- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
MEREKA ADA DI SEKITAR KITA
TS
kingmaestro1
MEREKA ADA DI SEKITAR KITA
PROLOG
Halo kembali lagi bareng gue Ari, Matahari Senja. Pada bagian ini gue terlebih dahulu mau nyapa para kaskuser yang selama ini udah mantengin thread gue, gue minta maaf jika ada beberapa thread yang ngegantung. Bukan maksud gue buat kalian ngerasa diketangin tapi karna beberapa faktor yang pada akhirnya ngebuat gue mutusin untuk kaga lanjut lagi nulis, salah satunya tidak adanya izin dari pihak-pihak terkait.
Kali ini gue hadir kembali buat nyeritain pengalaman gue sewaktu gue kerja di proyek land clearing (pembukaan lahan) sebagai helper alat berat. Dimana tugas gue adalah merawat alat berat yang kebetulan saat itu gue mendapatkan Excavator sebagai armada perang, dan menjaga alat tersebut setelah selesai beroperasi. Tak jarang alat itu terparkir di dalam hutan dan terpisah dari kelompok.
Namanya hutan, tentu saja bukan hanya hewan buas, primata, dan hewan yang di kategorikan ke dalam hewan tidak buas. Tak jarang makhluk halus pun ikut tinggal di sana. Dalam penulisan thread ini gue bakal bahasa frontal terhadap menyebutan makhluk-makhluk tak kasat mata itu, tidak seperti di thread sebelumnya.
Seperti biasa, dalam thread ini tidak ada paksaan kepada pembaca untuk mempercayai apakah thread ini real atau fiktif, dan gue berharap di thread ini para pembaca bisa bersikap bijak dan menganggap ini hanyalah media sharing bukan untuk tes ilmu ataupun pamer ilmu dengan mengirimkan sesuatu ke gue, seperti thread sebelumnya.
Sebelum gue lanjut, gue mau ngucapin banyak terima kasih kepada para pembaca yang udah, like, komen dan share thread gue sebelumnya yaitu "KACAMATA SI ANAK INDIGO EDISI KKN" sehingga thread itu sempat menjadi Hot Thread dan pada akhirnya di unggah di youtube channel BRIZ (BERITA MISTIZ).
Selamat membaca dan sekali lagi gue berharap pembaca semua bisa bijak dalam membaca dan berkomentar di sini.
[INDEX]
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
PART 8
PART 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21: Sena's POV
Part 22
Diubah oleh kingmaestro1 28-07-2024 15:15
bebyzha dan 12 lainnya memberi reputasi
11
6.6K
151
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
TS
kingmaestro1
#63
Part 19
Hari itu adalah hari terburuk yang pernah Sena alami dan kejadian itu tak akan pernah bisa ia lupakan. Kejadian dimana nyawanya harus terenggut karena ulah orang yang iri dan merasa sakit hati. Hal yang sebenarnya remeh namun mampu membuat seseorang jadi gelap mata.
Sebelum gue tuturkan kejadian apa yang telah merenggut nyawa Sena gue bakal memberikan sekilas info tentang Sena langsung dari narasumbernya.
Sena adalah seorang mahasiswi jurusan akutansi di sebuah universitas di Kota L, ia di kenal sebagai mahasiswi yang supel, baik, pintar, aktif dan rendah hati. Dari semester 1 hingga 6 indek prestasi semesternya selalu berada di angka 3 ke atas, hal ini tentu membuat dosen dosennya menyukainya terlebih ia adalah satu satunya mahasiswi di angkatannya yang telah melakukan seminar proposal. Mungkin bagi mahasiswa kupu-kupu -kuliah pulang-kuliah pulang- hal itu sangat biasa, berhubung Sena adalah seorang aktifis kampus tentunya hal itu sangat mengagumkan.
Tapi siapa sangka jika apa yang di milikinya itu membuat seseorang menaruh iri padanya, orang itu adalah Reta. Ya sejak dulu Reta tidak pernah bisa mengungguli kelebihan yang dimiliki oleh Sena sehingga ia begitu membenci Sena secara diam-diam. Sedangkan bagi Sena Reta adalah teman terbaik yang pernah ia punya, Reta selalu membantu Sena apabila ia sedang terbentur masalah finansial. Reta dan Sena memang berteman sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Bahkan di SMU dulu Reta kerap membela Sena saat Sena di bully oleh teman-temannya.
Disisi lain ada seorang cowok yang pernah beberapa kali mengutarakan perasaanya kepada Sena dengan berbagai cara yang bisa di bilang romantis, namun perasaan cowok itu terpaksa harus Sena tolak karena ia takut kuliahnya terhambat oleh masalah asmara. Sena sadar dirinya bukanlah orang berada maka dari itu ia ingin segera menyelesaikan kuliahnya agar tidak membebani kedua orang tuanya. Rupanya penolakan Sena itu tidak bisa di terima oleh cowok itu yang menurutnya penolakan itu sudah melukai harga dirinya, pasalnya ia begitu di puja oleh cewek cewek satu kampus terutama mahasiswi dari jurusan Sena, dari sekian banyak mahasiswi yang memuja cowok yang sering di panggil Baron salah satunya adalah Reta.
Itulah puncak kebencian Reta terhadap Sena, ia begitu mendambakan dirinya di notice oleh Baron akan tetapi justru Sena yang berhasil membuat cowok yang berprediket sebagai Cassanova itu bertekuk lutut namun terus di tolak oleh Sena. Dari situ Reta sering melancarkan teror kepada Sena, mulai dari Penelpon gelap, penguntit asing hingga surat kaleng yang terus berdatangan ke rumahnya silih berganti. Sena yang tak ingin ada orang lain yang mengetahui itu pun memendam sendirian dan sesekali hanya bercerita kepada Reta karena ia menganggap hanya Reta tempat ia berbagi, namun semakin sering ia bercerita kepada Reta semakin sering pula teror itu berdatangan, akhirnya Sena menjadi paranoid ia seperti merasa hidupnya sedang diintai marabahaya.
Dan hari itu adalah puncak dari teror yang selama ini menghampiri Sena.
Kronologi kejadian di mulai saat Sena menerima telpon dari Reta bahwa ia terjebak di gudang yang berada di sebelah ruang administrasi, Sena yang saat itu berada di parkiran kampus bergegas berlari ke arah gudang, ia sangat khawatir dengan sahabatnya itu. Meski hanya terkunci di dalam gudang tapi tingkat kepanikan Sena sama seperti kekhawatiran orang yang mendapat kabar bahwa temannya di hadang preman. Sena sangat tahu dengan pasti kondisi gudang itu, gelap, pengap dan kotor, Sena sendiri memiliki phobia terhadap gelap maka dari itu ia bisa membayangkan seberapa paniknya Reta di dalam sana.
Sesampainya di depan gudang, Sena langung memukul mukul pintu gudang seraya berteriak memanggil Reta, berkali-kali Sena mengetuk pintu tersebut namun tidak ada sahutan dari dalam. Akhirnya setelah kurang lebih 15 menit sena mengetuk dan memanggil nama Reta pintu itu terbuka, baru saja hendak melihat ke dalam sepasang tangan menarik Sena ke dalam gudang itu, sontak hal itu membuat Sena kaget dan reflek melakukan perlawanan terhadap sepasang tangan tersebut. Namun tenaganya kalah oleh sepasang tangan itu, Sena pun terseret ke dalam gudang itu.
Keadaan gudang yang gelap membuat Sena kesusahan untuk melihat sekitar rasa cemas nya pun semakin menjadi-jadi membuat phobia akan kegelapan kembali hadir, Sena menutup kedua mata, kedua telinga dan berteriak, Namun tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya hingga suara teriakan sena teredam seketika.
"Diam! cantik, gue ga bakal nyakitin elu haha, maaf ya kalau cara gue ini sedikit kasar" ucap suara yang ternyata milik seorang cowok.
Sena langsung mengenali suara itu milik siapa, karena suara itu kerap hadir di telinganya, mengucapkan kata-kata yang memabukkan, sebuah kata yang dirangkai indah bak tulisan seorang penyair.
"Baron? Kamu Baron?" tanya Sena.
"Iya sayang ini gue, jangan takut"
"Kamu mau apa Baron? Reta mana?"
"Reta? Ga pernah ada Reta di sini manis hahaha, gue dan Reta emang kerja sama buat ngejebak kamu di sini"
Seketika terkejutlah Sena mendengar itu, ia tidak menyangka bahwa orang yang selama ini dianggapnya sahabat, bahkan seperti saudara sendiri tega mengumpan dirinya kepada cowok buaya darat ini. Ia memang tidak tahu apa yang akan terjadi tapi apapun itu ia yakin Baron punya niat yang jelek terhadapnya.
"Kamu mau apa Ron?" tanya Sena sambil menangis
"Bodoh deh pertanyaan kamu, ya jelas lah gue mau kamu"
"Kamu mau apa Baron!!!" bentak Sena kemudian
"Hahaha gue mau kamu sayang, kalau gue ga bisa milikin cinta lu setidaknya tubuh lu harus gue milikin" ucap Baron seraya melakukan aksi hendak mencium bibir Sena.
Tentu saja Sena tidak tinggal diam mendapat perlakuan seperti itu ia berusaha mendorong tubuh Baron agar menjauh darinya, namun ia yang kalah tenaga hanya mampu mendorong baron sejauh 3cm, kembali Baron berusaha mencium Sena. Sedikit lagi bibir Sena akan bertemu bibir Baron, entah mendapat keberanian dari mana tiba-tiba tangan Sena melayangkan tamparan keras ke wajah Baron.
Mendapat tamparan yang lumayan keras dari sang pujaan hati seketika Baron terdiam harga dirinya semakin terluka, selama ini apapun yang dia mau selalu berhasil ia dapatkan maka kali inipun harus begitu, Sena yang merasa mendapat peluang segera mencoba melarikan diri ke arah pintu keluar. Melihat itu Baron langsung kalap dan meraih tali yang ada di sampingnya mengejar ke arah Sena dan menjerat leher Sena dari belakang, ia menarik tali itu sekuat tenaga tak peduli Sena yang megap megap karena kesulitan bernapas.
Tali yang menjerat leher nya itu sangat kuat menyebabkan ia kesulitan bernapas dan aliran darah terasa berhenti, 3 menit jeratan tali di lehernya ia rasakan seperti di neraka, tak ayal ia yang kekurangan asupan oksigen membuat pembuluh paru-parunya pecah dan ia pun meregang nyawa. Mengetahui kondisi Sena yang melemas Baron melepaskan tarikan tali di tangannya membuat tubuh Sena seketika jatuh ke lantai. Baron mengeluarkan smartphonenya dan menyalakan senter, begitu sinar senter itu penerpan wajah Sena baron langsung panik takala ia melihat wajah sena dengan mata melotot dan lidah yang melet keluar.
Baron segera mengontak Reta yang berada tak jauh dari gudang untuk memintanya segera masuk ke gudang.
"Ta..ta lu harus kesini cepat" ucap baron dengan nada panik.
"Ada apa sih Ron? Udah selesai belum elu perkaos si Sena"
"Lu buru ke sini cepatan!!" perintah Baron lagi
Mau tak mau Reta pun menuruti perintah itu ia segera melangkah ke pintu gudang lalu membuka pintunya begitu ia sampai di depan gudang. Begitu pintu gudang terbuka ia melihat Baron yang sedang memangku Sena.
"Yaleah malah mesra mesraan trus gue di suruh ke sini buat apa Ron? Elu sengaja mau manas masin gue?" sentak Reta tak suka
"Bisa jangan ngebacot gak sih elu? Nyalain senter hp lu dan bantu gue mikirin jalan keluarnya!"
Reta kembali menuruti perintah itu, ia menyalakan senter hp nya dan mengarahkannya ke Sena dan Baron, seketika itu ia terkejut melihat keadaan Sena.
"Lu apain si Sena Ron?" tanya Reta masih dengan terkejut.
Baron pun menceritakan kronologi nya tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Sena, mendengar itu Reta menghampiri Baron dan memukul pundaknya seraya berkata
"Elu phsycoRon gue kan ga pernah nyuruh elu buat bunuh Sena gue cuma nyuruh elu ngehancurin si Sena doang"
"Gue ga tau Ta semua terjadi begitu saja sekarang mayatnya kita taroh dimana?"
Mendengar itu Reta pun kembali berusaha tenang dan berpikir kemana akan dia bawa mayat itu, tiba tiba ia mendapat ide untuk membawa mayat Sena ke hutan kebun yang terletak lumayan jauh dari kampus bahkan dari rumah Sena. Baron setuju dengan usulan itu ia dan Reta membawa mayat Sena beserta tali yang di pakai untuk menjerat leher Sena tadi, Suasana kampus kala itu sudah sangat sepi sehingga tidak akan ada orang yang tahu tentang kejadian itu.
Baron dan Reta mempercepat langkah kakinya menuju tempat mobil Baron terparkir, begitu sampai di sana Reta segera membuka pintu belakang mobil Baron dan Baron segera memasukkan mayat Sena ke dalam mobil lalu segera tancap gas menuju tempat yang di maksud setelah semuanya beres. 1 jam kemudian mereka sampai di areal hutan kebun yang ternyata adalah areal garapan gue, mereka segera mengeluarkan mayat Sena dan membawanya jauh ke dalam hutan, menggantungkannya di atas pohon lalu menghapus semua jejak mereka termasuk sidik jadi yang mungkin tertinggal di tubuh Sena. Setelah di rasa beres mereka langsung meninggalkan tempat itu dan berusaha untuk terlihat seolah tidak ada apa apa.
Sena terisak saat ia menceritakan kejadian itu, gue yang sudah menutup semua jalur untuk mencegah suara Sena kembali terdengar oleh Angga, Adoz dan Adi reflek membawa Sena agar menyandarkan kepalanya ke bahu gue. Mati matian gue menahan emosi mendengar tragisnya kematian Sena. Gue sama sekali ga habis pikir kenapa bisa ada orang sebiadab itu, tanpa sadar gue melepas tinju yang menghantam safety alat gue dan menyebabkan safety yang terbuat dari besi itu bengkok.
Sena tiba tiba memeluk gue dan berkata seraya menangis
"Aku salah apa Ri? Kenapa semua harus terjadi sama aku?"
Gue terdiam dan.....
Bersambung..
Sebelum gue tuturkan kejadian apa yang telah merenggut nyawa Sena gue bakal memberikan sekilas info tentang Sena langsung dari narasumbernya.
Sena adalah seorang mahasiswi jurusan akutansi di sebuah universitas di Kota L, ia di kenal sebagai mahasiswi yang supel, baik, pintar, aktif dan rendah hati. Dari semester 1 hingga 6 indek prestasi semesternya selalu berada di angka 3 ke atas, hal ini tentu membuat dosen dosennya menyukainya terlebih ia adalah satu satunya mahasiswi di angkatannya yang telah melakukan seminar proposal. Mungkin bagi mahasiswa kupu-kupu -kuliah pulang-kuliah pulang- hal itu sangat biasa, berhubung Sena adalah seorang aktifis kampus tentunya hal itu sangat mengagumkan.
Tapi siapa sangka jika apa yang di milikinya itu membuat seseorang menaruh iri padanya, orang itu adalah Reta. Ya sejak dulu Reta tidak pernah bisa mengungguli kelebihan yang dimiliki oleh Sena sehingga ia begitu membenci Sena secara diam-diam. Sedangkan bagi Sena Reta adalah teman terbaik yang pernah ia punya, Reta selalu membantu Sena apabila ia sedang terbentur masalah finansial. Reta dan Sena memang berteman sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Bahkan di SMU dulu Reta kerap membela Sena saat Sena di bully oleh teman-temannya.
Disisi lain ada seorang cowok yang pernah beberapa kali mengutarakan perasaanya kepada Sena dengan berbagai cara yang bisa di bilang romantis, namun perasaan cowok itu terpaksa harus Sena tolak karena ia takut kuliahnya terhambat oleh masalah asmara. Sena sadar dirinya bukanlah orang berada maka dari itu ia ingin segera menyelesaikan kuliahnya agar tidak membebani kedua orang tuanya. Rupanya penolakan Sena itu tidak bisa di terima oleh cowok itu yang menurutnya penolakan itu sudah melukai harga dirinya, pasalnya ia begitu di puja oleh cewek cewek satu kampus terutama mahasiswi dari jurusan Sena, dari sekian banyak mahasiswi yang memuja cowok yang sering di panggil Baron salah satunya adalah Reta.
Itulah puncak kebencian Reta terhadap Sena, ia begitu mendambakan dirinya di notice oleh Baron akan tetapi justru Sena yang berhasil membuat cowok yang berprediket sebagai Cassanova itu bertekuk lutut namun terus di tolak oleh Sena. Dari situ Reta sering melancarkan teror kepada Sena, mulai dari Penelpon gelap, penguntit asing hingga surat kaleng yang terus berdatangan ke rumahnya silih berganti. Sena yang tak ingin ada orang lain yang mengetahui itu pun memendam sendirian dan sesekali hanya bercerita kepada Reta karena ia menganggap hanya Reta tempat ia berbagi, namun semakin sering ia bercerita kepada Reta semakin sering pula teror itu berdatangan, akhirnya Sena menjadi paranoid ia seperti merasa hidupnya sedang diintai marabahaya.
Dan hari itu adalah puncak dari teror yang selama ini menghampiri Sena.
Kronologi kejadian di mulai saat Sena menerima telpon dari Reta bahwa ia terjebak di gudang yang berada di sebelah ruang administrasi, Sena yang saat itu berada di parkiran kampus bergegas berlari ke arah gudang, ia sangat khawatir dengan sahabatnya itu. Meski hanya terkunci di dalam gudang tapi tingkat kepanikan Sena sama seperti kekhawatiran orang yang mendapat kabar bahwa temannya di hadang preman. Sena sangat tahu dengan pasti kondisi gudang itu, gelap, pengap dan kotor, Sena sendiri memiliki phobia terhadap gelap maka dari itu ia bisa membayangkan seberapa paniknya Reta di dalam sana.
Sesampainya di depan gudang, Sena langung memukul mukul pintu gudang seraya berteriak memanggil Reta, berkali-kali Sena mengetuk pintu tersebut namun tidak ada sahutan dari dalam. Akhirnya setelah kurang lebih 15 menit sena mengetuk dan memanggil nama Reta pintu itu terbuka, baru saja hendak melihat ke dalam sepasang tangan menarik Sena ke dalam gudang itu, sontak hal itu membuat Sena kaget dan reflek melakukan perlawanan terhadap sepasang tangan tersebut. Namun tenaganya kalah oleh sepasang tangan itu, Sena pun terseret ke dalam gudang itu.
Keadaan gudang yang gelap membuat Sena kesusahan untuk melihat sekitar rasa cemas nya pun semakin menjadi-jadi membuat phobia akan kegelapan kembali hadir, Sena menutup kedua mata, kedua telinga dan berteriak, Namun tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya hingga suara teriakan sena teredam seketika.
"Diam! cantik, gue ga bakal nyakitin elu haha, maaf ya kalau cara gue ini sedikit kasar" ucap suara yang ternyata milik seorang cowok.
Sena langsung mengenali suara itu milik siapa, karena suara itu kerap hadir di telinganya, mengucapkan kata-kata yang memabukkan, sebuah kata yang dirangkai indah bak tulisan seorang penyair.
"Baron? Kamu Baron?" tanya Sena.
"Iya sayang ini gue, jangan takut"
"Kamu mau apa Baron? Reta mana?"
"Reta? Ga pernah ada Reta di sini manis hahaha, gue dan Reta emang kerja sama buat ngejebak kamu di sini"
Seketika terkejutlah Sena mendengar itu, ia tidak menyangka bahwa orang yang selama ini dianggapnya sahabat, bahkan seperti saudara sendiri tega mengumpan dirinya kepada cowok buaya darat ini. Ia memang tidak tahu apa yang akan terjadi tapi apapun itu ia yakin Baron punya niat yang jelek terhadapnya.
"Kamu mau apa Ron?" tanya Sena sambil menangis
"Bodoh deh pertanyaan kamu, ya jelas lah gue mau kamu"
"Kamu mau apa Baron!!!" bentak Sena kemudian
"Hahaha gue mau kamu sayang, kalau gue ga bisa milikin cinta lu setidaknya tubuh lu harus gue milikin" ucap Baron seraya melakukan aksi hendak mencium bibir Sena.
Tentu saja Sena tidak tinggal diam mendapat perlakuan seperti itu ia berusaha mendorong tubuh Baron agar menjauh darinya, namun ia yang kalah tenaga hanya mampu mendorong baron sejauh 3cm, kembali Baron berusaha mencium Sena. Sedikit lagi bibir Sena akan bertemu bibir Baron, entah mendapat keberanian dari mana tiba-tiba tangan Sena melayangkan tamparan keras ke wajah Baron.
Mendapat tamparan yang lumayan keras dari sang pujaan hati seketika Baron terdiam harga dirinya semakin terluka, selama ini apapun yang dia mau selalu berhasil ia dapatkan maka kali inipun harus begitu, Sena yang merasa mendapat peluang segera mencoba melarikan diri ke arah pintu keluar. Melihat itu Baron langsung kalap dan meraih tali yang ada di sampingnya mengejar ke arah Sena dan menjerat leher Sena dari belakang, ia menarik tali itu sekuat tenaga tak peduli Sena yang megap megap karena kesulitan bernapas.
Tali yang menjerat leher nya itu sangat kuat menyebabkan ia kesulitan bernapas dan aliran darah terasa berhenti, 3 menit jeratan tali di lehernya ia rasakan seperti di neraka, tak ayal ia yang kekurangan asupan oksigen membuat pembuluh paru-parunya pecah dan ia pun meregang nyawa. Mengetahui kondisi Sena yang melemas Baron melepaskan tarikan tali di tangannya membuat tubuh Sena seketika jatuh ke lantai. Baron mengeluarkan smartphonenya dan menyalakan senter, begitu sinar senter itu penerpan wajah Sena baron langsung panik takala ia melihat wajah sena dengan mata melotot dan lidah yang melet keluar.
Baron segera mengontak Reta yang berada tak jauh dari gudang untuk memintanya segera masuk ke gudang.
"Ta..ta lu harus kesini cepat" ucap baron dengan nada panik.
"Ada apa sih Ron? Udah selesai belum elu perkaos si Sena"
"Lu buru ke sini cepatan!!" perintah Baron lagi
Mau tak mau Reta pun menuruti perintah itu ia segera melangkah ke pintu gudang lalu membuka pintunya begitu ia sampai di depan gudang. Begitu pintu gudang terbuka ia melihat Baron yang sedang memangku Sena.
"Yaleah malah mesra mesraan trus gue di suruh ke sini buat apa Ron? Elu sengaja mau manas masin gue?" sentak Reta tak suka
"Bisa jangan ngebacot gak sih elu? Nyalain senter hp lu dan bantu gue mikirin jalan keluarnya!"
Reta kembali menuruti perintah itu, ia menyalakan senter hp nya dan mengarahkannya ke Sena dan Baron, seketika itu ia terkejut melihat keadaan Sena.
"Lu apain si Sena Ron?" tanya Reta masih dengan terkejut.
Baron pun menceritakan kronologi nya tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Sena, mendengar itu Reta menghampiri Baron dan memukul pundaknya seraya berkata
"Elu phsycoRon gue kan ga pernah nyuruh elu buat bunuh Sena gue cuma nyuruh elu ngehancurin si Sena doang"
"Gue ga tau Ta semua terjadi begitu saja sekarang mayatnya kita taroh dimana?"
Mendengar itu Reta pun kembali berusaha tenang dan berpikir kemana akan dia bawa mayat itu, tiba tiba ia mendapat ide untuk membawa mayat Sena ke hutan kebun yang terletak lumayan jauh dari kampus bahkan dari rumah Sena. Baron setuju dengan usulan itu ia dan Reta membawa mayat Sena beserta tali yang di pakai untuk menjerat leher Sena tadi, Suasana kampus kala itu sudah sangat sepi sehingga tidak akan ada orang yang tahu tentang kejadian itu.
Baron dan Reta mempercepat langkah kakinya menuju tempat mobil Baron terparkir, begitu sampai di sana Reta segera membuka pintu belakang mobil Baron dan Baron segera memasukkan mayat Sena ke dalam mobil lalu segera tancap gas menuju tempat yang di maksud setelah semuanya beres. 1 jam kemudian mereka sampai di areal hutan kebun yang ternyata adalah areal garapan gue, mereka segera mengeluarkan mayat Sena dan membawanya jauh ke dalam hutan, menggantungkannya di atas pohon lalu menghapus semua jejak mereka termasuk sidik jadi yang mungkin tertinggal di tubuh Sena. Setelah di rasa beres mereka langsung meninggalkan tempat itu dan berusaha untuk terlihat seolah tidak ada apa apa.
Sena terisak saat ia menceritakan kejadian itu, gue yang sudah menutup semua jalur untuk mencegah suara Sena kembali terdengar oleh Angga, Adoz dan Adi reflek membawa Sena agar menyandarkan kepalanya ke bahu gue. Mati matian gue menahan emosi mendengar tragisnya kematian Sena. Gue sama sekali ga habis pikir kenapa bisa ada orang sebiadab itu, tanpa sadar gue melepas tinju yang menghantam safety alat gue dan menyebabkan safety yang terbuat dari besi itu bengkok.
Sena tiba tiba memeluk gue dan berkata seraya menangis
"Aku salah apa Ri? Kenapa semua harus terjadi sama aku?"
Gue terdiam dan.....
Bersambung..
bebyzha dan 4 lainnya memberi reputasi
5