Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
Dalam Dekapan Kabut
Dalam Dekapan Kabut

Izinkan saya kembali bercerita tentang sebuah kejadian di masa lalu

dalam dekapan kabut, aku terhangatkan oleh kalimat cintamu, kalimat sederhana penuh makna yang terucap diantara hamparan bunga bunga edelweis yang menjadi simbol keabadian... 

Chapter :

DDK - Chapter 1

DDK - Chapter 2

DDK - Chapter 3

DDK - Chapter 4

DDK - Chapter 5

DDK - Chapter 6

DDK - Chapter 7
Diubah oleh meta.morfosis Kemarin 13:19
riodgarp
jenggalasunyi
bukhorigan
bukhorigan dan 5 lainnya memberi reputasi
6
630
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
#2
Chapter 2

Kabar Berita Yang Tidak Terduga









“ cukup bu, cukup... ” gumamku dengan suara bergetar, butiran air mata yang telah menggenang di kedua kelopak mataku semenjak ibu memberitahukan penyakit yang dideritanya itu, kini mengalir begitu saja tanpa bisa aku menahannya.

“ ibu harus berobat bu, ibu bisa menggunakan gaji apang dan juga gaji bapak untuk mengobati penyakit ibu dan jikalau semuanya itu kurang, ibu masih bisa menjual rumah ini untuk— ”

“ pang ”

Gejolak emosi yang saat ini aku rasakan, kini memuncak seiring dengan terucapnya perkataan ibu yang memotong perkataanku, dalam tangisanku kini, usapan jari jemari tangan ibu yang membelai rambutku seperti memberikanku sebuah isyarat agar aku bisa menyikapi situasi yang aku hadapi ini dengan hati yang lapang.

“ kamu harus kuat pang, jangan mengambil keputusan yang akan merugikan keluarga kita ini ”

“ tapi bu ”

“ ingat pang, adik adik kamu itu masih membutuhkan biaya yang banyak untuk pendidikannya ” ibu menghentikan belaian tangannya pada rambutku, ekspresi ketegaran yang terpancar di wajahnya menunjukan rasa keikhlasan ibu untuk menghadapi jalan hidup yang harus dilaluinya.

“ hidup dan mati kita itu hanya tuhan yang menentukan, kamu harus yakin dengan ketentuan itu ” ujar ibu sambil mengembangkan senyumnya.

“ bu, apakah bapak, anti dan anto sudah mengetahui penyakit yang ibu derita ini ? ”

“ mereka enggak perlu tahu pang, kamu harus berjanji jangan sampai mereka mengetahuinya ”

Entah saat ini aku harus merespon dengan kalimat apa untuk menanggapi permintaan ibu, hanya saja kini begitu aku mendapati ekspresi wajah ibu yang memintaku untuk memenuhi permintaannya itu, aku hanya bisa menganggukan kepala dalam kebisuan, hingga akhirnya selepas dari anggukan kepalaku itu, dari mulut ibu kembali terucap pertanyaan yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan akan aku dengar malam ini, pertanyaan ibu yang menanyakan kapan aku akan menikah sepertinya terhubung dengan vonis dokter yang telah memeriksa penyakit kanker hati yang dideritanya itu.

“ bu... bu, ibu enggak usah menanyakan pertanyaan seperti itu, apang— ”

“ kapan kamu akan menikah pang ? ” aku terdiam dalam rasa bimbang untuk menjawab pertanyaan itu, segurat senyuman yang terkembang di wajah ibu seakan akan tengah mentertawakan kebimbanganku ini

“ ibu selalu mendoakan kamu cepat menikah pang, dan ibu sangat merasa yakin dalam waktu yang enggak lama lagi, kamu pasti akan mendapatkan jodoh ”

Mungkin inilah yang dinamakan ikatan batin antara seorang ibu dengan anaknya, perkataan ibu yang mengatakan bahwa aku akan menemukan jodoh dalam waktu yang tidak lama lagi, kini mengingatkanku akan sosok anindia, dan kini begitu aku mendapati perkataannya itu, aku segera menceritakan kepada ibu tentang segala sesuatu yang terhubung dengan anindia, dan di saat itulah ibu memintaku untuk mengajak anindia berkunjung ke rumah agar ibu bisa mengenal anindia lebih dekat lagi.

“ duh bu, sepertinya untuk permintaan ibu yang ini apang merasa sulit untuk mengabulkannya, jujur saja bu, saat ini apang masih dalam tahap pendekatan dengan anindia ”

Tiga hari sudah waktu berlalu dari percakapanku dengan ibu, diantara cerahnya langit sabtu sore yang berhiaskan lembayung senja berwarna jingga, aku memacu sepeda motorku dengan laju yang kencang, keinginanku yang ingin segera mewujudkan secara nyata berbagai macam imajinasi romantis yang ada di dalam pikiranku ini, sedikit banyak kini telah dapat membantuku di dalam menghadirkan rasa kepercayaan diriku untuk mendekati anindia, hanya saja kini diantara keberadaan diriku yang hanya menyisakan jarak setengah jam perjalanan lagi dari rumah anindia, keinginanku yang ingin segera mewujudkan secara nyata berbagai macam imajinasi romantis yang ada di dalam pikiranku ini terpaksa aku tunda sejenak, karena saat ini aku mendapati sebuah situasi yang membuatku bertanya tanya atas apa yang sebenarnya telah terjadi di jalan raya yang akan aku lalui ini.

“ kalau melihat dari tanda tandanya sih, sepertinya telah terjadi kecelakaan  ” gumamku diantara sepeda motorku yang saat ini telah aku tepikan di pinggir jalan, dalam pengelihatanku saat ini terlihat taburan pasir di jalan raya yang sepertinya diperuntukan untuk menutupi sesuatu, beberapa ekor lalat yang hinggap di atas taburan pasir tersebut, memberikan isyarat akan adanya sesuatu tersembunyi di dalam taburan pasir dan besar kemungkinannya sesuatu yang tersembunyi itu adalah sesuatu yang disukai oleh lalat.

“ sedang mencari apa kang ? ” tanya seorang penjaja rokok keliling yang tanpa aku sadari kini telah berdiri disampingku yang masih berada di atas sepeda motor, tatapan matanya terlihat tertuju ke arah tumpukan pasir yang saat ini tengah aku amati.

“ saya enggak sedang mencari apa apa pak, tapi saya merasa penasaran saja dengan tumpukan pasir itu ”

“ ohh begitu ” gumam penjaja rokok sambil mengangguk anggukan kepalanya.

“ apakah di jalan ini telah terjadi kecelakaan pak ? ”

“ iya kang, lebih tepatnya sih kecelakaan yang aneh ”

“ kecelakaan yang aneh ? ” tanyaku dalam ekspresi wajah yang bingung.

“ iya kang, bagaimana enggak aneh, coba akang bayangkan... tadi itu saya melihat seorang pemuda meronta ronta di sepeda motornya yang tengah berjalan, lalu setelah itu pemuda itu secara tiba tiba menghentikan laju sepeda motornya lalu berlari ke arah bis yang tengah melaju dengan sangat kencang ”

“ astagaaa... ” gumamku lirih karena membayangkan rasa sakit yang diderita pemuda itu di saat tertabrak bis.

“ kalau melihat dari gerak geriknya sih kang, sepertinya pemuda itu tengah merasakan ketakutan dengan sesuatu, tapi... ” bapak penjaja rokok terdiam, kerutan halus yang terlihat di dahinya menunjukan bahwa dirinya saat ini tengah memikirkan sesuatu yang terhubung dengan kejadian kecelakaan yang telah disaksikannya itu.

“ tapi kenapa pak ? ”

“ tapi saya bingung kang, sebenarnya pemuda itu merasa ketakutan dengan apa yaa... karena berdasarkan apa yang saya lihat di saat kecelakaan itu terjadi, saya sama sekali enggak melihat adanya sesuatu yang menakuti pemuda itu ”

Janggal, sepertinya hanya kata itulah yang hadir di dalam pikiranku saat ini di dalam menyikapi keterangan bapak penjaja rokok yang menceritakan kejadian kecelakaan yang telah disaksikannya itu, hingga akhirnya setelah beberapa saat lamanya aku dan bapak penjaja rokok kembali terlibat di dalam perbincangan yang membahas tentang kejadian kecelakaan itu, keteringatanku akan tujuan utama dari perjalananku ini, pada akhirnya menyadarkanku untuk segera mengakhiri pembicaraanku ini dan melanjutkan perjalananku ke rumah anindia.

“ hahh ! yang benar kamu med ? ”

Dalam posisiku saat ini yang baru saja tiba di rumah anindia, sebuah kabar berita tidak terduga yang terucap dari mulut ismed, membuyarkan pertanyaan di dalam hatiku yang menanyakan tentang keberadaan anindia dan ida saat ini yang tidak terlihat keberadaannya di ruang tamu, dan kini begitu aku mendapati kabar berita tidak terduga itu, aku langsung menggali informasinya lebih dalam lagi, dan pada akhirnya aku bisa memastikan lokasi kejadian kecelakaan yang telah aku lihat sewaktu aku menempuh perjalanan ke rumah anindia adalah lokasi dimana arif mengalami kecelakaan maut yang merenggut nyawanya. 

“ sumpah med, aku benar benar enggak menyangka lokasi kejadian kecelakaan yang aku lihat tadi itu adalah lokasi dimana arif mengalami kecelakaan ”

“ kalau merujuk dari penuturan anin sih, memang itu lokasinya pang ” ujar ismed seraya mengambil gelas berisikan air teh yang terhidang di atas meja lalu meminumnya.

“ sekarang anin dan ida berada dimana med ? ”

“ mereka tengah berada di kamar pang, lagi bersiap siap untuk takziah ke rumah almarhum arif ”

Mengiringi jawaban ismed tersebut, tatapan mataku tertuju ke arah lemari besar yang berada tidak jauh dari ruang tamu dimana aku dan ismed berada, beberapa benda pusaka yang tersimpan di dalam lemari besar tersebut, tersusun rapih dan sangat terawat.

“ ehh med, aku kok enggak melihat orang tuanya anin sih, mereka da dimana ?”

“ mereka sedang keluar rumah pang, menurut penuturan anin sih... katanya mereka tengah menghadiri acara pernikahan salah satu kerabat jauhnya yang tinggal di jakarta ” ujar ismed dengan tatapan mata memandang ke arah lemari besar yang saat ini tengah aku perhatikan, dalam rasa ketertarikanku dengan benda benda pusaka yang tersimpan di dalam lemari besar, aku beranjak bangun dari dudukku dan hendak berjalan ke lemari besar, hanya saja kini belum sempat aku melangkahkan kakiku, kehadiran ida dan juga anindia yang saat ini baru saja keluar dari dalam kamar, telah membuatku mengurungkan untuk melangkah dan lebih memilih untuk kembali duduk kembali duduk seraya menanti perkataan pertama yang akan terucap dari mulut anindia begitu melihat kehadiranku ini.

“ ehh apang sudah datang ” tegur anindia sambil mengembangkan senyumnya, di sisi yang lain terlidat ida dan ismed bermain mata untuk menggoda kecanggungan sikapku saat ini.

“ kamu sudah lama pang datangnya ? maaf yaa... tadi itu aku tengah bersiap siap untuk takziah ke rumah arif ”

“ belum begitu lama sih nin, mungkin baru sekitar sepuluh menitan ” anindia mengangguk anggukan kepalanya, tatapan matanya tertuju ke arah jam dinding yang saat ini telah menunjukan pukul lima sore hari.

“ kamu sudah tahu kan pang kejadian kecelakaan yang menimpa arif ? ”

“ sudah nin, tadi ismed yang memberitahukannya ”

“ ohh begitu... ya sudah kalau begitu sebaiknya kita berangkat ke rumah almarhum arif sekarang, biar nantinya itu kita enggak sholat magrib di jalan ”

Selepas dari perkataan anindia tersebut, ida langsung mengusulkan agar aku berboncengan sepeda motor dengan anindia, dan apa yang diusulkan oleh ida tersebut kini bersambut dengan persetujuan anindia karena dirinya merasa tidak nyaman untuk membawa sepeda motor seorang diri di saat suasana hatinya kurang baik akibat mendapat kabar arif meninggal dunia karena kecelakaan.

“ kamu baik baik saja kan nin ? ”

“ aku baik baik saja pang, tadi itu aku hanya sedikit terkejut karena mendapati kabar berita yang tidak terduga itu ” jawab anindia diantara laju sepeda motor yang mulai berjalan menjauh meninggalkan rumah anindia, dan entah yang aku rasakan saat ini apakah hanya perasaanku saja atau bukan, saat ini aku merasakan sepeda motor yang aku kendarai ini seperti membawa beban yang teramat berat, dan hal itu sangatlah tidak wajar karena saat ini aku hanya memboncengi anindia tanpa membawa benda berat lainnya.

“ maaf nin, kalau aku boleh bertanya, kamu itu sebenarnya ada hubungan apa sih dengan alamarhum arif ? ”

“ maksud kamu pang ? ”

“ maksud aku nin... dari selentingan kabar berita yang aku dengar di kampus, kamu itu— ”

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku itu, entah saat ini apa yang telah terjadi pada sepeda motor yang aku kendarai ini, saat ini aku seperti melihat adanya kepulan asap putih yang bersumber dari ban belakang sepeda motor, dan dikarenakan saat ini aku merasa khawatir kepulan asap putih yang telah aku lihat itu adalah pertanda akan adanya kerusakan pada sepeda motorku, aku segera menepikan sepeda motor di pinggir jalan lalu memeriksanya.

“ tadi itu asap apa pang ? ”

“ kamu melihatnya juga nin ? ” jawabku balik bertanya, terlihat saat ini anindia menganggukan kepalanya, mendapati hal itu, aku segera memeriksa ban belakang sepeda motorku untuk memastikan keadaannya, bau hangus yang saat ini tercium, mengindikasikan adanya permasalahan pada ban sepeda motorku.

“ ada masalah yaa pang dengan ban sepeda motornya ?”

“ entahlah nin, tapi sepertinya sih begitu ”

“ pantas saja pang dari tadi itu kamu membawa motornya sangat pelan ”
Ingin rasanya saat ini aku memberitahukan kepada anindia penyebab mengapa aku membawa sepeda motor dengan laju yang pelan, namun dikarenakan saat ini aku tidak ingin informasi yang aku berikan itu akan memberikan dampak negatif di dalam pikiran anindia, aku kini memilih untuk tidak memberitahukannya.

“ pang, itu ismed dan ida ” 

Dalam posisiku yang saat ini tengah berjongkok untuk mengamati keadaan ban, pemberitahuan anindia tersebut kini telah membuatku mengalihkan tatapan mataku dari ban motor, terlihat saat ini ismed memarkirkan sepeda motornya lalu berjalan menghampiriku.

“ motor kamu kenapa pang ? ”

“ enggak tahu nih med, tiba tiba saja tadi itu dari ban belakang motorku ini muncul kepulan asap ” ismed berjongkok, tatapan matanya tertuju ke arah ban yang saat ini tengah aku pegangi.

“ mungkin kamu jarang mencuci motor ini kali pang ” aku terdiam, di sisi yang lain terlihat anindia tengah berbicara dengan ida.

“ med, kita tukaran penumpang yaa, kamu yang memboncengi anindia, aku yang memboncengi ida ” ismed mengernyitkan dahinya karena merasakan adanya sesuatu yang janggal dengan permintaanku itu

“ waduhh... kamu ini enggak lagi kesambet kan pang ? kamu yakin nih aku yang memboncengi anin ? ” ujar ismed setengah berbisik

“ sudah jangan cerewet med, lebih baik sekarang kamu berangkat duluan bersama anin, nanti aku akan menyusul bersama dengan ida ”

“ pang... pang..., memang benar benar aneh kamu ini ”

Mengakhiri perkataanya itu, ismed segera beranjak bangun dari jongkoknya lalu berjalan menghampiri keberadaan anindia dan ida, hingga akhirnya selepas dari pembicaraan yang telah dilakukannya, anindia langsung menghampiriku dan menanyakan alasan mengapa aku memutuskan untuk berganti penumpang, dan di saat itulah aku memberikan jawaban yang mana jawabanku itu pada akhirnya dapat diterima dengan baik oleh anindia.

“ ohh jadi begitu pang ”

“ iya nin, sudah sewajarnya kamu itu berangkat duluan karena kamu itu adalah orang yang paling dekat dengan alamarhum arif ”

Diubah oleh meta.morfosis Kemarin 11:53
suryaassyauqie3
69banditos
namakuve
namakuve dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup