Chapter 199
Quote:
Kota kecil indah penuh kedamaian dan deru tawa warganya di malam hari mendadak berubah menjadi penuh teror. Dentuman keras tersaji tiada henti saling bersaut. Pihak keamanan tengah bersiap, tapi masalah utamanya adalah bukan seseorang atau grup teroris yang menyerang, melainkan sosok monster dibalik tubuh manusia.
Satu bangunan luluh lantah, seseorang terlihat berpakaian rapih berada di sana. Sedangkan satunya berdiri tegak memakai pakaian berwarna putih kontras dengan gelapnya malam. Tidak ada waktu bagi warga untuk menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya, membuang waktu sama saja mengantarkan mereka pada kematian.
Cetrune mengeluarkan tombak besi panjangnya, “Jaraknya lumayan jauh, tapi lemparanku ini yang terbaik!” bahunya ditarik sekuat tenaga kebelakang, lalu tangannya meledak bak meriam melempar tombak besi ke arah musuhnya.
Tombak besi itu pecah hingga berkeping-keping, tepat mengenai kepala laki-laki berpakaian putih itu. Dirinya hanya tersenyum, memang tombak tadi melesat lebih cepat dari peluru. Bahkan mata orang biasa tidak akan merasakan apa-apa, tiba-tiba kepalanya pecah terkena serangan tombak. Tapi tidak dengannya, yang kemudian mengusap keningnya.
“Hm, kuakui tadi sangat cepat!” ucapnya, “tapi apakah secepat ini?”
Cetrune bersiap, lagi-lagi dalam sekejap mata, musuhnya sudah berada di depan wajahnya, “Apa-apaa---,” ayunan pukulan dari bawah mengenai perutnya, membuatnya seakan berlutut merasakan sakit.
“Itu yang dinamakan ‘cepat’,” sambil menjambak rambut Cetrune, mengangkatnya tinggi. “datang juga,” lalu melepaskan cengkraman tangannya, ada energi besar datang kearahnya.
“Ilo….,” Cetrune hanya bisa meringis.
Hentakan satu kaki membawa tubuh Ilo terbang, katananya digenggam erat hingga urat-urat ditangannya sesak ingin keluar. Kenyataan berbanding terbalik dengan apa yang ada dibenaknya, ternyata hanya ada sosok manusia berdiri di depan rekannya, bukan wujud monster mengerikan dengan perawakan besar.
Satu tebasan diberikan, dengan ketepatan akurasinya, Cetrune yang berada di jalur tidak terkena serangannya, begitu pun musuh yang mendadak hilang dari pandangan. “Kau masih bisa berdiri?” ucap Ilo kepada Cetrune.
“Cih, harusnya kau tanyakan dulu apakah aku baik-baik saja? Sial!”
Tatapan mata tajam dari Ilo diarahkan pada sosok berpakaian putih yang lagi-lagi berada bangunan seberang. Tanduk kecil berwarna perunggu muncul dari keningnya. Lalu muncul beberapa katana lainnya melayang di sekitar tubuhnya. Cetrune baru melihat rekannya itu sangat serius ketika melawan musuh.
“Hm, sel-selnya melompat ke udara, dalam sekejap senjata itu bermunculan, menarik,” ucap sosok berpakaian putih. “tapi apa bisa---,” belum selesai kata dari mulutnya, katana itu terbang kearahnya.
Berbeda sikapnya terhadap tombak yang dilempar oleh Cetrune, kali ini sosok berpakaian putih mencoba menghindari serangan lewat kecepatannya. Satu dua serangan mampu dihindari dengan baik. Saat matanya sibuk membaca arah tebasan senjata tanpa tuan, Ilo masuk secara tiba-tiba.
“Celaka!” satu tebasan membuat garis panjang di pakaian putihnya itu. Sebelum terkena satu tebasan lagi, sosoknya menghilang lagi. “tak kusangka, padahal terlihat seperti besi biasa, tapi keras sekali!” dirinya berada di bangunan seberang lainnya. “memang benar dari memori ini kalian mampu menghasilkan senjata-senjata penghancur!”
“Memori?” ucap Cetrune. “cih, tidak perlu dipikirkan, sekarang bagaimana membantu Ilo agar dapat mengalahkan si cerewet itu!” lanjutnya dalam hati.
Mobil-mobil polisi lokal setempat berlomba-lomba tuk sampai ke sumber suara kekacauan. Namun sebuah kejutan berupa ledakan-ledakan besar muncul memecah malam yang sudah bising sebelumnya. Warna jingga di malam hari bukanlah pertanda baik. Mereka menghentikan mobilnya masing-masing, dengan persenjataan sederhana tidak mungkin untuk mengkonfrontasi peneror.
Bangunan tempat dua anggota Bronze Clan berdiri hancur meninggalkan sisa sedikit. Jika tadi pilar masih kokoh berdiri, kali ini ledakan besar tadi menyisakan sedikit saja. Api-api ikut mewarnai pemandangan, asap dibuat kecewa karena tidak bisa menampakan dirinya. Sobekan kain bercecer, sedangkan pemakainya tidak muncul batang hidungnya.
“Belum selesai,” ucap sosok berpakaian putih di atas bangunan utuh, tanduknya kecil tumbuh dikeningnya, berwarna abu gradiasi putih mengkilap. “sudah kuduga,” melihat Ilo dalam keadaan tenang muncul dari balik reruntuhan. Pakaian bagusnya sudah rusak. “dalam waktu secepat itu melemparkan salah satu senjatanya, merubahnya menjadi perisai untuk melindungi rekannya yang menjadi beban. Kau pantas menjadi ketua!” nadanya tinggi namun memuji. “aku Giorga, kalian bisa menyebutnya dengan istilah Platinum Clan Gioga. Namanya saja ‘clan’, tapi aku anggota solo…”
Di belahan dunia lain, kota Surban sarang monster menjijikan berbuat onar. Tuan Stam sedang berdiri memandangi wilayahnya yang tenang. Dari atas bangunannya, orang-orang disekitarnya sudah sibuk sebelum waktunya. Matanya melirik ke salah satu orang terburu-buru seperti sedang dikejar monster, tanpa diduga ujung kacamatanya retak tanpa diminta.
NEXT Chapter 200, Februari....