iqbalballeAvatar border
TS
iqbalballe
Skor Real Count Terkini : Nasionalis 31 Provinsi vs Agama 2 Provinsi



Sumber : Detik


Kemenangan Prabowo – Gibran di Pemilu 2024 menjadi tonggak besar kemenangan mutlak Nasionalisme terhadap Islamisme.

Hal tersebut terlihat dari hasil rekapitulasi nasional terkini di 33 provinsi dimana Prabowo – Gibran telah ditetapkan oleh pleno KPU sah menang mutrlak di 31 provinsi sedangkan Anies – Imin menang di 2 provinsi.

Sementara paslon nomor 3 Ganjar – Mahfud tidak mendapat kemenangan satu pun dari 33 provinsi yang telah menyelesaikan Real Count tersebut.

Ketua KPU RI Hasyim Asy’ari menjelaskan terdapat lima provinsi tersisa yag perlu direkap.

"Agenda kita hari ini hanya untuk Provinsi Papua Tengah. Selanjutnya, masih ada Papua Induk, Papua Pegunungan, Papua Barat Daya, untuk di Papua. Kemudian, masih ada Maluku, dan masih ada Jawa Barat," kata Hasyim di Gedung KPU RI, 17 Maret 2024.

Sumber : https://news.republika.co.id/berita/...di-31-provinsi

Data rekapitulasi nasional tersebut menunjukkan bahwa Poros Nasionalis Prabowo – Gibran memenangkan hampir seluruh provinsi tanpa meraih dukungan satu pun dari partai-partai penjual nama NU.

Poros Islam Anies – Imin yang hanya menang di Aceh dan Sumatera Barat yang mana merupakan basis tradisional Anies Baswedan, menandai kinerja PKB yang mandul bahkan sebagai partai penjual nama NU.

Apalagi jika melihat realitas PPP yang nyaris tidak lolos ke Senayan, serta tidak memberikan kontribusi apa pun terhadap suara Ganjar – Mahfud yang harus menerima kenyataan pahit tidak meraih kemenangan di satu provinsi pun.

Kemenangan mutlak Prabowo – Gibran sebagai Poros Nasionalis Modern merebut hampir seluruh Pulau Jawa dan Sumatera menunjukkan pengkategorian pemilih muslim atau pelabelan pemilih NU sudah tidak lagi bermakna dalam kalkulasi politik hari ini dan beberapa dekade mendatang.

Sebab kenyataannya, pemilih NU yang menjadi obyek dagang PKB dan PPP, termasuk pemilih muslim yang menjadi obyek dagang politik PKS di Pulau Jawa dan Sumatera sebagian besar tidak mengikuti komando parpol Islam.

Realitas ini menunjukkan pemilih muslim Indonesia tidak lagi melihat pada politik identitas ke-Nu-an, ke-Wahabi-an, dan embel-embel lainnya.

Mereka, sebagian besar pemilih muslim sudah mengedepankan nasionalisme di atas identitas kecil ormas-ormasnya.

Mereka, pemilih muslim tak lagi peduli apa kata kyai, ustad, dan pangkat-pangkat kesucian yang menjadi tempat berpijak parpol-parpol pedagang politik identitas Islam semacam PKB, PPP, dan PKS.

Mereka, pemilih muslim sudah melihat dengan kacamata baru yakni Nasionalisme. Alias, hampir tidak perlu lagi kita mengkategorikan pemilih Muslim, Pemilih NU, Pemilih Wahabi, dan sejenisnya pada pemilu-pemilu mendatang.

Oleh karena itu, bolehlah kita katakan bahwa hari ini, Negara tidak kalah Agama.

Sungguh progresivitas nyata bagi perpolitikan Indonesia ke depan yang siap memasuki era persaingan gagasan, alih-alih persaingan identitas kecil kesukuan-keagamaan-keormasan serta tetek bengek lainnya. Ini adalah bukti kemenangan Poros Nasionalis Modern.

Sebagaimana dengan yang telah TS (Thread Starter / Penulis) urai pada thread/tulisan sebelumnya, bahwa kemenangan mutlak Prabowo – Gibran tidak mengandalkan sedikit pun kontribusi organ – organ politik NU.

Cukup dengan mengakuisisi beberapa figur kunci dalam penggalangan massa pemilih NU, yang tidak dilakukan dengan mengedepankan kacama Islam maupun kacamata ke-NU-an, melainkan kacamata “massa depan yang lebih baik dalam sudut pandang modernitas.”

Capaian kemenangan Prabowo – Gibran di 31 provinsi, khususnya di basis Indonesia bagian barat yang merupakan tulang punggung pemilih Islam, tanpa sedikit pun dukungan dari organ politik Islam (PKB, PPP, dan PKS) menunjukkan kemenangan telak ideologi nasionalisme terhadap ideologi Islam.

Itulah kenapa sejak jauh sebelum Pilpres, TS telah memprediksi di berbagai diskusi internal bahwa seluruh organ politik Islam di Indonesia akan punah dalam satu hingga dua dekade mendatang. 

TS telah memprediksi ini sejak beberapa tahun lalu, namun TS menuangkannya dalam bentuk Thread baru pada 16 Februari 2024 atau H+2 pilpres, setelah menguji hipotesis TS dari capaian Pilpres 2024. Faktanya, perpolitikan ideologi Islam kalah telah oleh keberhasilan nasionalis memodernisasi target suaranya kepada generasi muda (Gen Y maupun Gen Z) yang jauh dari jangkauan Agama.

Sumber :


Realita dan prediksi tersebut sudah diketahui Prabowo – Gibran, dimana bersatunya Jokowi yang didukung penuh Milenial (Gen Y) dan Gibran yang didukung penuh Gen Z dengan Prabowo yang didukung penuh Gen X (politisi, birokrat, aktivis, LSM) merupakan formula lengkap investasi politik masa depan.

Sebab tahun 2029 nanti adalah situasi dimana 60 % pemilih dikuasai Gen Z, dan 25 % pemilih dikuasai Gen Y dengan total 85 % pemilih.

Sebanyak 85 % pemilih di tahun 2029 dan setelahnya, adalah generasi yang lebih dari 50 % aktivitas hariannya terkoneksi dengan informasi dari luar internalisasi keluarga dan sosial sekitar, termasuk jauh dari tradisi dan Agama.

Itulah mengapa, TS sudah melihat sejak jauh hari, seluruh pilar politik tradisional, pilar politik identitas keagamaan, akan punah paling lama dalam dua dekade mendatang.

Lihatlah hasil survei hidup Gen Z di Indonesia, hanya 33% prioritas dari Gen Z yang memilih taat beragama atau beribadah, sedangkan 58,67 % prioritasnya yakni membahagiakan orang tua/keluarga.

Prioritas membahagiakan orang tua / keluarga dari Gen Z ini harus dilihat dengan kacamata Gen Z ingin sukses dan diakui atau menjadi kebanggaan orang tua. Itulah mengapa sebanyak 44,33 persen  dan 41,67 persen Gen Z ingin gaji dan karier yang mapan serta memiliki kondisi keuangan yang baik.

Sumber : https://dataindonesia.id/varia/detai...z-di-indonesia

Dengan kata lain, sebagian besar Gen Z menolak tradisi, baik itu budaya maupun agama.

Hal ini berkaitan pula dengan pola menyerap informasi dari Gen Z.

Jika dalam 24 jam, 10 jam digunakan seseorang untuk tidur, maka ada 14 jam waktu tersisa bagi seorang anak mendapatkan informasi. Zaman TS dahulu sebagian besar atau 90 persen lebih informasi yang didapatkan seorang anak adalah dari orang tua serta sekolah.

Sementara saat ini bisa saja dalam 14 jam tersebut ada 10 jam yang digunakan Gen Z untuk bersama gadget. Dengan kata lain sebagian besar informasi yang didapatkan Gen Z adalah dari luar, alias informasi global.

Oleh karena itu, langkah Prabowo investasi politik pada Jokowi dan Gibran adalah investasi politik jangka panjang yang tepat, karena akan berdampak pada kemenangan berantai selama setidaknya 2 dekade mendatang.

Hasil real count KPU untuk Pilpres 2024 sudah memperlihatkan signifikasi prediksi TS. Fakta dari sekitar 20-an provinsi yang mayoritas muslim lebih memilih memenangkan Poros Nasionalis, atau hanya 2 provinsi Muslim saja yang masih memilih memenangkan Poros Islam, menandai sinyal tak terbantahkan soal kepunahan pilar politik identitas Islam hanya dalam satu – dua dekade mendatang.

Kita pun dapat ambil kesimpulan bahwa realitas capaian politik 2024 menunjukkan bahwa sejak hari ini, orang Islam Indonesia akan lebih menghormati Merah Putih, Pancasila, dan Kepala Negara ketimbang menghormati pangkat-pangkat kesucian Agama.

Ini adalah tonggak besar kemenangan mutlak Nasionalisme terhadap Islamisme. Sebab negara tidak boleh kalah dari ormas agama. Zaman baru, bukan lagi sekedar obrolan dan lamunan dalam ruang diskusi abstrak. Zaman baru, telah dihadapan kita semua dan telah dipijak oleh satu kaki kita semua. Tahun 2029, kedua kaki kita semua, akan menginjak Zaman Baru.
tritomchan
MarG83
sukhoipakfa
sukhoipakfa dan 6 lainnya memberi reputasi
7
21.8K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
senangwaeAvatar border
senangwae
#10
Pasti 2 provinsi itu aceh dan sumatra barat emoticon-Shakehand2
tritomchan
tritomchan memberi reputasi
1
Tutup