Rasanya lelah banget.
Lelah menahan perasaan yang semestinya dikeluarkan saja.
Lelah, merasa tidak pantas untuk bilang 'lelah' karena seharian anak too clingy, mikirin masak apa, harus apa lagi mengisi keseharian anak selain nonton, harus tetap mendampingi anak belajar BTA & surat pendek.
Lelah harus cuci piring sebanyak itu setelah masak, sedangkan mau diundur dikit kerjaannya, keburu digasak mertua kerjaan tsb yg bikin saya makin merasa ga pantes.
Lelah, sekedar tidur siang sejenak pun diomongin. Capeknya saya sepertinya tidak sebanding dengan capeknya seorang kepala keluarga yang mikir harus gimana untuk keberlangsungan hidup. Saya (seakan) ga boleh tidur siang, karena kegiatan sehari-hari cuma gitu doang.
Lelah, dibilang (ke)gendut(an).
Lelah, ketika udah kurusan, masih aja digituin.
Lelah, merasa tidak dapat melayani suami dengan baik.
Lelah, ketika perubahan fisik setelah melahirkan, dicemooh, dibilang 'geuleuh'. Kalo bisa milih, saya pun gamau sampe bisa segitunya. Merasa jijik sama diri sendiri sampe kasian sama suami, jangan2 dia beneran jijik sama saya karena udah ngomong gitu dan tetap ask for services. Mending jauh2 aja deh.
Lelah banget, cuma bisa cerita di sini. In real life, who does even care? Meskipun nangis sampe mata bengkak, no one even care, it will always be (all is) my faults. Meskipun nangis tersedu-sedu, doesn't even ask 'How come bisa kayak gini?', hanya menunjuk saya sebagai si sumber masalah. Dia yang paling benar, karena tahta tertinggi dalam keluarga.
Merasa tidak pantas berada di sini, untuk apa kalo bikin orang runyam?