Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
Dalam Dekapan Kabut
Dalam Dekapan Kabut

Izinkan saya kembali bercerita tentang sebuah kejadian di masa lalu

dalam dekapan kabut, aku terhangatkan oleh kalimat cintamu, kalimat sederhana penuh makna yang terucap diantara hamparan bunga bunga edelweis yang menjadi simbol keabadian... 

Chapter :

DDK - Chapter 1

DDK - Chapter 2

DDK - Chapter 3

DDK - Chapter 4

DDK - Chapter 5

DDK - Chapter 6

DDK - Chapter 7
Diubah oleh meta.morfosis Kemarin 13:19
riodgarp
jenggalasunyi
bukhorigan
bukhorigan dan 5 lainnya memberi reputasi
6
630
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
#1
Chapter 1

Pengakuan Ibu








Bogor, 2001


Waktu belum beranjak dari pukul sembilan malam, helaan nafasku yang terasa begitu dalam, terhembus diantara tugas praktikumku yang saat ini baru saja aku selesaikan.

“ sabar pang, sabar..., sebentar lagi kamu akan terbebas dari tugas tugas yang menyebalkan ini ” gumamku seraya membayangkan tiga semester lagi yang harus aku lalui untuk meraih gelar sarjanaku di jurusan ekonomi pada salah satu kampus swasta yang berlokasi di kota bogor.

Apang Surapang, itulah namaku, nama yang sarat dengan intonasi pengulangan itu adalah nama yang biasa dipergunakan oleh golongan rakyat biasa di jawa barat yang bukan terlahir dari golongan darah biru. Bapakku bekerja di salah satu perkebunan teh yang bisa dikatakan adalah salah satu perkebunan teh terbesar di jawa barat, minimnya gaji yang bapak dapatkan dari hasil pekerjaannya itu, telah membuat bapak memutuskan untuk pulang dua minggu sekali ke rumah untuk mengurangi biaya biaya yang akan mengurangi gajinya, sedangkan ibuku, ibuku bekerja sebagai asisten rumah tangga di salah satu keluarga yang keberadaan rumahnya tidak jauh dari dari rumahku, dikarenakan oleh minimnya pendapatan keluargaku itu dan juga ditambah lagi dengan kebutuhan biaya kedua adik kembarku yang saat ini masih membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk menyelesaikan pendidikannya yang saat ini baru saja menyelesaikan sekolah menengah pertamanya, aku memutuskan untuk bekerja di sebuah pabrik selepas aku lulus dari sekolah menengah atas, dan keputusanku untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas swasta yang biaya pendidikannya tidak terlalu mahal, tidak lain dilatarbelakangi oleh keinginanku yang ingin merintis karir pekerjaanku ke arah yang lebih baik.

“ pang ! ” tegur seseorang yang membuatku melayangkan tatapan mataku ke arah sumber suara, ismed yang merupakan teman akrabku selama aku menempuh pendidikan di kampusku ini terlihat tengah mengembangkan senyumnya ke arahku seraya melirikan matanya ke arah salah seorang mahasiswi yang saat ini masih tengah sibuk menyelesaikan tugas praktikumnya.

“ anindia ” gumamku pelan dalam bayang bayang rasa kekagumanku atas kecantikan sosok gadis yang bernama anindia, sosok gadis yang telah mencuri rasa simpatiku semenjak aku berada di semester tiga.

Lima belas menit sudah waktu berlalu dari rasa kekagumanku itu, seiring dengan jam praktikum yang telah berakhir, aku segera mengajak ismed ke sebuah warung kopi yang berada tidak jauh dari kampusku, rasa dingin yang tercipta akibat dari hujan yang telah turun semenjak dimulainya jam perkuliahan, kini telah membuat aku dan ismed memutuskan untuk langsung menyantap sajian mie yang telah terhidang dengan tanpa memperdulikan lagi panasnya mie yang masih mengepulkan uap panasnya.

“ bagaimana kabar ibumu med ? ” tanyaku merujuk pada pengobatan yang dijalani oleh ibunya ismed selepas dari musibah yang dialami oleh keluarga ismed sepuluh tahun yang lalu, dan berdasarkan apa yang aku ketahui dari ismed, keluarga ismed mengalami kebangkrutan usaha keluarga yang pada akhirnya membuat keluarga ismed terjerat hutang usaha, bapaknya ismed yang tidak kuat menghadapi tekanan ekonomi, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri, sedangkan ibunya ismed, ibunya ismed mengalami gangguan jiwa yang sampai dengan saat ini belum juga dapat disembuhkan.

“ yaa hanya begitu begitu saja pang, ibuku hanya bisa menjalani pengobatan tanpa adanya kepastian kesembuhan ” aku hanya bisa terdiam mendengar jawaban ismed, mendapati hal itu, ismed mengembangkan senyumnya sebagai isyarat bahwa dirinya sudah sangat ikhlas menjalani kehidupannya saat ini.

“ ohh iya pang, bagaimana hubunganmu dengan anindia ? ”

“ maksud kamu med ? ”

“ mau sampai kapan sih pang kamu memendam perasaan kamu itu ”

“ entahlah med ”

Selepas dari mie  yang telah aku habiskan, regukanku secara perlahan pada gelas yang berisikan kopi panas seperti mewakili rasa kegalauan yang saat ini aku rasakan, entah mengapa saat ini aku merasakan seperti seorang pecundang, seorang pecundang yang terlahir dari rasa ketidakberanianku untuk mengungkapkan perasaan hatiku kepada anindia.

“ jangan menjadi orang yang penakut pang, ingat... kuliah kita ini tinggal tiga semester lagi, dan itu adalah waktu yang kamu miliki untuk mendekati anindia ” ujar ismed seraya melayangkan tatapan matanya ke wajahku.

“ jujur saja med, aku benar benar enggak berani untuk mendekati anindia, entah mengapa baru kali ini aku merasakan rasa takut untuk mendekati seorang wanita ”

“ wahh.. itu berarti tandanya kamu benar benar suka dengan anindia, kalau begitu pang... kamu jangan menunda nunda lagi untuk mengungkapkan perasaan hatimu itu ”

“ tapi med, aku— ”

“ enggak usah pakai alasan tapi tapian lagi pang, lebih baik kamu ikuti saja saranku itu daripada nantinya kamu menyesal ”

“ menyesal ? ” tanyaku memepertegas perkataan ismed, ismed menganggukan kepalanya.

“ kamu itu kenal arif kan pang ? ”

“ arif ? ”

“ iya, arif yang anak tehnik itu ”

“ ohh... arif arifin ”

“ iya, arif arifin ” ujar ismed diantara suapan terakhirnya yang mengkandaskan mie di dalam mangkok, dan kini diantara suara kunyahannya, ismed kembali melanjutkan perkataannya yang menceritakan tentang usaha usaha yang telah dilakukan arif untuk mendekati anindia.

“ brengsek, ternyata aku telah kalah langkah dengan arif ” gumamku di dalam hati tanpa bisa menyembunyikan ekspresi wajahku yang saat ini menunjukan rasa kekecewaan .

“ halahh... baru begitu saja kamu telah kecewa pang, tunjukan dong kalau kamu itu memang benar benar suka dengan anindia ” ismed mereguk air minumnya, sebatang rokok yang baru saja dikeluarkannya dari bungkusnya kini disulutkannya.

“ arghhh... sumpah, aku jadi bingung med ”

“ astaga, pang... pang... ” dalam senyum tipisnya, ismed menggeleng gelengkan kepalanya.

“ sebenarnya banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk mendekati anindia pang, salah satu caranya adalah melakukan pendekatan melalui sahabat kamu yang dekat dengan anindia ” aku terdiam sejenak, mencoba mencerna maksud dari perkataan ismed dan pada akhirnya aku bisa mengerti akan maksud dari perkataannya itu.

“ ida ” gumamku pelan yang berbalas dengan anggukan kepala ismed.

“ besok itu kan kita libur kuliah pang, bagaimana kalau besok itu kita ke rumah ida ? ”

“ ke rumah ida ? ” ismed kembali menganggukan kepalanya.

“ kamu yakin med ? ”

“ seratus persen yakin pang, ingat yaa... besok itu kamu langsung saja ke rumah ida, kita berjumpa di sana ”

Apa yang terjadi maka terjadilah, mungkin hanya kalimat itulah yang terbersit di dalam pikiranku saat ini selepas dari anggukan kepalaku untuk menanggapi perkataan ismed, hingga akhirnya keesokan harinya, sesuai dengan apa yang telah aku sepakati dengan ismed, selepas dari aku yang telah menyelesaikan pekerjaan kantorku, aku langsung menuju ke rumah ida dan disanalah aku mendapati ismed dan ida tengah berbincang bincang yang sepertinya topik pembicaraan itu tidaklah jauh berbeda dari apa yang telah aku perbincangankan dengan ismed.

“ sudah lama kamu datangnya med ? ” tanyaku mengiringi beranjaknya ida memasuki rumah untuk mengambil air minum yang diperuntukan bagi diriku.

“ sudah hampir satu jam pang, maklumlah pengangguran ” aku tertawa kecil lalu menghempaskan tubuhku di kursi yang berada tidak jauh dari ismed

“ kamu itu bukan pengangguran med, tapi lebih memilih untuk membuka usaha sendiri, bedalah itu ” ujarku sambil mengeluarkan bungkusan rokok yang tersimpan di dalam tas kerjaku, dan selepas dari sebatang rokok yang telah aku sulutkan, aku melemparkan bungkusan rokok kepada ismed.

“ semoga usaha keluargamu itu dalam waktu dekat ini akan semakin berkembang med, dan kamu akan menjadi pengusaha seperti bapakmu itu ”

“ aamiin pang, aamiin ” ismed menghisap batangan rokok yang baru disulutkannya lalu menghembuskan asapnye ke udara.

“ tapi rasanya enggak mudah pang untuk mengembangkan usahaku itu menjadi seperti usaha bapakku dulu ”

“ banyak banyak berdoa saja med, aku yakin kok kamu pasti bisa— ”

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku itu, perkataanku itu kini terhenti seiring dengan kehadiran ida yang telah kembali keluar dari dalam rumah dengan turut serta membawa segelas kopi panas, dan kini mengiringi diletakannya kopi panas di atas meja, dari mulut ida terlontar perkataan yang menginformasikan bahwa dirinya selama ini telah banyak menceritakan segala sesuatu yang berhubungan denganku kepada anindia dan hal itu jelas membuatku merasa terkejut.

“ astaga, jadi selama ini kamu itu mengetahui aku menyukai anindia yaa da ”

“ iya pang ” dalam senyum tipisnya, ida melirikan bola matanya ke arah ismed.

“ sial kamu med, ternyata selama ini kamu— ”

“ duhh... enggak usah pakai bilang sial pang, bilang saja sebenarnya kamu itu merasa senang karena telah mendapatkan promosi gratis dari kita berdua ” canda ismed yang berbalas dengan gelak tawa ida.

“ apang sepertinya bakal terbang nih med, kalau dirinya mengetahui bahwa anin mengaguminya ”

Dikarenakan saat ini aku merasa sudah tidak tahan lagi untuk mendengarkan informasi yang saat ini masih dirahasiakan oleh ida, aku segera meminta kepada ida untuk menceritakan segala sesuatu yang telah dilakukannya dalam rangka mendekatkan diriku dengan anindia, dan kini selepas dari informasi yang telah aku dapatkan dari ida, aku bisa mengambil kesimpulan bahwa selama ini sepertinya anindia menaruh rasa simpati kepadaku dan itu merupakan hal yang positif di dalam upayaku untuk mendapatkan anindia.   

“ duh... sepertinya teman kita ini hatinya mulai berbunga bunga nih med ” canda ida sambil mengembangkan senyumnya

“ ahh percuma kalau hanya berbunga bunga saja da, bertindak dong pang... bertindak ” aku hanya bisa menggeleng gelengkan kepala di dalam menanggapi candaan ismed, dan di saat itulah ida memberikan saran agar aku mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku kepada anindia.

“ waktu yang tepat ” gumamku berbalas anggukan kepala ida dan ismed

“ untuk mendapatkan waktu yang tepat itu, kamu harus terlebih dahulu akrab dengan anindia ”

“ duh da... bagaimana caranya, kamu kan tahu sendiri aku ini enggak begitu dekat dengan— ”

“ kamu tenang saja pang, aku akan mendekatkan kamu dengan anindia ” ismed menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dirinya tidak meragukan apa yang akan dilakukan oleh ida, hingga akhirnya selepas dari perkataan ida itu, ida memberikan saran agar aku memberanikan diri untuk berkunjung ke rumah anindia, dan dikarenakan saat ini aku memang tidak mempunyai cara yang lain untuk mendekatkan diri dengan anindia, aku pun menyetujui saran ida tersebut.

“ pang, kapan rencananya kamu akan berkunjung ke rumah anin ? ”

“ entahlah da, mungkin dalam minggu ini ”

“ kalau saran aku sih pang ” ismed menghentikan perkataannya sejenak, sebatang rokok yang telah sedari tadi berada di jari jari tangannya kini disulutkannya.

“ sebaiknya kamu berkunjung malam minggu saja pang, karena malam minggu itu adalah waktu terbaik kamu untuk— ”

“ tapi aku enggak mau berkunjung sendirian med ” uajrku memotong perkataan ismed.

“ kamu tenang saja pang sudah pasti kami akan menemani, lebih baik kami ini menderita daripada kami harus melihat kamu mati bunuh diri karena frustasi melihat anin direbut oleh arif ”

Gelak tawa kami kembali tercipta di dalam menanggapi candaan ida tersebut, hingga akhirnya selepas dari perbincangan panjang kami yang membahas tentang apa yang akan kami lakukan di saat berkunjung ke rumah anindia, tepat pada pukul setengah sebelas malam, aku dan ismed memutuskan untuk berpamitan pulang ke rumah.

“ brengsek... kenapa hujannya enggak turun sewaktu di rumah ismed saja sih ” gerutuku selepas dari sepuluh menit perjalanan meninggalkan rumah ida, dan kini berbekal jas hujan yang telah aku kenakan, aku kembali melanjutkan perjalananku menuju ke rumah, hingga akhirnya sesampainya aku di rumah, diantara curah hujan yang saat ini masih turun dengan saat derasnya, aku mendapati situasi yang tidak biasa terjadi di rumahku yaitu berupa keberadaan anto yang saat ini tengah duduk termenung di teras rumah.

“ loh tumben to kamu belum tidur ” tegurku seraya menuntun sepeda motor menaiki teras rumah untuk diparkirkan, anto terdiam, tatapan matanya masih tertuju ke halaman rumah.

“ to ? kok ditanya malah diam, anti sudah tidur kan ? ”

“ belum kang, teh anti ada di dalam rumah sedang menemani ibu ”

“ menemani ibu ? ” tanyaku di dalam hati, firasatku yang mengatakan ada sesuatu yang tidak beres yang saat ini tengah terjadi di keluargaku, telah membuatku memutuskan untuk langsung masuk ke dalam rumah dan mendapati keberadaan anti yang tengah duduk di sisi tempat tidur ibu.

“ ti ” tegurku berbalas isyarat anti agar aku tidak berbicara terlalu keras.

“ ibu kenapa ti ? ” tanyaku seraya memandang ke arah ibu yang saat ini tengah tertidur.

“ tadi ibu muntah kang, muntah darah berwarna hitam ”

“ astaga ! yang benar kamu ti ? ”

“ benar kang, anti juga kaget melihatnya ” mengiring jawaban anti, anto memasuki kamar.

“ yaa sudah kang, anti mau menyiapkan makan akang dulu, pasti akang belum makan ” ujar anti seraya beranjak bangun dari duduknya.

“ enggak usah ti, akang masih kenyang, lebih baik sekarang ini kalian istirahat, bukankah besok itu kalian harus sekolah ”

“ tapi kang— ”

“ ti... ingat, kamu itu sudah kelas dua sma, belajar yang baik agar nantinya kamu mendapatkan kuliah di universitas negeri ” anti terdiam, hingga akhirnya selepas dari beberapa pembicaraan lainnya yang aku lakukan dengan anti dan anto, anti dan anto akhirnya menuruti permintaannku untuk beristirahat di kamarnya masing masing, mendapati hal itu, dikarenakan saat ini aku memang sudah merasa lelah akibat dari aktifitasku seharian ini, aku langsung menghempaskan tubuhku ini di kursi yang berada tepat di sisi tempat tidur ibu, hanya saja kini baru saja aku hendak memejamkan mataku untuk mengistirahatkan tubuhku ini, suara panggilan ibu yang memanggil namaku, telah membuatku kembali membuka pejaman mataku ini lalu mengarahkan tatapan mataku ke arah ibu yang saat ini telah membuka pejaman matanya.

“ loh kok ibu bangun, pasti gara gara apang berisik yaa ” ujarku seraya beranjak bangun dari kursi yang aku duduki lalu menempatkan tubuhku ini dalam posisi duduk di samping tubuh ibu yang masih terbaring di tempat tidur.

“ ibu kenapa ? ”

“ pang maafkan ibu jika malam ini ibu harus berkata jujur kepadamu ” untuk sejenak ibu kembali terdiam, tatapan matanya yang kosong tertuju ke arah langit langit kamar yang diterangi oleh lampu temaram.

“ sejujurnya ibu sudah lama menderita penyakit ini pang, ibu sudah pasrah dengan kondisi ini ”

“ penyakit ini ? ” aku mengernyitkan dahiku, dari ekspresi wajah yang diperlihatkan oleh ibu saat ini, aku sangat merasa yakin ibu tengah menyembunyikan sesuatu yang sangat sulit untuk dikatakannya dan hal itu jelas telah menimbulkan rasa kekhawatiranku atas kemungkinan ibu menderita penyakit yang berbahaya.

“ bu, ibu kenapa ?, ibu sakit apa ? ” tanyaku dengan harapan ibu tidak memberikan jawaban yang sesuai dengan rasa kekhawatiranku itu, hanya saja kini seiring dengan jawaban yang terucap dari mulut ibu, harapanku itu pupus karena saat ini aku harus mendapatkan sebuah jawaban yang sangat mengejutkanku, ternyata selama ini ibu telah menyembunyikan penyakit berbahaya yang dideritanya semenjak lama.
“ sudah hampir selama satu tahun ibu berobat secara diam diam pang, dan menurut keterangan dokter yang memeriksa penyakit ibu, penyakit kanker hati yang ibu derita ini sudah sangat memburuk dan mungkin— ”
 
     

Diubah oleh meta.morfosis Kemarin 12:00
suryaassyauqie3
69banditos
namakuve
namakuve dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup