Chapter 196
Quote:
Isak tangis menggema ke seluruh ruangan serba putih, darah mengalir deras memberi warna kontras. Anak-anak bermata tajam menatap satu sama lain dengan niat membunuh yang tak terkendali. Dari banyaknya anak-anak korban percobaan tidak manusiawi yang dilakukan oleh George dan koleganya, tersisa beberapa saja, satu diantaranya adalah Troy.
Kumbang berwarna emas yang dijadikan sebuah kunci persaudaraan awalnya sebagai tanda bahwa mereka satu keluarga besar membawa teror luar biasa. Serangga itu tiba-tiba masuk melalui telapak tangan, melaju cepat menuju ke arah jantung. Pada saat itu semua anak begitu panik, namun Troy tetap tenang sambil memandangi ekspresi senang George, sang ayah angkatnya.
“Hm,” gumam George.
“Ada apa?” tanya seseorang dengan berpakaian ala dokter.
“Mereka anak-anak kuat, hasilnya lumayan. Jika angka ini bertahan hingga akhir, mungkin kejayaan kita akan bisa kembali terlaksana,” ucapnya.
“Kuharapkan begitu, selama ratusan tahun, sel itu tetap saja tidak bisa hilang…,” ucap dokter dengan nada pelan.
“Tidak perlu mengkhawatirkan itu, asalkan dari Golden Clan memiliki anggota yang cukup. Kita bisa menumpaskan Red Sun selamanya,” mata George berbinar-binar, sangat yakin kalau projeknya akan berhasil.
Sang dokter menekan sebuah tombol dari ruang kendali, letaknya berada di atas ruangan serba putih ini. Lalu asap mulai keluar pelan-pelan, membuat anak-anak beringas tadi perlahan tertidur, jatuh satu per satu. Masih banyak tahapan yang harus mereka lalui, kini hal penting adalah menjinakan monster dalam tubuh mereka terlebih dahulu.
Troy terbangun dikamarnya, suasana begitu sepi. Kasur bertingkat yang dulunya diisinya oleh teman-teman sekamarnya hanya menyisakan dirinya seorang. Tangan kecil memegang dada sebelah kiri, gundukan besar sangat terasa, serangga monster masih hinggap dibadannya.
Matanya melirik ke arah pintu ketika terdengar suara ketukan, “Ya, masuk saja,” begitu ucapnya lembut.
Seseorang membuka pintunya pelan-pelan, sesosok anak perempuan mengintip, “Apa benar aku boleh masuk?” tanyanya lagi memastikan.
“Tentu saja,” anak perempuan itu lalu masuk, diikuti oleh anak laki-laki dibelakangnya.
Mereka bertiga mulai berkenalan satu sama lain, anak perempuan bernama Jennifer, sedangkan temannya bernama Jacop. Ketiganya saling bertukar cerita, meskipun berasal satu tempat pembuangan limbah sampah elektronik, tapi ini kali pertama ketiganya bertemu. Obrolan berlanjut hingga malam, kasur bertingkatnya kini penuh.
Esoknya, anak-anak itu kembali dikumpulkan untuk melakukan eksperimen lanjutan. Tidak ada celah untuk melarikan diri, penjagaan begitu ketat di segala sisi. Ketika semuanya berjalan normal, dengan teriakan dan darah di mana-mana, terjadi sebuah insiden. Seorang anak berubah wujudnya menjadi monster serangga.
“Kita lihat, apa anak itu bisa mengendalikan dirinya lalu berubah lagi menjadi manusia atau tidak,” ucap George dari ruang monitor.
Monster serangga berwarna emas itu meraung, membuat sakit telinga anak-anak lain. Matanya tertuju pada Troy, tubuhnya bersimbah darah yang sengaja dilemparkan untuk memicu serangga dalam tubuhnya aktif. Tiba-tiba monster serangga itu datang menerjang, menyerang Troy hingga terpental jauh.
“Troy!” sahut Jennifer.
“Diamlah Jen! Nanti monster itu datang ke sini!” ucap Jacop.
Benar saja, monster tadi setelah menyerang Troy memutarkan badan besarnya, tatapannya kini terpaku pada Jennifer dan juga Jacop disampingnya. Raungan besar kembali menggema, sayap sang monster serangga melebar, kukunya tajam bagaikan pisau siap menusuk dua anak yang malang itu.
“Hm, tidak bisa,” tiba-tiba dalam kejapan mata, sosok George muncul di depan monster serangga itu. “kita lakukan saja seperti biasa, sudah hampir satu bulan berjalan mereka masih belum bisa mengontrol Beat di dalam tubuh mereka. Memang tidak bisa sembarangan tuk menemukan penerus Golden Clan,” tangannya menembus tubuh monster didepannya.
“Baiklah, lakukan sesuka Anda,” ucap dokter dalam ruang monitor.
George mulai membantai anak-anak di dalam ruangan putih satu per satu. Satu serangan sederhana cukup untuk menghilang nyawa anak-anak tidak berdosa itu. Troy melihat semuanya karena posisinya yang jauh akibat terkena serangan monster barusan.
“Hentikan!” mencoba untuk menggerakan tubuhnya, tapi efek serangannya cukup membuat dirinya tidak berkutik. George menebas leher Jennifer dan juga Jacop, keduanya tewas seketika. “ARGH HENTIKAN!”
Troy membuka matanya, dirinya berada di sel transparan yang terbuat dari kaca tebal. Kedua pergelangan tangannya berhiasan borgol khusus magnetik dengan aliran alur listrik yang mampu membuat sel Beaters bergerak tidak wajar dalam kebingungan.
“Kau sudah sadar?” suara dari sampingnya begitu tidak asing.
Troy menoleh, sosok Jennifer terlihat berada di luar sel, bersama Jacop. “Kalian…,” ucapnya lirih. “apa yang---” Jennifer memotong pembicaraan.
“Semua sudah berakhir Troy, beristirahatlah sejenak di sini, tidak perlu lagi membuktikan kepada siapa pun kalau kau orang yang kuat,” air mata tulus turun membasahi pipi Jennifer, Troy pun terdiam.