"Lu harus dengar karena gue punya pandangan yang lebih baik dari pada pandangan lu, tapi kalau lu terus begini gue terpaksa ngurung elu di dalam botol, lu ga sadar hah! Apa yang elu lakuin sekarang ngebuat teman teman gue takut" bentak gue sedikit terpancing emosi karena Sena kaga mau nurut perkataan gue.
Sena terdiam sambil matanya melirik ke arah Angga, Adoz dan Adi memandang gue lagi lalu menunduk, gelagatnya terlihat ketakutan dan perlahan air matanya kembali turun. Demi melihat itu gue langsung bangkit dari duduk dan memeluk Sena sambil berkata
"Maaf Na gue ga sengaja bentak elu gue maksud buat itu gue cuma mau elu nurut sama gue demi kebaikan elu juga" agak panjang gue berbicara
"A..aaa..kkk..uuu taaa..kut Ri hiks hiks" ucap Sena terbata bata sambil membalas pelukan gue
"Maaf Na gue keterlaluan maksa elu ngikutin kemauan gue"
Sena menggelengkan kepalanya dan mempererat pelukannya isak tangisnya kembali terdengar dalam hati gue merutuki kebodohan gue, kenapa juga gue harus pake bentak dia padahal sekarang dia sedang rapuh dan butuh support tapi yang gue lakuin malah marahin dia mana pake acara ngancem dia lagi. Lima belas menit waktu berlalu karena Sena masih diam gue putukan untuk buka suara.
"Maafin gue Na, gua cuma ga mau jalan elu di sisi Allah jadi sulit karena elu berniat ngebunuh mereka karena apapun alasannya menghilangkan sebuah nyawa itu dosa"
Sena masih terdiam dan semakin mempererat pelukannya gue kembali mengelus kepalanya sambil terus mengucapkan maaf berkali kali, sepuluh menit kemudian Sena akhirnya melepaskan pelukannya.
"Kamu ga salah Ari, maaf aku udah langsung marah sama kamu tanpa tahu maksud dan tujuan kamu aku egois aku terlalu di butakan dendam hiks hiks" katanya sedikit terisak.
"Udah Na jangan nangis wajar kok lu bersikap kaya gitu, gue aja yang sedikit sensi tadi jangan nangis ya"
Sena menghapus air matanya dan berusaha tersenyum wajahnya sudah kembali normal alias tidak mengerikan, cantik persis seperti yang ada di photo dia akhirnya kembali duduk di samping gue yang sudah kembali melihat bintang begitu Sena mulai tenang. Perlahan sunyi mulai menjalari di antara kami.
"Makasih ya Ri" ucap Sena memecahkan keheningan.
"Buat apa?"
"Makasih karena kamu udah mau dengerin dan bantuin aku yang bahkan ga kamu kenal sebelumnya"
"Ga usah makasih untuk suatu kewajiban, dah ah yuk tidur jam 3 gue kudu bangun"
"Ngapain kamu bangun jam 3?"
"Ada banyak hal termasuk mikirin rencana buat ngasih pelajaran ke orang orang yang udah bikin lu begini"
"Emang rencananya apa Ri?"
"Ntar aja gue kasih tahu kalau semua udah matang"
"Hihi cara ngomong mu kaya presiden mahasiswa Ri"
Gue hanya diem kaga nanggapin perkataan Sena itu, kalau dia tahu gue adalah mantan presiden mahasiswa selama 2 periode bisa bisa dia kena serangan jantung dan mati buat yang kedua kalinya. Gue melangkahkan kaki menuju tenda yang gue buat bersama para begundal begundal cemen nan penakut itu, rupanya mereka sudah tidak ada di sana tapi gue kaga ambil pusing paling mereka ngumpul di alat Adoz atau Angga. Gue cukup lelah hari ini di tambah mengetahui kisah Sena sangat menguras emosi dan energi, gue pun membaringkan diri di atas kasur lalu terlelap setelah sebelumnya membaca do'a seperti biasa.
TO BE CONTINUE
Satu jam berlalu diiringi dengan tangisan Sena dan keterdiaman gue, karena kaga tega ngedengar tangisan itu gue elus kepalanya seraya berusaha menghiburnya biar tidak sedih lagi, meski sudah berupa arwah gue yakin Sena bisa merasakan aura penenang yang emang gue salurkan lewat telapak tangan [Meski tangan gue mengelus kepalanya persis seperti yang sering gue lakuin ke almarhumah Clara tapi terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu jika dengan Clara gue ga perlu menyalurkan aura atau energi cukup dengan perasaan tapi dengan Sena gue menggunakan aura atau energi] terlihat dari Sena yang perlahan mulai tenang dan tangisannya yang perlahan reda.
"Makasih ya Ri kamu udah mau dengerin aku dan maaf baju kamu jadi basah" ucapnya seraya melepas pelukan.
"Santai aja Na, kamu mau minum gak?" tanya gue menyodorkan botol kecil.
"Ga usah Ri, kan aku bukan manusia lagi"
"Yaelah ini mah emang minuman buat makhluk kaya kamu alias hantu haha"
"Iih jahat aku di bilang hantu" rajuk Sena.
"Trus apaan dong kalau bukan hantu? Kuntilanak?"
"Enak aja aku masih perawan tahu, emang aku tadinya mau di perkaos tapi kan ga jadi" omelnya.
"Ya udah arwah penasaran aja kali ya"
"Ga usah pake penasaran juga kali"
"Trus apaan dong? Kamu masih bergentayangan gini belum tenang di sana"
"Iya sih tapi ga usah gitu juga ah ga enak"
"Ya udah iya, trus sekarang gimana biar kamu bisa tenang?"
"Aku harus bunuh mereka berdua biar dendam ku tuntas" tandasnya lagi.
"Hm kalau menurut gue jangan di bunuh deh Na mereka berdua"
Tiba tiba Sena bangkit dari duduknya dan berdiri di depan gue dengan mata melotot seketika penampilannya berubah cukup mengerikan dengan bau kematian yang sangat menyengat, gue buru buru menutup indra penciuman gue sampai ke tahap gue ga bisa mencium bau apapun di sekeliling gue. Tampaknya Sena sedang marah ke gue, tapi gue kaga tahu apa yang bikin dia bisa semarah itu, seakan belum cukup dengan keadaan itu tiba tiba angin kencang datang seiring dengan mulut Sena yang berucap
"Jadi kamu belain mereka hah! Berarti kamu sama berengsek nya sama mereka"
"Bukan gitu Na dengerin dulu penjelasan gue"
"Alah bohong, ternyata di dunia ini ga ada orang baik"
"Lu bener Na ga ada orang baik di dunia ini, dari awal gue juga kaga bilang gue baik kan, tapi lu bisa tenang gak? Gue bakal jelasin maksud gue"
"Ga aku ga mau denger apa apa dari mulut sampah kamu"
"Lu harus dengar karena gue punya pandangan yang lebih baik dari pada pandangan lu, tapi kalau lu terus begini gue terpaksa ngurung elu di dalam botol, lu ga sadar hah! Apa yang elu lakuin sekarang ngebuat teman teman gue takut" bentak gue sedikit terpancing emosi karena Sena kaga mau nurut perkataan gue.
Sena terdiam sambil matanya melirik ke arah Angga, Adoz dan Adi memandang gue lagi lalu menunduk, gelagatnya terlihat ketakutan dan perlahan air matanya kembali turun. Demi melihat itu gue langsung bangkit dari duduk dan memeluk Sena sambil berkata
"Maaf Na gue ga sengaja bentak elu gue maksud buat itu gue cuma mau elu nurut sama gue demi kebaikan elu juga" agak panjang gue berbicara
"A..aaa..kkk..uuu taaa..kut Ri hiks hiks" ucap Sena terbata bata sambil membalas pelukan gue
"Maaf Na gue keterlaluan maksa elu ngikutin kemauan gue"
Sena menggelengkan kepalanya dan mempererat pelukannya isak tangisnya kembali terdengar dalam hati gue merutuki kebodohan gue, kenapa juga gue harus pake bentak dia padahal sekarang dia sedang rapuh dan butuh support tapi yang gue lakuin malah marahin dia mana pake acara ngancem dia lagi. Lima belas menit waktu berlalu karena Sena masih diam gue putukan untuk buka suara.
"Maafin gue Na, gua cuma ga mau jalan elu di sisi Allah jadi sulit karena elu berniat ngebunuh mereka karena apapun alasannya menghilangkan sebuah nyawa itu dosa"
Sena masih terdiam dan semakin mempererat pelukannya gue kembali mengelus kepalanya sambil terus mengucapkan maaf berkali kali, sepuluh menit kemudian Sena akhirnya melepaskan pelukannya.
"Kamu ga salah Ari, maaf aku udah langsung marah sama kamu tanpa tahu maksud dan tujuan kamu aku egois aku terlalu di butakan dendam hiks hiks" katanya sedikit terisak.
"Udah Na jangan nangis wajar kok lu bersikap kaya gitu, gue aja yang sedikit sensi tadi jangan nangis ya"
Sena menghapus air matanya dan berusaha tersenyum wajahnya sudah kembali normal alias tidak mengerikan, cantik persis seperti yang ada di photo dia akhirnya kembali duduk di samping gue yang sudah kembali melihat bintang begitu Sena mulai tenang. Perlahan sunyi mulai menjalari di antara kami.
"Makasih ya Ri" ucap Sena memecahkan keheningan.
"Buat apa?"
"Makasih karena kamu udah mau dengerin dan bantuin aku yang bahkan ga kamu kenal sebelumnya"
"Ga usah makasih untuk suatu kewajiban, dah ah yuk tidur jam 3 gue kudu bangun"
"Ngapain kamu bangun jam 3?"
"Ada banyak hal termasuk mikirin rencana buat ngasih pelajaran ke orang orang yang udah bikin lu begini"
"Emang rencananya apa Ri?"
"Ntar aja gue kasih tahu kalau semua udah matang"
"Hihi cara ngomong mu kaya presiden mahasiswa Ri"
Gue hanya diem kaga nanggapin perkataan Sena itu, kalau dia tahu gue adalah mantan presiden mahasiswa selama 2 periode bisa bisa dia kena serangan jantung dan mati buat yang kedua kalinya. Gue melangkahkan kaki menuju tenda yang gue buat bersama para begundal begundal cemen nan penakut itu, rupanya mereka sudah tidak ada di sana tapi gue kaga ambil pusing paling mereka ngumpul di alat Adoz atau Angga. Gue cukup lelah hari ini di tambah mengetahui kisah Sena sangat menguras emosi dan energi, gue pun membaringkan diri di atas kasur lalu terlelap setelah sebelumnya membaca do'a seperti biasa.
TO BE CONTINUE
Spoiler for Next Update :
N_182 dan 5 lainnya memberi reputasi
6