Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

juzie.wowwowwowAvatar border
TS
juzie.wowwowwow
MY MENTAL ILLNESS STORY
MY MENTAL ILLNESS STORY


Sumber : evolvepsychiatry.com



Hai agan-agan dan sista-sista cantik (agannya ga ada yang ganteng). 

Sebenarnya ane pengen membuat buku tentang perjalanan hidup dengan mental illness ane tapi berhubung ane ngga tau mau di kirim ke penerbit apa dan belum tentu juga diterima. Jadi, ane memutuskan untuk menulis di sini saja. 

Mengapa mental illness story? Sebelumnya ane pernah bikin thread tentang ane dan Bipolar Disorder tapi ternyata ane ngga cuma mengidap bipolar disorder aja. Dan ada banyak hal yang ingin ane share ke agan-agan dan sista-sista sekalian, siapa tahu ada yang mengalami hal yang sama kayak ane jadi bisa menjadi referensi dan bahan sharing buat teman-teman sekalian. 

Jadi, ane akan cerita mulai masa kecil ane yang sudah mengalami gangguan mental. Karena ane di sini adalah anonim jadi ane bisa nyaman menyampaikan semua permasalahan hidup ane dan sisi gelap yang ane hadapi berhubungan dengan gangguan mental yang ane idap. Mulai dari masa kecil ane mengalami skin picking, trikotilomania, depresi, didiagnosa bipolar disorder, gangguan kecemasan umum, dan tremor essensial, bahkan sempat dicurigai ada ADHD, gangguan kepribadian ambang hingga akhirnya ane mengalami halusinasi pendengaran. Ane juga pengen sharing tentang stigma yang ane dapat walaupun ane masih bisa bekerja dan berfungsi layaknya seperti orang normal lainnya karena ane rutin berobat.

Awalnya ya ane denial dengan semua itu dan membuat keluarga ane khawatir karena ane mulai banyak masalah karena semua gangguan mental itu. Ane mulai belajar bersyukur sekarang dan berdamai dengan semua gangguan mental yang ane alami dengan rutin minum obat dan menerapkan pola hidup sehat.  

Yang mendorong ane ingin terbuka semuanya ya bukan karena ane pengen populer, toh ane anonim di sini walaupun ane juga membuat video sharing tentang mental illness di aplikasi video toktok (tahu kan?) 

So, gaes. Semoga dengan cerita ini bisa memberi edukasi dan inspirasi buat agan-agan dan sista-sista yang mungkin mengalami hal yang sama ama ane. Dan mohon doanya biar ane bisa konsisten juga melanjutkan thread ini, karena thread ini akan seperti diary buat ane. 
Diubah oleh juzie.wowwowwow 04-02-2024 02:31
kabalisme
maniacok99
sukhhoi
sukhhoi dan 23 lainnya memberi reputasi
24
2K
65
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
juzie.wowwowwowAvatar border
TS
juzie.wowwowwow
#2
Masa Kecil, Skin Picking dan Trikotilomania

Sebenarnya, masa kecil saya tidak berbeda jauh dengan anak-anak di usia saya semasa itu. Sepanjang hari bermain bersama anak-anak tetangga. Hal yang paling mengasyikkan adalah menangkap capung dan belalang di halaman rumah saat itu karena di jaman itu halaman rumah lumayan luas dan banyak rumput, di sore hari anak laki-laki bermain cangkek, kelereng, layangan, bergantung dengan musimnya.

Saat itu saya termasuk anak yang periang. Di antara saudara-saudara saya, saya yang paling hiperaktif dan ingin mencoba semuanya hingga nenek saya memberi peringatan ke orang tua saya untuk menyimpang barang-barang dan obat-obatan karena saya suka menghamburkan barang-barang dan mencoba obat-obatan yang saya temukan di meja.

Di usia lima tahun, orang tua tidak memasukkan saya di taman kanak-kanak sebagaimana anak-anak tetangga lainnya yang seusia saya mulai bersekolah di taman kanak-kanak. Zaman itu belum ada playgroup dan dan sejenisnya. Jadi, saya hanya menghabiskan waktu dengan bermain sepanjang hari.

Masih sangat jelas di ingatan saya saat hari pertama masuk di sekolah dasar. Saya sangat pemalu saat itu karena saya nyaris tidak mengenal anak-anak lainnya. Well, beberapa ada yang saya kenal karena mereka tinggal di satu gang komplek dengan rumah keluarga saya. Saya melihat wajah mama saya yang tersenyum lembut ke arah saya, apalagi melihat saya mulai berkenalan dengan anak-anak lainnya.

Awal masuk sekolah tampaknya aman-aman saja karena lebih banyak perkenalan namun selanjutnya ternyata sangat sulit buat saya saat itu. Jadi, saya bersekolah di sekolah dasar yang berada di perumahan dosen dan otomatis teman-teman sekelas saya kebanyakan adalah anak-anak dosen yang mendapatkan didikan sedini mungkin. Saya juga anak dosen namun saya tidak pernah mendapatkan didikan sebagaimana yang diajarkan saat taman kanak-kanak. Jadi, saya yang hanya tahu bermain-main begitu memasuki dunia sekolah yang langsung sekolah dasar terlalu sulit.

Mimpi buruk pun bermula karena saya sama sekali tidak tahu membaca, menulis dan berhitung. Akibatnya, saya sering dikatai “bodoh" oleh guru saya dan kepala saya sering dipukulnya dengan polpen. 

Guru saya pun mulai mengeluh ke orang tua saya terutama mama saya, beliau mengatakan bahwa saya tidak bisa membaca dan berhitung serta nilai-nilai saya sangat buruk. Satu-satunya nilai plus saya waktu itu adalah tulisan dan gambaran saya cukup bagus jika dibanding teman-teman saya yang lain tapi itu tidak dianggap suatu kelebihan oleh guru saya. Mulai dari situ saya mendapatkan didikan yang keras dari mama saya hingga sering mendapatkan pukulan dan cambukan.

Cara didik seperti itu terbilang wajar di zaman itu. Tapi jujur, itu sangat menyakitkan karena benar-benar mempengaruhi psikologis saya waktu itu. Saya yang masih berusia enam tahun mulai berpikir mungkin untuk selama-lamanya saya tidak akan bisa membaca. Saya pun mulai stress dan entah kapan saya mulai mempunyai kebiasaan baru. Yaitu, mengelupas kulit sehat saya sendiri dengan menggaruknya hingga kulit saya mengeluarkan darah segar.

Mungkin itu kebiasaan aneh untuk anak seusia enam tahun tapi saat itu yang saya rasakan adalah rasa nyaman saat saya melakukan itu walaupun akhirnya lukanya menjadi benar-benar sakit. Saya sendiri tidak mengerti mengapa saya bisa melakukan kebiasaan aneh itu tapi lama-kelamaan saya menjadi kecanduan untuk mengelupas kulit saya sendiri secara terus menerus apalagi saat saya stress dan ketakutan. Dan luka itu masih berbekas hingga sekarang.

Akhirnya, saya bisa membaca saat saya mulai masuk kelas 3 sekolah dasar dan anehnya kebiasaan mengelupas kulit itu pun ikut menghilang. Saat itu saya mulai menikmati belajar karena saya sangat menyukai guru saya waktu itu. Dia sangat baik, keibuan dan agak cerewet tapi bersikap adil dengan semua murid. Sayang sekali guru itu digantikan dengan guru yang mungkin cara mengajarnya tidak cocok dengan saya.

Jujur ada banyak keterlambatan saya dalam hal menangkap pelajaran dibanding teman-teman saya dan guru ini sepertinya kurang suka dengan keterlambatan saya apalagi saya agak berbeda dengan kebanyakan teman-teman saya waktu itu. Mereka sangat menonjol di bidang akademik sedangkan saya lebih menyukai hal yang bersifat seni terutama menggambar, pada saat itu. Terutama saya agak sulit mengejar keterlambatan saya.

Selain faktor guru itu, ada beberapa teman sekelas saya yang juga sangat mempengaruhi psikologis saya waktu itu. Karena prestasi saya yang sangat buruk saya pun sering disandingkan dengan murid yang paling pintar. Tujuannya adalah agar memotivasi saya untuk belajar. Tapi mereka malah kerap mengiraku menyontek pekerjaan mereka jika jawaban saya benar atau tidak sengaja benar karena mungkin mereka berpikir bahwa saya sulit menjawab pertanyaan dengan benar melihat prestasiku yang sangat buruk saat itu.

Lagi-lagi saya mempunyai kebiasaan yang aneh namun kali ini bukan mengelupas kulit tapi saya mulai mencabuti rambut saya. Saat mencabuti rambut itu rasanya saya sangat nyaman, lega apalagi saya memainkan akarnya dan menempelnya di cermin dan tanpa disadari kulit kepala saya mulai ada pitak. Awalnya pitaknya kecil namun lama-kelamaan, karena saya tidak bisa mengontrol untuk tidak mencabut rambut saya, akhirnya kepala saya botak di bagian tengah karena saya terus mencabuti bagian itu.

Karena botaknya lama kelamaan semakin besar, saya pun mencoba menahan untuk tidak mencabut rambut saya. Ternyata itu sangat susah dan beberapa tahun saya berjuang untuk itu. Untuk menutupi kebotakan itu saya memakai topi walau di dalam kelas sekali pun. Pernah seorang teman merasa aneh mengapa saya memakai topi terus dia merebut topi itu. Semua terkejut melihat kepala saya yang ada botaknya dan mereka mengembalikan topi saya. Saya sangat malu saat itu hingga saya masih mengingat dengan jelas kejadian itu.

fajrenk
oktavp
udapati
udapati dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Tutup