Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
Iblis Suci
Iblis Suci


Blurb:

Mengisahkan tentang dua orang vlogger yang mendatangi sebuat sekte rahasia di tengah hutan terpencil. Semakin lama mereka di sana, mereka mulai merasakan keanehan, kegilaan dan hal-hal abnormal yang tidak manusiawi.

Akankah mereka bertahan di sana? emoticon-Takut (S)

emoticon-Takut


BAB 1

Quote:

To be continued


Diubah oleh harrywjyy 01-04-2024 09:42
regmekujo
sampeuk
itkgid
itkgid dan 11 lainnya memberi reputasi
12
2.7K
37
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
#2
BAB 2


Malam hari itu, setelah selesai beraktivitas seharian Rissa membaringkan tubuhnya di ranjang dan mencoba untuk tidur. Lampu pun sudah dimatikan semuanya, hawa dingin AC terasa di kamar itu. Hanya ada satu cahaya yang masih menyala, yaitu cahaya dari layar monitor komputer. Di depan layar, Ray sedang sibuk memainkan mouse-nya dan berselancar di internet.

Matanya fokus kepada tulisan-tulisan di layar itu. Sudah satu jam lebih ia mengulik soal agama rahasia yang orang tadi bicarakan. Walau sempat menganggap hal itu sebagai bualan, tapi pada akhirnya Ray penasaran dan tertarik untuk mencarinya.

Sampai akhirnya dirinya memutuskan untuk mencarinya di dalam internet lebih dalam lagi. Ia mulai menelusuri dark web, alamat situs yang orang tadi berikan padanya pun ia ketik. Perlahan komputernya mulai masuk ke dalam situs misterius yang disinyalir menyimpan banyak info mengenai agama itu.

Saat sudah berhasil sampai di situs itu, Ray dikagetkan dengan sebuah website dengan foto wanita telanjang yang terpasang di mana-mana. Akan tetapi ada satu foto yang menarik perhatiannya. Yaitu foto seorang pria memakai jubah putih dan topeng putih memegang tongkat. Posenya sedang mengadahkan tangan ke atas layaknya pendeta yang sedang berdoa.

Dari situ, Ray semakin penasaran. Ia mengklik ikon menu pada pojok kiri atas situs tersebut. Muncul berbagai pilihan yaitu Tentang, Registrasi, Kunjungan, dan Berita. Ray memilih bagian Tentang.
Di halaman itu, tidak banyak yang ia dapatkan. Tapi dari apa yang tertulis di sana, sudah dipastikan bahwa situs ini merujuk pada agama misterius yang orang tadi bicarakan. Setelah sadar bahwa dirinya sudah berhasil menemukan agama itu, Ray lalu bersandar di kursinya dan menghela nafas.

“Bingo! Ternyata beneran ada dong!” gumamnya sambil tersenyum puas.

“Ada apanya?” tanya Rissa yang tiba-tiba sudah terbangun dan melihat ke arah Ray. Rissa lalu bangkit dan beranjak dari kasurnya. Ia mendekat ke arah Ray. Badannya sedikit membungkuk dan memeluk Ray dari belakang. Matanya lalu ikut melihat ke layar komputer. “Sayang? Kamu buka situs porno?” tanyanya.
“Enggak dong. Coba kamu baca dulu!” kata Ray.

Mata perempuan cantik itu lalu mulai melihat satu per satu rangkaian huruf yang membentuk kata, rangkaian kata yang kemudian menjadi kalimat. “Ini agama yang tadi dibilang sama orang tadi? Aneh banget,” kata Rissa.

“Iya, Sayang. Tapi informasinya kurang detail, coba aku cari-cari lagi.” Ray lalu lanjut menelusuri situs tersebut. Ia melihat berbagai artikel dan berita yang tertulis di situs tersebut. Di bagian paling atas, terdapat artikel yang memuat soal ibadah tahunan yang akan diselenggarakan minggu ini.

“Liat deh,” kata Ray. Ia lalu membaca artikel itu lebih lanjut. Meneliti soal ibadah tahunan yang dimaksud dalam situs itu. “Dalam ibadah tahunan ini, mereka mengundang siapapun yang mau ikut ke dalam acara. Mereka memberikan tiket kunjungan kepada sepuluh orang terpilih,” tambah Ray yang bicara sambil membaca artikel itu.

“Yaudah, kalo begitu kita coba kunjungan yuk, Sayang. Kita bikin konten di sana, kita bikin konten yang belum pernah orang lain buat,” ajak Rissa.

Ray pun melepaskan tangan pacarnya yang sejak tadi melingkat di bahunya. Ia lalu menoleh ke belakang, dari balik kacamata itu ia menatap sang pacar. “Kamu yakin mau ke sana?” tanyanya. Rissa mengangguk sambil tersenyum.

Tangan Ray kembali mengklik menu, lalu lanjut masuk ke halaman Kunjungan. Di sana terdapat formulir pengajuan kunjungan yang harus mereka isi. Mulai dari nama asli sampai tanggal lahir. Sebelum mengisi formulir itu, Ray kembali menoleh ke pacarnya.

“Demi konten?” tanya Ray.

Sambil tersenyum Rissa menjawab, “demi konten!”

Dengan wajah yakin, Ray pun membalas perkataan Rissa. “Demi konten!”

Setelah sepakat dengan rencana mereka, Ray pun mulai mengisi formulir pendaftaran itu. Tangannya dengan cepat mengetik mengisi tiap-tiap kolom yang ada mulai dari nama, alamat email dan tanggal lahir.

“Umur aku 32 tahun, umur kamu berapa ya, Sayang?” tanya Ray.

“25!” jawabnya singkat.

Ray lalu lanjut mengetik mengisi formulir tersebut. Tidak ada yang mereka biarkan kosong. Semua kolom informasi yang ada di sana mereka isi dengan selengkap-lengkapnya tanpa ada satu pun yang mereka palsukan.

Setelah selesai, Ray memilih tombol submit yang berarti setuju akan memberikan semua informasi itu pada pengelola situs tersebut. Mereka pun harus menunggu beberapa jam dan akan diberikan info lebih lanjut mengenai kunjungan mereka. Karena merasa sudah selesai, Ray mematikan komputernya.
Ia yang sudah lelah beberapa jam duduk di depan komputer lalu berdiri dan meregangkan badannya. Wajahnya mengantuk dan sempat beberapa kali menguap. Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

“Tidur yuk,” ajak Ray yang kemudian melepas kacamatanya dan berjalan ke arah kasur. Kedua sejoli itu lalu berbaring di atas kasur dan di bawah selimut yang sama. Mereka sama-sama tertidur, terlelap melepas lelah dan menunggu datangnya hari esok.

***

Hari esok pun datang dengan diawali suara burung-burung hias yang terpajang di beberpa balkon apartemen. Walau matahari tidak nampak di pagi hari yang mendung itu. Hawa dingin pun terasa berhembus diikuti dengan rintik-rintik kecil hujan.

Di dalam kamar itu, Ray dan Rissa masih terlelap dalam tidurnya. Sekitar pukul 07.30 alarm milik Ray berbunyi nyaring. Seketika membangunkannya yang semula tengah tidur nyenyak. Ray segera melepaskan tangan lembut yang memeluknya selama semalaman ini. Ia biarkan Rissa tetap tertidur, sementara dirinya beranjak dari kasur dan mematikan alarm.

Kacamatanya kembali ia pakai. Smartphone menjadi benda pertama yang ia pegang. Ia nyalakan layar dan mulai mengecek beberapa notifikasi yang masuk. Sambil sesekali menguap, kakinya melangkah keluar kamar. Ia lalu duduk di balkon sambil menikmati suasana pagi yang berawan ini.

“Pagi-pagi udah mendung, enaknya sih tidur,” gumam Ray sambil menguap. Suara klakson kendaraan terdengar dari jalan raya yang tepat berada di depan apartemennya. Menandakan aktivitas sudah berjalan seperti biasa di bawah sana. Ray kembali melihat layar smartphone-nya.

Mata Ray terfokus pada satu notifikasi dari emailnya. Ia mendapatkan email dari situs yang ia jelajahi malam tadi. Situs tersebut mengkonfirmasi bahwa formulir Ray dan Rissa telah dicek. Mereka memenuhi syarat dan terpilih sebagai salah satu pengunjung yang hadir dalam ibadah tahunan mereka.

“Selamat! Kalian berhak hadir dalam ibadah suci tahunan kami demi menyambut Sang Maha Suci yang telah memberi begitu banyak keberkahan pada dunia selama setahun ini. Hadirlah wahai orang terpilih dan rasakan sendiri keagungannya.” Begitulah isi pesan yang Ray dapatkan.

Ray sempat senang beberapa saat. Namun, wajahnya berubah aneh saat melihat satu syarat lagi yang harus mereka tempuh untuk mendapatkan tiket kunjungan itu. “Gila? Ini serius? Aneh banget,” gumamnya sambil memegangi dagunya.

***

Beberapa jam setelah Ray membaca pesan tersebut, Ray memberitahu Rissa soal syarat terakhir sebelum mereka memberikan tiket kunjungan itu. Di dalam kamar, Rissa berdiri telanjang tanpa memakai sehelai benang pun di tubuhnya. Seakan sengaja memamerkan tubuh indahnya itu.

Di depannya, Ray berdiri sambil memegang kamera dan bersiap untuk memotret pacarnya dalam kondisi tanpa pakaian tersebut. “Sayang, biasa aja. Gak usah banyak gaya ya, yang penting kena semua,” kata Ray.

“Emang harus banget ya foto telanjang begini? Kok aneh banget sih syarat terakhirnya,” keluh Rissa.

“Mau gimana lagi? Emang ini yang mereka mau, mereka minta kita kirim foto telanjang sebagai syarat terakhir untuk mendapatkan tiket,” kata Ray menjelaskan. “Udah jangan banyak tanya.” Ray lalu memotret Rissa satu kali.

“Oke sekarang giliranku,” kata Ray yang kemudian mulai melepas satu per satu pakaiannya. Sementara itu Rissa memakai pakaian dalamnya terlebih dahulu sebelum berjalan ke arah kamera untuk gantian memotret Ray.

Ray yang sudah telanjang tanpa pakaian pun berdiri di depan kamera. Ray melihat melalui layar kamera. “Sayang, kamu bagus juga kalau di foto telanjang begini,” kata Rissa bercanda.

“Udah, cepetan!” tegas Ray yang tidak ingin lama-lama.

“Kacamatanya gak sekalian buka? Kan katanya kita harus polos tanpa satupun benda duniawi yang menempel di badan,” kata Rissa mengingatkan.

Ray lalu melepas kacamatanya dan menaruhnya di meja. Ia kembali berdiri dengan tegak di depan kamera. Kemudian dengan cepat Rissa memotretnya. Setelah selesai, mereka berdua langsung memakai pakaian mereka masing-masing.

“Gila, kalau bukan demi konten gak bakal aku kaya gini,” keluh Ray sambil menggelengkan kepala.

“Ahahahahahaha!” Rissa tertawa sambil memakai celana. “Kalo gak taunya foto kita malah masuk ke situs porno gimana?” tanya Rissa bercanda.

Ray lalu mendekat dan mengecup bibirnya sesaat. “Ya gak apa-apa, nanti kita jadi viral kaya yang kamu mau,” jawab Ray yang juga bercanda lalu berjalan pergi.

“Gila!” balas Rissa sambil menendang bokong Ray yang berjalan ke komputer.

“Udah sana kamu bikin kopi atau apa gitu, aku mau kirim foto telanjang sialan ini ke situs gak jelas tadi,” kata Ray yang langsung duduk di depan komputer.

Rissa lalu berjalan keluar kamar sambil memakai kaos miliknya. Sedangkan Ray mengirim salinan foto tadi yang ia ambil dari memori kameranya. Hanya dalam waktu tiga menit, situs tersebut mengkonfirmasi bahwa foto mereka sudah selesai melalui tahap pengecekan.

Tak lama kemudian, email kembali masuk dari situs tersebut. Tadinya Ray berpikir bahwa ia akan mendapatkan tiket online dengan kode, barcode ataupun QR seperti yang sering ia temukan. Tapi ia hanya satu kata.

“Veloso. Itulah tiket anda untuk kunjungan ke tempat kami. Sampai jumpa di hari istimewa itu nanti.” Begitulah yang tertulis dalam pesan itu.

Tak ada tiket atau gambar apapun. Hanya kata Veloso yang menjadi tiket mereka untuk masuk.
Diubah oleh harrywjyy 28-02-2024 09:07
tariganna
regmekujo
itkgid
itkgid dan 4 lainnya memberi reputasi
5