Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
Iblis Suci
Iblis Suci


Blurb:

Mengisahkan tentang dua orang vlogger yang mendatangi sebuat sekte rahasia di tengah hutan terpencil. Semakin lama mereka di sana, mereka mulai merasakan keanehan, kegilaan dan hal-hal abnormal yang tidak manusiawi.

Akankah mereka bertahan di sana? emoticon-Takut (S)

emoticon-Takut


BAB 1

Quote:

To be continued


Diubah oleh harrywjyy 01-04-2024 09:42
regmekujo
sampeuk
itkgid
itkgid dan 11 lainnya memberi reputasi
12
2.7K
37
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
#22
BAB 13
“Begitu sombongnya kamu sebagai manusia, di hadapan Tuhan kamu enggan mengakui kerendahanmu. Tuhan telah kecewa denganmu, kamu telah mengotori ibadah suci ini,” ucap Dazza sambil menatap datar Rissa.

“Maaf, maafin aku. Aku gak sengaja,” balas Rissa sambil menangis dan memeluk Ray dengan wajah ketakutan. Air matanya terus mengalir membasahi pipi. Ray terus mengelus punggung pacarnya, membantunya agar tetap tenang.

“Biar bagaimanapun, seorang pendosa harus diberi hukuman!” tegas Dazza.

Tangisan Rissa semakin keras, ingin rasanya ia lari. Tapi ia takut masalah lebih besar malah datang. “Hukum saja aku, tak apa-apa,” kata Ray membela pacarnya. Dazza lalu menoleh ke arah Ray, ia tersenyum dengan ramah. Beberapa orang yang memperhatikan lalu cekikikan sambil berbisiki satu sama lain, mata mereka menatap aneh Ray yang siap berkorban.

“Kamu adalah manusia yang patuh pada Tuhan. Dia, dia adalah pendosanya. Jika aku menghukum kamu, maka kehadiranku sebagai pembawa pesan dipertanyakan. Tugasku hanyalah menjalankan apa yang Tuhan perintahkan.” Dazza lalu menoleh ke arah Rissa. “Dalam kasus ini, yang berdosa adalah dia. Maka sesuai perintah Tuhan, dialah yang akan aku hukum,” lanjutnya.

“Enggak!!” Rissa berteriak histeris.

Wanita tanpa busana itu lalu berdiri dan berlari meninggalkan Ray. Kakinya terus melangkah cepat menginjak rerumputan ke arah samping kuil yang merupakan hutan rimba. “Rissa!!” teriak Ray yang panik. Tapi para anak buah Dazza tidak tinggal diam, mengejar seorang wanita adalah perkara mudah. Hanya butuh beberapa detik sampai akhirnya Rissa ditangkap oleh mereka.

Mereka mengunci memegangi kedua tangan Rissa, wanita malang itu berontak dengan menendang-nendangkan kakinya ke sembarang arah. Membuat beberapa penjaga takut terkena tendangannya. “Lepas! Lepas!” teriak Rissa sambil terus memberontak dan menangis. Tapi tenaga besar yang memegang tangannya sangat sulit untuk ia lawan.

“Udah cukup! Cukup! Lepasin dia!” bentak Ray sambil berjalan mendekat dengan wajah marah.

Dari belakang tiga orang langsung memegangi Ray, kemudian dengan gerakan cepat mereka menjatuhkan pria itu ke tanah. Setelah itu tangan dan kaki Ray dikunci oleh anak buah Dazza, membuatnya tidak bisa bergerak. “baik! Lepasin!” geram Ray yang mencoba lepas dari kuncian tangan mereka.

Dazza berjalan pelan mendekati Rissa yang sudah tidak bisa bergerak. Saat pria tua bertopeng itu mendekat, kaki Rissa menendang dengan sporadis. Dengan kecerdikan anak buahnya, masalah itu bisa dengan mudah ditangani. Satu orang memegangi kaki Rissa dari belakang.

“Pendosa tetaplah pendosa,” ucap Dazza sambil terus mendekat ke Rissa.

“Jangan sentuh dia!” teriak Ray yang masih terbaring di tanah dengan kaki dan tangan dalam cengkeraman para anak buah Dazza.

“Ampun! Ampuni aku, aku yakin Tuhan Maha Pengampun,” mohon Rissa sambil menangis keras.

Dazza sampai dan berdiri tepat di depan , ia menyentuh kulit halus wanita itu. Ia raba tubuh indahnya, dari bawah ke atas. Rissa meringis ketakutan. Sambil mengelus bibir indah wanita pirang itu, Dazza berkata, “Tuhan Maha Pengampun, Sayang. Tapi kamu harus tetap dihukum, setelah itu ampunan Tuhan datang dan kamu bisa bertaubat. Itulah mengapa dia dijuluki pula sebagai Sang Maha Adil.”

Dari balik jubahnya, Dazza mengeluarkan parang besar dan tajam. Melihat itu, ratusan orang yang ada saat itu bersorak sorai. “Darah pendosa! Darah pendosa! Darah pendosa!” teriak ratusan orang telanjang itu secara bersamaan.

“Aaaaaaa!! Jangaaaan!!!” Rissa semakin histeris, sekuat tenaga ia berontak dan mencoba melepaskan diri. Namun, semua itu sia-sia.

“Jangan!! Jangan!! Kumohon!!” teriak Ray yang hanya bisa melihat tanpa bisa menyelamatkan sang pacar. “Jangan sakiti dia,” lirih Ray yang kemudian meneteskan air mata. Tangisannya terdengar pedih, di tengah sorakan bahagia orang-orang gila di sekitarnya.

Mata Dazza menatap ke atas. “Demi Tuhan!” teriak Dazza yang kemudian mengangkat tinggi-tinggi parang tajamnya. Lalu dengan sekuat tenaga, ia mulai memotong pergelangan tangan Rissa. Saat pertama kali mata pisau tajam itu menyentuh kulit halusnya, darah langsung mengalir deras.

“Aaaaaarrgggh!!!” jerit Rissa sekeras-kerasnya saat parang itu mulai mengiris kulit pergelangan tangannya.

“Sayang!!!” teriak Ray sambil menangis putus asa.

Dazza terus mengiris kulit sampai daging tangan wanita itu. Kemudian parangnya memotong putus pembuluh darah dan beberapa syaraf tangan Rissa. Darah segar pun muncrat ke mana-mana layaknya air mancur berwarna merah. “Aaarrrgghh!! Akhh! Sakit!!!” teriak Rissa tapi Dazza sama sekali tidak peduli. Topeng putihnya kini memerah terkena cipratan darah.

Parang Dazza lalu menyentuh sesuatu yang keras, ia telah sampai di tulang pergelangan tangan wanita itu. Akan sulit memotong tulang dengan parang. Anak buahnya lalu memberinya sebuah kapak. Kapak itu memiliki berat sampai satu kilogram di bagian ujungnya.

Tangisan dan suara kesakitan Rissa terus terdengar, tapi masih kalah keras dengan sorakan dan teriakan ratusan orang yang mengiringi kejadian mengerikan itu. Dazza dengan perlahan menaikkan kapak berat itu, dan sekuat tenaga ia hantamkan bagian tajam kapak ke pergelangan tangan Rissa. Seketika, tangan itu langsung terputus. Telapak tangan Rissa lalu terjatuh ke rumput.

“Fyuhh ... Kalau tahu begini, sejak awal pakai kapak,” gumam Dazza.

Para anak buah lalu melepas badan Rissa yang sudah lemas, wanita malang itu lalu terjatuh terduduk ke rumput dengan bersimbah darah. Wajahnya pucat dan matanya sayu. Ia lalu mengangkat dan melihat tangan kanannya yang sudah buntung. Seketika, wajahnya berubah drastis saat melihat tangannya. Perlahan nafasnya menjadi tak karuan.

“Aaaaaaaa!!!” teriak Rissa saat melihat tangannya.

Ray yang juga sudah dilepaskan oleh anak buah Dazza lalu berlari menghampiri sang pacar. Sambil menangis ia lalu memeluk Rissa. “Sayang, maafkan aku,” ucapnya sambil menangis. Sedangkan Rissa masih histeris karena kehilangan pergelangan tangannya.

Darah segar terus mengalir deras dari pembuluh darah yang terputus, persis seperti pipa air yang bocor. “Tanganku, Sayang!! Tangankuuu!!!” teriak Rissa histeris. Teriakannya itu membuatnya jatuh terkulai lemas, Ray lalu buru-buru menangkapnya.

“Tahan, Sayang! Tahan!” kata Ray. “Eve, kita minta bantuan dia!” Dengan wajah panik, Ray mengangkat tubuh pacarnya. Ia gendong Rissa dan berlari meninggalkan tempat itu. Mau tak mau ia berlari kembali ke dalam dinding putih, matanya menatap ke mansion. Dalam gendongan Ray, Rissa semakin pucat dan lemas. Darahnya terus menerus keluar.

Sementara itu, Ray yang kabur sama sekali tidak disadari oleh Dazza berserta anak buah dan pengikutnya. Itu karena mereka fokus pada ritual penyucian. Dazza berdiri di tengah-tengah ratusan pengikutnya. Tangan kirinya memegang tongkat, tangan kanannya memegang potongan telapak tangan milik Rissa. Potongan tangan itu ia angkat ke udara sambil membaca doa-doa.

“Tuhan, ini adalah darah sang pendosa. Setiap darah yang keluar dari sang pendosa adalah darah suci, karena di dalamnya tentu mengandung ampunanmu. Dan atas izinmu kini berikanlah ampunanmu pula kepada kami,”ucap Dazza. Ia lalu menatap para pengikutku. “Sesungguh darah dan daging potongan dari sang pendosa adalah suci! Tetesan darahnya keluar bersamaan dengan ampunan Tuhan! Barangsiapa yang meminum atau memakan dagingnya, maka kesalahan kalian selama satu tahun akan diampuni!” kata Dazza.

“Berikan pada kami!” teriak ratusan orang itu.

Dazza lalu melempar potongan tangan itu ke udara, kemudian jatuh tepat di tengah-tengah pengikutnya. Dengan membabi-buta, mereka semua saling berebut untuk memakan dan meminum darah yang ada di dalamnya. Satu tetes saja yang masuk ke mulut mereka, maka artinya satu tahun ampunan.

Dazza membiarkan mereka saling memukul, saling mendorong untuk mendapat tangan tersebut. Banyak anak-anak terinjak sampai tewas, orang tua juga turut menjadi korban. Namun, mereka tidak peduli. Yang terpenting adalah ampunan Tuhan. Mereka menggila dan semakin gila.

“Tuhan, sungguh di malam ini kami merasakan kehadiranmu. Kami rasakan keagunganmu,” ucap Dazza sambil menonton umatnya yang semakin rusuh memperebutkan potongan tangan pendosa.
tariganna
tariganna memberi reputasi
1