- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
60.4K
Kutip
1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#309
Part 81 - Flashback To 2017
Spoiler for Flashback To 2017:
Butuh waktu cukup lama bagiku untuk menata kembali kepingan cinta dan kebahagiaan yang begitu berantakan karena benturan kesedihan yang menerpa begitu dalam.
Kenyataan bahwa aku belum sepenuhnya membahagiakan Papa dan Mba Dyah sungguh menyesakkan dada.
Tak pernah aku bayangkan sebelumnya bahwa kehilangan mereka akan seberat ini.
Aku hanya bisa menangis dalam kesendirian dan berusaha untuk tersenyum ‘hanya’ ketika sedang bekerja.
Kekasihku yang mengetahui kondisiku ini berusaha untuk terus menghiburku semampunya.
Disela waktu kosongnya, dia selalu mengusahakan untuk selalu menemuiku meski jarak tempat tinggal kami yang bisa terbilang cukup jauh ketika itu.
Jarak tempuh dari tempat dia ke tempat ku menggunakan sepeda motor sekitar hampir dua jam lamanya.
Pernah dia menemuiku hanya untuk mengantarkan makan siang sebelum aku berangkat kerja, hanya karena dia ingin memastikan bahwa aku baik-baik saja. Padahal saat itu cuacanya sangat terik.
Membayangkan dia harus panas-panasan di jalan dan menghabiskan waktu pulang-pergi sekitar 4 jam, cukup membuatku tersadar bahwa kini dia pun juga berjuang untukku.
Hal itu mengingatkanku ke masa-masa dulu, ketika aku berjuang sendirian untuk meyakinkan hatinya, bahwa akulah seseorang yang mampu menemani dan akan selalu ada untuk mendukungnya.
2017, Flashback
Setelah aku memastikan di hatiku tak ada lagi ruang untuk Rey, aku kembali untuk membuka diri dengan mulai curhat ke sahabat cowokku.
Sahabat cowokku ini namanya Wardana, tapi aku panggil dia dengan Dadan. Dia ini adalah anak tunggal sahabat Papaku sewaktu Papa sekolah dulu.
Karena Papa dan orangtua Dadan sahabatan, kami pun menjadi dekat sebagai sahabat.
Aku dan Dadan satu SMP dan SMA, tapi kami ga pernah sekelas.
Meski gitu, dia selalu ada bahan untuk nyepuin aku ke Papa.
“Om, tadi ada kakak kelas cowok yang nembak Anes!! Masa masih kecil uda pacar-pacaran! Belajar yang bener kek!!!”
Kalau enggak, dia bakal bilang gini:
“Om, banyak temen-temen sekelas Anes yang ga suka sama Anes..”
“Ohya? Kenapa??”, tanya Papa.
“Yaa masa setiap guru pengajar belum dateng ke kelas, Anesnya malah jemput guru itu ke ruang guru! Padahal temen-temen seneng banget kalau ada jam kosong!!”
Yaaa gitu deh kurang lebihnya.
Selama SMP-SMA, Papa ga bakal bolehin aku jalan atau boncengan sama temen cowok selain sama si Dadan ini (meski sebenernya sama Ibor juga boleh sih). Jadi bisa dibilang, aku dan Dadan begitu sangat dekat.
Bahkan sebelum aku merantau ke Jakarta, aku sempat nemuin dia di Malang. (Setelah lulus SMA, dia kuliah di Malang).
Pertemuanku dengan dia saat itu, aku diajaknya ke Paralayang Batu. Siapa sangka selama perjalanan pulang pergi, dia menceramahiku tiada henti. Ya meski inti dari ceramah dia tuh ga jauh-jauh dari larangan untuk aku pacaran hehehe.
“Udah jangan pacar-pacaran dulu! Fokus aja sama karir!!”
“Inget ya, jangan sampe mau dibodohin sama cowok! Kalau sampe kamu digrepe-grepe, tendang! Ga ada ampun untuk cowok yang kaya gitu!”
“Aduh.. kamu tuh soalnya ga punya pengalaman untuk jatuh cinta sama orang yang bener! Jadi aku tuh khawatir kamu dibodoh-bodohin!!”
Hehe dia emang lebih bawel dibandingkan Papa perkara beginian.
Nah, sejak aku pindah ke Jakarta, baru kali ini nih aku curhat ke dia lagi.
“Jadi sekarang kamu uda move on?”, tanyanya di telpon saat aku baru saja bercerita panjang lebar tentang hubunganku dan Rey yang sudah kandas.
“Iyaa….”
“Tapi.. tau ga?”, tanyanya tiba-tiba.
“Tau apa?”
“Ciuman pertama itu ga bisa dilupain loh!”, ledeknya.
Yaa, tadi dia sempet tanya, aku udah ngapain aja sama Rey.
“Dih, apaan sih Daan!!!”
“Yee, serius aku tuh!!”
“Bodoo!!”
“Lagian, masih pacaran, udah cium-ciuman segala!!”, ujarnya ngeselin.
“Yeee, emang kamu selama ini gonta-ganti pacar ga cium-ciuman??”, balasku dengan nada meledek.
“Yeee kepo!!”
Hening.
“Yaudah.. mulai sekarang hati-hati milih pacar. Kalau bisa, cari pacar yang sekiranya liat kamu tuh ga nafsu. Kaya aku contohnya!”
“Emang ada?”
“Hahaha ada sih kayanya..”
Hening lagi.
“Jadi, sekarang ini ga ada cowok yang deketin kamu?”, tanya Dadan lagi.
“Ga ada…”
“Tapi kamu masih shalat istikharah?”
“Masiiih..”
“Coba diinget-inget, dalam beberapa waktu lalu, kamu sempet ketemu cowok ga? Selain si Rey Rey itu??”
“Hmm sempet sih..”
“Ohya? Siapa?”
“Abang ojek?”
“Nes, serius!!”
“Hahaha…”, aku terbahak sembari mengingat-ingat siapa cowok yang baru aku temui belakangan ini.
“Daan!!”, teriakku.
“Hm?”
“Aku inget! Saat lebaran kemarin, aku ketemu temen paskib di bandara!”
“Temen paskib? Siapa?”
“Darma!!”
“Darma? Bukan temen SMA kita ya? Kog aku ga kenal?”
“Bukan, dia beda sekolah dengan kita.”
“Teruus?”
“Iyaa, sebelumnya, kami sempet komunikasi gitu di line. Terus, suatu hari, dia minta aku untuk shalat istikharah gitu. Tapi setelah dia bilang begitu, dia menghilang. Ghosting!!”
“Ohya? Kenapa dia nyuruh kamu istikharah segala?”
“Iyaa.. kalau ga salah, waktu itu dia nanya ke aku, aku mau cari pacar atau suami, gituu. Yaa aku jawab, aku mau cari pacar untuk aku jadiin suami.”
“Hm gituu.. terus kalian malah ketemu di bandara beberapa bulan setelah itu?”
“Iyaa bener. Aku ga sengaja ketemu dia.”
“Ceritain detailnya!!”, perintahnya.
“Jadi kalau ga salah, kejadiannya tuh H+7 lebaran Idul Fitri. Sekitar jam 6 pagi, dia tiba-tiba nelpon line aku. Terus dia nanya-nanya tentang tiket pesawat kalau ganti rute penerbangan bisa apa enggak. Karena dia taunya aku tuh masih di tiketing kan.”
“Terus?”
“Terus dia bilang, bisa ga ketemu sama dia di bandara? Yaa aku bilang, ga bisa lah. Ya secara dia dimana aku dimana kan?!”
“Okee… lalu?”
“Yaudah, pembicaraan kita berhenti disana.”
“Leh!! Terus kalian kog akhirnya bisa ketemu di bandara?”
“Jadi, setelah aku telponan sama dia, aku di chat sama Wily. Inget ga sama Wily?”
“Wily Wakil Ketua Osis zaman SMP?”, tanya Dadan.
“Iyaa betul! Aku kan udah lama ga ketemu dia. Nah kebetulan, dia tuh hari itu ada transit 5 jam-an di Bandara Soetta sebelum lanjut terbang ke Balikpapan. Dan dia minta aku untuk temuin dia di terminal 1 Soetta. Ya aku iyain aja. Terus, aku lihat tiket dia, jam arrivalnyasekitar jam 10 pagi. Yaudah, tepat jam 10, aku uda nungguin dia di kedatangan. Tapi, si Wily ini ga nongol-nongol juga. Aku chat masih centang satu.”
“Terus?”
“Terus, saat aku bingung nyariin Wily, si Darma nelpon line aku lagi. Ya aku langsung aja angkat telponnya. Nah disitu dia nanya, aku ada dimana? Aku jawab kalau aku lagi di bandara lagi nunggu temen. Terus dia bilang, itu kamu bukan? Saat dia nanya gitu, posisi aku tuh lagi ngeliat cowok yang lagi nunggu bagasi di bagian conveyor yang di dekat pintu kedatangan. Dan cowok yang aku liat tuh lagi nunjuk-nunjuk aku sambil nelpon gitu. Rupanya, cowok yang lagi aku liatin itu ya si Darma.”
“Seriusan??”
“Iyaa serius!!”
“Terus terus?!”
“Yaa aku kaget ya. Kog bisa-bisanya gitu ketemu dia! Padahal sebelumnya aku nolak untuk ketemu kan! Terus, ga lama dari itu, dianya nyamperin aku.”
“Dianya cakep ga?”
“Cakep sih. Aku pikir dia Refal Hady malah!”
“Ah, cakepan aku berarti!!”
“Yeee najis!!”
“Hahaha!! Terus saat dia nyamperin kamu, dianyanya gimana?”
“Ya ga gimana-gimana. Kami salaman dan kenalan kaya orang yang baru pertama ketemu!!! Terussss, aku sempet ngebaca pesan seseorang yang muncul di hape dia loh!”
“Ohya??Apa isi chatnya?”
“Mas, udah sampe di Jakarta? Gitu.”
“Waduh. Siapa itu ya?”
“Ga tau deh hahaha.”
“Terus? Dia ada ngomong sesuatu?”
“Hm ga ada ngomong sesuatu sih. Hanya aja, dia ngasih nomor Mamanya. Katanya, ini nomor Mamaku. Kamu bisa nanya-nanya tentang aku ke Mamaku. Gitu.”
“Hah? Kog gitu? Terus kalian masih chat-an di line?”
“Enggak!”
“Hm kamu chat Mamanya?”
“Enggak jugaa!”
“Lah, gimana sih. Ga jelas arek iki!”
“Yeee, masa aku chat Mamanya? Emang mau chat apaa????”
“Sapa tau itu sebenernya nomor dia, tapi bilangnya nomor Mamanya?”
“Masa sih?”
“Jadi saat ketemu dia, dia hanya ngasih nomor Mamanya ke kamu?”
“Hmm enggak sih. Sebelum itu, dia juga ngajak aku foto berdua!”
“Hmm apa dia ya yang Allah kirim untuk kamu?”
—
Setelah aku curhat ke Dadan, aku coba memberanikan diri untuk chat ke nomor yang dikasih oleh Darma.
Dan ternyata, nomor itu memang nomor Mamanya. 😨
Mamanya bilang, kalau Darma itu tinggal di asrama dan ga boleh membawa handphone.
Dan setelah aku coba mencari tau tentang Darma ke Mamanya, ternyata dia itu taruna di Sekolah Penerbangan Negeri.
Pantesan dia itu ghostingin aku selama ini, ternyata dia itu seorang taruna yang boleh megang handphone hanya waktu weekend.
Tapi selama ini, dia itu enggak pernah chat aku juga sih meski di weekend sekalipun hehe.
Karena aku merasa mendapatkan sinyal yang baik dari Mamanya dan kata Mamanya Darma belum punya pacar, aku pun mulai kembali sering mengirimi Darma pesan melalui line.
Atas saran dari Dadan, aku pun mulai memberanikan diri untuk membuka hati ke Darma.
Meski saat itu,
Hanya aku yang memberikan dia perhatian.
Hanya aku yang ada inisiatif untuk menghubungi lebih dulu.
Hanya aku yang berjuang untuk bisa mendapatkan hatinya.
Dan hanya aku yang berharap lebih ke dia.
Sedang dia sepertinya hanya menganggapku teman, tidak lebih.
Kenyataan bahwa aku belum sepenuhnya membahagiakan Papa dan Mba Dyah sungguh menyesakkan dada.
Tak pernah aku bayangkan sebelumnya bahwa kehilangan mereka akan seberat ini.
Aku hanya bisa menangis dalam kesendirian dan berusaha untuk tersenyum ‘hanya’ ketika sedang bekerja.
Kekasihku yang mengetahui kondisiku ini berusaha untuk terus menghiburku semampunya.
Disela waktu kosongnya, dia selalu mengusahakan untuk selalu menemuiku meski jarak tempat tinggal kami yang bisa terbilang cukup jauh ketika itu.
Jarak tempuh dari tempat dia ke tempat ku menggunakan sepeda motor sekitar hampir dua jam lamanya.
Pernah dia menemuiku hanya untuk mengantarkan makan siang sebelum aku berangkat kerja, hanya karena dia ingin memastikan bahwa aku baik-baik saja. Padahal saat itu cuacanya sangat terik.
Membayangkan dia harus panas-panasan di jalan dan menghabiskan waktu pulang-pergi sekitar 4 jam, cukup membuatku tersadar bahwa kini dia pun juga berjuang untukku.
Hal itu mengingatkanku ke masa-masa dulu, ketika aku berjuang sendirian untuk meyakinkan hatinya, bahwa akulah seseorang yang mampu menemani dan akan selalu ada untuk mendukungnya.
2017, Flashback
Setelah aku memastikan di hatiku tak ada lagi ruang untuk Rey, aku kembali untuk membuka diri dengan mulai curhat ke sahabat cowokku.
Sahabat cowokku ini namanya Wardana, tapi aku panggil dia dengan Dadan. Dia ini adalah anak tunggal sahabat Papaku sewaktu Papa sekolah dulu.
Karena Papa dan orangtua Dadan sahabatan, kami pun menjadi dekat sebagai sahabat.
Aku dan Dadan satu SMP dan SMA, tapi kami ga pernah sekelas.
Meski gitu, dia selalu ada bahan untuk nyepuin aku ke Papa.
“Om, tadi ada kakak kelas cowok yang nembak Anes!! Masa masih kecil uda pacar-pacaran! Belajar yang bener kek!!!”
Kalau enggak, dia bakal bilang gini:
“Om, banyak temen-temen sekelas Anes yang ga suka sama Anes..”
“Ohya? Kenapa??”, tanya Papa.
“Yaa masa setiap guru pengajar belum dateng ke kelas, Anesnya malah jemput guru itu ke ruang guru! Padahal temen-temen seneng banget kalau ada jam kosong!!”
Yaaa gitu deh kurang lebihnya.
Selama SMP-SMA, Papa ga bakal bolehin aku jalan atau boncengan sama temen cowok selain sama si Dadan ini (meski sebenernya sama Ibor juga boleh sih). Jadi bisa dibilang, aku dan Dadan begitu sangat dekat.
Bahkan sebelum aku merantau ke Jakarta, aku sempat nemuin dia di Malang. (Setelah lulus SMA, dia kuliah di Malang).
Pertemuanku dengan dia saat itu, aku diajaknya ke Paralayang Batu. Siapa sangka selama perjalanan pulang pergi, dia menceramahiku tiada henti. Ya meski inti dari ceramah dia tuh ga jauh-jauh dari larangan untuk aku pacaran hehehe.
“Udah jangan pacar-pacaran dulu! Fokus aja sama karir!!”
“Inget ya, jangan sampe mau dibodohin sama cowok! Kalau sampe kamu digrepe-grepe, tendang! Ga ada ampun untuk cowok yang kaya gitu!”
“Aduh.. kamu tuh soalnya ga punya pengalaman untuk jatuh cinta sama orang yang bener! Jadi aku tuh khawatir kamu dibodoh-bodohin!!”
Hehe dia emang lebih bawel dibandingkan Papa perkara beginian.
Nah, sejak aku pindah ke Jakarta, baru kali ini nih aku curhat ke dia lagi.
“Jadi sekarang kamu uda move on?”, tanyanya di telpon saat aku baru saja bercerita panjang lebar tentang hubunganku dan Rey yang sudah kandas.
“Iyaa….”
“Tapi.. tau ga?”, tanyanya tiba-tiba.
“Tau apa?”
“Ciuman pertama itu ga bisa dilupain loh!”, ledeknya.
Yaa, tadi dia sempet tanya, aku udah ngapain aja sama Rey.
“Dih, apaan sih Daan!!!”
“Yee, serius aku tuh!!”
“Bodoo!!”
“Lagian, masih pacaran, udah cium-ciuman segala!!”, ujarnya ngeselin.
“Yeee, emang kamu selama ini gonta-ganti pacar ga cium-ciuman??”, balasku dengan nada meledek.
“Yeee kepo!!”
Hening.
“Yaudah.. mulai sekarang hati-hati milih pacar. Kalau bisa, cari pacar yang sekiranya liat kamu tuh ga nafsu. Kaya aku contohnya!”
“Emang ada?”
“Hahaha ada sih kayanya..”
Hening lagi.
“Jadi, sekarang ini ga ada cowok yang deketin kamu?”, tanya Dadan lagi.
“Ga ada…”
“Tapi kamu masih shalat istikharah?”
“Masiiih..”
“Coba diinget-inget, dalam beberapa waktu lalu, kamu sempet ketemu cowok ga? Selain si Rey Rey itu??”
“Hmm sempet sih..”
“Ohya? Siapa?”
“Abang ojek?”
“Nes, serius!!”
“Hahaha…”, aku terbahak sembari mengingat-ingat siapa cowok yang baru aku temui belakangan ini.
“Daan!!”, teriakku.
“Hm?”
“Aku inget! Saat lebaran kemarin, aku ketemu temen paskib di bandara!”
“Temen paskib? Siapa?”
“Darma!!”
“Darma? Bukan temen SMA kita ya? Kog aku ga kenal?”
“Bukan, dia beda sekolah dengan kita.”
“Teruus?”
“Iyaa, sebelumnya, kami sempet komunikasi gitu di line. Terus, suatu hari, dia minta aku untuk shalat istikharah gitu. Tapi setelah dia bilang begitu, dia menghilang. Ghosting!!”
“Ohya? Kenapa dia nyuruh kamu istikharah segala?”
“Iyaa.. kalau ga salah, waktu itu dia nanya ke aku, aku mau cari pacar atau suami, gituu. Yaa aku jawab, aku mau cari pacar untuk aku jadiin suami.”
“Hm gituu.. terus kalian malah ketemu di bandara beberapa bulan setelah itu?”
“Iyaa bener. Aku ga sengaja ketemu dia.”
“Ceritain detailnya!!”, perintahnya.
“Jadi kalau ga salah, kejadiannya tuh H+7 lebaran Idul Fitri. Sekitar jam 6 pagi, dia tiba-tiba nelpon line aku. Terus dia nanya-nanya tentang tiket pesawat kalau ganti rute penerbangan bisa apa enggak. Karena dia taunya aku tuh masih di tiketing kan.”
“Terus?”
“Terus dia bilang, bisa ga ketemu sama dia di bandara? Yaa aku bilang, ga bisa lah. Ya secara dia dimana aku dimana kan?!”
“Okee… lalu?”
“Yaudah, pembicaraan kita berhenti disana.”
“Leh!! Terus kalian kog akhirnya bisa ketemu di bandara?”
“Jadi, setelah aku telponan sama dia, aku di chat sama Wily. Inget ga sama Wily?”
“Wily Wakil Ketua Osis zaman SMP?”, tanya Dadan.
“Iyaa betul! Aku kan udah lama ga ketemu dia. Nah kebetulan, dia tuh hari itu ada transit 5 jam-an di Bandara Soetta sebelum lanjut terbang ke Balikpapan. Dan dia minta aku untuk temuin dia di terminal 1 Soetta. Ya aku iyain aja. Terus, aku lihat tiket dia, jam arrivalnyasekitar jam 10 pagi. Yaudah, tepat jam 10, aku uda nungguin dia di kedatangan. Tapi, si Wily ini ga nongol-nongol juga. Aku chat masih centang satu.”
“Terus?”
“Terus, saat aku bingung nyariin Wily, si Darma nelpon line aku lagi. Ya aku langsung aja angkat telponnya. Nah disitu dia nanya, aku ada dimana? Aku jawab kalau aku lagi di bandara lagi nunggu temen. Terus dia bilang, itu kamu bukan? Saat dia nanya gitu, posisi aku tuh lagi ngeliat cowok yang lagi nunggu bagasi di bagian conveyor yang di dekat pintu kedatangan. Dan cowok yang aku liat tuh lagi nunjuk-nunjuk aku sambil nelpon gitu. Rupanya, cowok yang lagi aku liatin itu ya si Darma.”
“Seriusan??”
“Iyaa serius!!”
“Terus terus?!”
“Yaa aku kaget ya. Kog bisa-bisanya gitu ketemu dia! Padahal sebelumnya aku nolak untuk ketemu kan! Terus, ga lama dari itu, dianya nyamperin aku.”
“Dianya cakep ga?”
“Cakep sih. Aku pikir dia Refal Hady malah!”
“Ah, cakepan aku berarti!!”
“Yeee najis!!”
“Hahaha!! Terus saat dia nyamperin kamu, dianyanya gimana?”
“Ya ga gimana-gimana. Kami salaman dan kenalan kaya orang yang baru pertama ketemu!!! Terussss, aku sempet ngebaca pesan seseorang yang muncul di hape dia loh!”
“Ohya??Apa isi chatnya?”
“Mas, udah sampe di Jakarta? Gitu.”
“Waduh. Siapa itu ya?”
“Ga tau deh hahaha.”
“Terus? Dia ada ngomong sesuatu?”
“Hm ga ada ngomong sesuatu sih. Hanya aja, dia ngasih nomor Mamanya. Katanya, ini nomor Mamaku. Kamu bisa nanya-nanya tentang aku ke Mamaku. Gitu.”
“Hah? Kog gitu? Terus kalian masih chat-an di line?”
“Enggak!”
“Hm kamu chat Mamanya?”
“Enggak jugaa!”
“Lah, gimana sih. Ga jelas arek iki!”
“Yeee, masa aku chat Mamanya? Emang mau chat apaa????”
“Sapa tau itu sebenernya nomor dia, tapi bilangnya nomor Mamanya?”
“Masa sih?”
“Jadi saat ketemu dia, dia hanya ngasih nomor Mamanya ke kamu?”
“Hmm enggak sih. Sebelum itu, dia juga ngajak aku foto berdua!”
“Hmm apa dia ya yang Allah kirim untuk kamu?”
—
Setelah aku curhat ke Dadan, aku coba memberanikan diri untuk chat ke nomor yang dikasih oleh Darma.
Dan ternyata, nomor itu memang nomor Mamanya. 😨
Mamanya bilang, kalau Darma itu tinggal di asrama dan ga boleh membawa handphone.
Dan setelah aku coba mencari tau tentang Darma ke Mamanya, ternyata dia itu taruna di Sekolah Penerbangan Negeri.
Pantesan dia itu ghostingin aku selama ini, ternyata dia itu seorang taruna yang boleh megang handphone hanya waktu weekend.
Tapi selama ini, dia itu enggak pernah chat aku juga sih meski di weekend sekalipun hehe.
Karena aku merasa mendapatkan sinyal yang baik dari Mamanya dan kata Mamanya Darma belum punya pacar, aku pun mulai kembali sering mengirimi Darma pesan melalui line.
// Dadan : Nes, kalau emang kamu suka sama Darma, perjuangin!! Jangan diem-diem aja dan berharap dia yang ngejar kamu!! //
Atas saran dari Dadan, aku pun mulai memberanikan diri untuk membuka hati ke Darma.
Meski saat itu,
Hanya aku yang memberikan dia perhatian.
Hanya aku yang ada inisiatif untuk menghubungi lebih dulu.
Hanya aku yang berjuang untuk bisa mendapatkan hatinya.
Dan hanya aku yang berharap lebih ke dia.
Sedang dia sepertinya hanya menganggapku teman, tidak lebih.
Quote:
Diubah oleh aymawishy 08-01-2024 19:08
baccu dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
Tutup