papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Kontrakan Berhantu (Based On True Story)

gambar hanyalah mulustrasi



Kontrakan Baru


Quote:


Awal tahun 2012, papah dan mbak Rara memutuskan untuk pindah kontrakan. Yang tadinya ada di desa Tambak (deket sama pabrik Nikomas), ke desa Kragilan (deket pabrik kertas). Semua itu terjadi, karena di kontrakan lama kami, airnya dijatah emoticon-Mad (S)(air hanya keluar dini hari, sekitar jam 3 subuh sampai jam 6 pagi). Alasannya sih karena penghuni kontrakan udah banyak, dan air lagi susah, makanya dijatah (padahal saat itu sudah masuk musim hujan).

Dan karena mbak Rara ini orangnya esmosian, jadinya daripada belio sering ribut sama yang punya kontrakan gara-gara masalah air (yang punya kontrakan ini suaminya temen papah, saat papah masih jadi kepala toko elektronik). Papah ajak yang di-Pertuan agung ini untuk pindah saja. Gak enak dong, kita putus pertemanan gara-gara air emoticon-Malu.

Saat itu, mbak Rara masih kerja di pabrik Nikomas sebagai QC leader. Sedangkan papah, baru aja nganggur karena suatu hal yang menyebabkan papah milih keluarga daripada pekerjaan emoticon-Cool. Nah, karena nganggur itulah, mbak Rara perutnya jadi mblendung emoticon-Malu.

Awalnya, kami mencari kontrakan yang masih agak dekat dengan pabrik mbak Rara. Karena kalau kejauhan, nantinya, pas mbak Rara mau berangkat, itu jalanan pasti muaceeet parah. Apalagi mbak Rara lagi hamil semester 2, kasihankan klo naik angkotnya kelamaan (saat itu kami belum punya motor, apalagi mobil).

Hari sabtu sore, setelah berkeliling cukup lama, kami masih belum dapet kontrakan yang dirasa cocok. Kontrakan sih banyak yang kosong, tapi harganya itu loh, mehong banget. Rata-rata diatas Rp 500k semua dengan 3 ruangan. Sedangkan saat itu, untuk hidup, kami hanya mengandalkan gaji mbak Rara seorang. Tau gak UMR tahun 2012 kabupaten Serang? Rp 1,3 juta.
Lah klo bayar kontrakan aja 500k sisanya cuman 800k doang buat makan, beli susu ibu hamil dsb emoticon-Sorry yah memang sih, sebagai leader, gaji mbak Rara ada tambahannya emoticon-I Love Indonesia.

Tak berputus asa, dengan berbekal informasi dari seorang intelijen kepercayaan mbak Rara di pabrik, keesokan harinya, hari minggu, kami berdua naik angkot ke arah Kragilan. Menjauh dari pabrik tempat mbak Rara kerja.

Sepuluh menit kemudian, kami sampai di Kragilan. Kami berdua turun disebuah jalan kecil alias gang yang di sampingnya ada sebuah toko nasional. Ya, indomart.

Disana, sudah berdiri seorang wanita muda dengan rambut panjang yang berdiri tepat dibawah bayang-bayang indomart itu. Ia kulihat tengah berdiri sambil memperhatikan kami yang saat itu hendak menyeberang jalan. Matanya dengan tajam kulihat menatap perut buncit mbak rara yang saat itu sudah hamil 6 bulan.

Saat jalanan sepi, mbak Rara sedikit menarik tangan papah karena melihat papah yang sedikit melamun tadi. Dengan sedikit tersentak kaget, ditambah sedikit latah "sopan". Papah melangkahkan kaki dengan digandeng mbak Rara yang lagi hamil emoticon-Malu (aturan kebalikannya ya emoticon-Embarrassment).

"Ayuk!"

Sebuah suara nyaring kudengar dari sosok wanita berambut panjang yang sedari tadi berdiri dibawah bayangan indomart tadi (sue, kok jadi indomart mulu sih ini emoticon-Frown).

Mbak Rara tersenyum kearahnya. Langkah kaki kami sedikit dipercepat (klo gak mau kaki papah diseret oleh ibu-ibu hamil), menuju kearah si wanita berambut panjang yang juga berjalan kearah kami.

"eh Mila, udah lama nungguinnya?" tanya mbak Rara sambil bersalaman.

Mila, si wanita berambut panjang itu hanya tersenyum dengan sekilas mencuri pandang kearah papah emoticon-Wink.

"Enggak kok, yuk. Orang Mila baru sampe kok," jawabnya tersenyum manis.

Kulihat bedak diwajahnya sudah luntur karena keringat yang bercucuran hampir diseluruh wajahnya. Ditambah sepotong es krim yang hanya menyisakan batangnya saja. Itu cukup untuk menjelaskan betapa sebentarnya ia menunggu. Wakakaka...becanda becanda.

Ayuk, adalah panggilan istriku diantara teman-temannya yang orang Sumatra. Dan kebetulan, si Mila ini orang Palembang. Kenapa papah bisa tau, karena memang, kami memiliki sebuah hubungan dimasa lalu emoticon-Wowcantik.

Kedua wanita itu lalu terlibat obrolan yang intinya tentang maksud kami mencari sebuah kontrakan yang cocok.

"kebeneran yuk, aku tau ada kontrakan yang kosong disini. Tempatnya adem, harganya lumayan murah lho, yuk." ujar Mila layaknya SPG yang tengah mempromosikan sebuah produk yang dijualnya.

Kulihat, wajah mbak Rara, istriku terlihat senang mendengar celotehan Mila mengenai kondisi kontrakan yang akan kami lihat kali ini.

Sambil terus berjalan dibelakang kedua wanita itu, mataku berkeliling. Berusaha mengenali keadaan yang apabila aku jadi pindah, akan sering kulihat ini. Tak lama berjalan, kami bertiga belok kearah kiri. Disisi jalan, ada sebuah sekolah dasar dengan cat yang familiar.

Langkah kaki kami berhenti disebuah rumah berwarna hijau dengan pintu gerbang berwarna putih. Rumah itu tepat disebelah SD tadi.

Kulihat Mila membuka gerbang dengan jenis kupu-kupu tersebut, yang tidak dikunci oleh si pemilik.

Mila lalu masuk dengan mengajak kami berdua.

"assalamu'alaikum...," ucap Mila beruluk salam sesampainya ia diteras rumah.

"wa'alaikumsalam...," terdengar sahutan salam dari dalam rumah. Sebuah bayangan tubuh terlihat dikaca rumah yang berbentuk persegi panjang itu.

"ceklek," suara gagang pintu yang dibuka.

Kemudian, keluarlah sesorang ibu-ibu berusia setengah abad lebih dengan jilbab besar.

"lho, neng Mila ternyata. Ibu pikir siapa," sapa ibu berjilbab itu sambil menyalami kami bertiga. Seulas senyum ramah tampak diwajahnya.

"mari masuk, masuk," katanya mempersilahkan kami untuk masuk kedalam sumur. Kedalam rumahnya dooong....bang jali emoticon-Wakaka.

Biar gak panjang, akan papah jelaskan inti dari obrolan para ibu-ibu tersebut (karena papah selama "nimbrung", hanya tersenyum, mengangguk, berkata iya dan baik).

Bu haji itu (yang memang sudah haji ternyata), berkata bahwa ada 3 kontrakan yang saat ini kosong. Dan posisi kontrakan itu, tepat dibelakang rumah bu haji ini. Total ada 7 kontrakan disana. Kontrakan itu, memiliki 2 ruangan utama. Sebelum masuk, ada sebuah teras kecil didepannya, lalu pas masuk akan ada sebuah ruangan yang cukup besar berukuran 3x4 meter yang sepertinya akan kami gunakan sebagai kamar tidur. Lalu dibelakangnya, ada sebuah pintu kecil yang memisahkan antara ruangan kamar dengan ruangan dibelakangnya. Yang ternyata adalah sebuah kamar mandi dan dapur. Sayangnya, ruangan kedua ini kecil. Berukuran panjang 3 meter (yang dibagi 2 buat dapur dan kamar mandi) dan lebar 1,5 meter.

Untuk bulanannya, hanya Rp 200k sudah sama listrik dan air. Kemudian, ada sebuah sumur tepat disamping kontrakan. Sebuah sumur timba tradisional yang bisa digunakan bebas oleh para penghuni kontrakan. Terakhir, ada sebuah kebun pisang kecil disamping sumur itu. Dan, yang perlu digaris bawahi adalah, kontrakan kami, berbatasan langsung dengan sebuah sekolahan SD.

denah


ingat baik-baik denahnya gan/sis


Setelah berdiskusi dengan cukup alot, kami akhirnya memilih untuk "yes"(sebenarnya papah sih hanya bisa pasrah saja waktu ntu). Meskipun dengan konsekuensi, jarak antara kontrakan dengan pabrik mbak Rara kerja jadi semakin jauh.

Setelah memberikan DP, kami berdua lalu pulang. Dan akan mulai pindahan hari sabtu depannya. Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Mila.

"sama-sama, yuk. Mudah-mudahan kalian kerasan tinggal disini,"ujarnya dengan senyum manis diwajah cantiknya.

Aku hanya bisa melengos. Takut tergoda dengan senyuman yang dulu sempat membuat papah semangat kerja.

Fyi, Mila tidak ngontrak disitu. Hanya saja, tempatnya nge-kost memang tidak terlalu jauh dari situ. Atuh bisa bahaya bree, klo mantan tinggal satu area emoticon-Cape d.... Bisa-bisa....akh sudahlah, masa lalu biarlah berlalu, ygy.

Sore itu, diangkot warna merah, papah dan mbak Rara bisa bernafas lega. Karena sudah bisa menemukan tempat tinggal baru.

Quote:




Index



1. Kontrakan baru
2. Sambutan tengah malam
3. Si penunggu sumur
4. Hilangnya sebuah prinsip
5. Teriakan malam hari
6. Masih diganggu part. 1
7. Masih diganggu part. 2
8. Tetangga nackal part 1
+ berita dukacita
9. Senandung dimalam hari
10. Mereka mendekat
11. Hantu sekolahan
12. Penghuni baru
13. Anggun dan jiwa mudaku
14. Aku dan mbak Ratih
15. Kesurupan dan kesempatan part. 1 (18+)
16. Kesurupan dan kesempatan part. 2 (18+)

***
Diubah oleh papahmuda099 20-12-2023 07:39
littlesmith
alcipea
JabLai cOY
JabLai cOY dan 51 lainnya memberi reputasi
52
35.8K
789
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#137
Kesurupan Dan Kesempatan part. 2












Dalam kondisi yang memang bener-bener "terjepit" ini, aku benar-benar tak bisa melakukan apapun dengan hati yang jernih. Semua pikiran jernih ku selalu saja terbentur dengan pikiran kotor.
emoticon-Betty


Sampai-sampai aku seperti mendengar ada sesuatu yang sedang berdebat didalam pikiran ini.

"Udah tanggung, lanjutin aja. Udah pas nih posisi. Gak ada orang lain lagi,"Ujar sesuatu.

"Tapi, kalau aku lanjutin. Apa kata orang nanti. Sungguh tak tahu malu kalau aku lanjutin hal ini," Sergahku.

"Alaaahhh, gak usah munafik. Sesekali ini. Udah manfaatin aja kesempatan dalam kesurupan ini. Gak bakal lu nemuin dan ngerasain hal ini lagi," Desaknya.

"Tapi...," Kata-kataku terpotong.

"Udah gak usah tapi-tapian. Hajar aja bos. Gak akan ada yang tahu kelakuan lu, gue bantu jagain didepan ntar," Katanya.

"Tapi ini sungguh sangat bejat sekali," Aku masih menolak.

"Banyak omong lu ye. Emang lu gak nyadar, posisi anu lu itu udah keluar. Gimana kalau nanti ada yang liat. Bisa ancur rumah tangga lu karena lu nanti dituduh macem-macem. Mendingan lu " Keluarin" biar nanti bisa ngecil dan masuk lagi kedalam celana anu lu itu," Katanya dengan argumen yang kuat.

Aku melihat ke arah bawah. Dan benar katanya barusan. Orang-orang yang akan datang nanti, pasti akan melihat anu-ku yang terjepit persis di tengah-tengah belahan pantat Yuni.

"Terus gimana dong ini?" Tanyaku pada diri sendiri.

"Masukin aja. Kalau enggak gimana kek caranya yang penting bisa ngecil. Lu pasti taulah gimana caranya," Jawab sesuatu itu untuk yang terakhir kalinya.

Aku meneguk ludah saat memikirkan apa yang akan kulakukan sebentar lagi.

"Maafin aku, Yun. Tapi ini juga salahmu punya bodi seseksi ini," Kataku lirih sambil berusaha membenarkan apa yang akan kuperbuat padanya.

Lalu, dengan "terpaksa", aku mulai memaju-mundurkan pantat ini. Gesekan-gesekan yang kemudian terjadi sungguh sangat nikmat kurasakan.


Kenikmatan itu berhasil setidaknya untuk mengurangi, bahkan melenyapkan ketakutan yang tadi menghinggapi ku.

Pantat kenyal dan bulat Yuni benar-benar membuatku semakin lupa diri. Meskipun tidak ku masukan, tapi rasanya sungguh nikmat. Bejat dan memalukan memang. Tapi daripada nanti ada yang melihat pusaka milikku yang terjepit disana, mending hal ini aku lakukan. Selain bertujuan untuk membuat-nya terlepas, juga agar aku bisa melampiaskan hasrat terpendamku kepada kemolekan tubuh Yuni.

Hingga akhirnya, beberapa menit kemudian. Aku mulai merasakan kenikmatan yang mulai memuncak. Desahan nafasku mulai keluar berserabut dengan lenguhan lirih Yuni. Dan...

"Ach...,"

Tubuhku bergetar beberapa kali. Seperti seseorang yang terkena listrik ribuan volt. Aku mengejang dan terus mengejang. Seirama dengan muntahan cairan putih kental di belahan celana legging Yuni.


Nafasku terdengar tak beraturan, debaran jantungku yang tadinya berdetak kencang bertalu-talu mulai mereda. Mataku nanar memandangi begitu banyak cairan cinta yang membasahi celana legging yang Yuni pakai.

"Gila," Desahku setelah kejutan-kejutan kenikmatan itu mulai mereda.

Mataku masih memandang nanar dibawah sana. Dimana cairan kental ku memenuhi area bokong Yuni. Jujur, belum pernah aku merasakan kenikmatan yang sedahsyat ini.

Hingga setelah semuanya tenang, aku baru tersadar akan suatu hal. Bagaimana caraku untuk menghapus cairan itu?

Syetan memang suka mengumbar begitu banyak janji duniawi. Berbagai cara akan ia lakukan agar tujuannya tercapai. Menjatuhkan anak adam kedalam jurang yang penuh dosa. Dan salah satu anak adam yang baru saja terjerumus adalah aku. Indra.
emoticon-Blue Guy Bata (L)

Dikarenakan mengikuti ajakan kenikmatan sesaat itu. Kini aku malah terjebak di pinggir jurang keputusasaan. Memang, anu-ku bisa mengecil dan masuk kembali kedalam celana training pendekku. Tapi bagaimana dengan cairan sprema dan juga aroma yang khas ini? Bagaimana aku menghapus semua jejak kebejatan ku ini?

Kepalaku mendadak menjadi pening. Sesuatu seperti berputar-putar mengelilingi ku. Membuatku hampir tak sadarkan diri saking pusingnya.

Tapi, sebisa mungkin aku terus menyadarkan diriku sendiri. Berusaha tetap menahan tubuh Yuni yang kini terdiam dibawahku. Aku juga heran, bagaimana bisa aku terus berhasil menahan tubuh Yuni disaat aku tengah disibukkan dengan segala hasrat yang kumiliki.

Tunggu, ada sesuatu yang baru kusadari setelah aku kembali berhasil menguasai diri ini.

Tubuh Yuni sudah tidak meronta lagi. Juga tak ada suara geraman dari mulutnya. Penasaran, aku lalu merapatkan wajahku ke mulut Yuni.

Samar-samar, aku mendengar Yuni bernafas meskipun tidak teratur. Tapi memang ia sudah tidak menggeram lagi. Untuk meyakinkan diri sendiri, aku sedikit mengendurkan cengkraman tanganku di siku Yuni.

Tak ada gerakan melawan!

Dengan dada berdebar-debar, aku lalu memanggil lirih namanya.

"Y..yuni...,"

Tidak ada respon.

Sekali lagi aku memanggil namanya.

"Yuni?"

Tiba-tiba saja, meskipun perlahan tapi aku bisa mendengar ia menjawab panggilanku.

"Tolong lepasin, mas...," Bisiknya lemah.

"Kamu sudah sadar?" Tanyaku padanya untuk lebih meyakinkan diri.

Kulihat kepalanya bergerak mengangguk.

Dengan perlahan-lahan, aku mulai mengangkat tubuhku dari atas tubuhnya yang tengkurap. Aku lalu menyibak rambutnya yang sedikit berantakan.

"Hei...," Ucapku sambil mengelus pipinya.

Yuni menatapku dengan mata sayu. Membuatku tergoda untuk mengecupnya. Tapi kemudian, suara langkah kaki yang tiba-tiba saja terdengar sangat mengejutkanku.

Yuni melirik kebawah, memberikanku sebuah kode. Aku yang tengah gugup segera membalas kodenya dengan tatapan wajah bingung.

"Tolong dibersihkan, mas," Katanya lirih.

Aku langsung paham dengan ucapan yuni. Segera kuambil bantal yang berada paling dekat denganku. Aku lalu membersihkan cairan putih lengket itu dengan cepat menggunakan bantal tadi.

Lalu aku segera menolong Yuni agar kembali telentang. Parahnya, begitu Yuni telentang. Aku malah kembali bernafsu. Tapi aku tak mau kembali terjerumus kedalam kesalahan yang sama. Aku lalu menutupi tubuh Yuni dengan kain selimut yang ada dibawah tubuhnya. Tak lupa aku juga menaikan celana training ku yang sedikit melorot tadi.
emoticon-Malu

Tepat setelah semuanya selesai dan beres kulakukan. Munculah beberapa orang. Mereka adalah Ayu, disusul oleh mbak Ratih dan seorang perempuan setengah baya yang kemunculannya sempat membuatku terkejut karena kukira beliau adalah sesosok pocong. Karena saat ia datang, ia masih menggunakan mukena putihnya.

Setelah aku menceritakan semua yang terjadi. Nenek ber-mukena yang kemudian aku tahu bernama Nek Midah itu kembali memeriksa kondisi Yuni.

Entah disengaja atau tidak, mbak Ratih duduk tepat disampingku. Membuatku kembali teringat kejadian pagi tadi. Bejatnya, itu membuat anu-ku kembali bangun.
emoticon-Cape deeehh


Karena kurang nyaman dengan kondisi ini, apalagi dengan keringat yang masih mengalir dari tubuhku. Aku lalu berdiri untuk pamit dengan alasan akan menunaikan ibadah sholat maghrib. Disaat aku berdiri dan mau tak mau harus melewati dimana mbak Ratih duduk. Dan, karena aku tak mungkin memantati muka mbak Ratih saat lewat. Dannn lagi karena sempitnya ruang gerakku, maka mau berjalan miring sambil anu-ku mengarah ke wajahnya.

Sekilas ada senyuman aneh sesaat setelah aku melewatinya. Tapi tak kuhiraukan apa itu.

"Ayu, kalau ada apa-apa panggil mas aja ya," Kataku pada Ayu sesaat sebelum aku beranjak pergi.

Ayu mengiyakan.

Aku lalu berlari kecil menuju kontrakanku. Setelah membuka kuncinya, aku langsung menyalakan lampu dan dengan cepat menghambur kekamar mandi.

Setelah keluar sekali lagi lalu disusul dengan mandi wajib. Aku segera menunaikan ibadah sholat maghrib dengan perasaan yang berkecamuk. Setelah selesai, aku benar-benar meminta kepada sang Maha Pemberi rezeki agar aku secepatnya diberikan pekerjaan. Sehingga aku tidak melulu berada didalam kontrakan. Yang mana malah membuatku banyak melakukan hal-hal yang berdosa.

Setelah semuanya selesai, aku masih duduk termenung di atas sajadah. Memikirkan apa yang baru saja terjadi.

"Huft..., gak taulah pusing. Pasrah aja sama keadaan," Aku bergumam sendiri.

Tiba-tiba pintu kontrakan ada yang mengetuk.

"Siapa?"

"Ini Ayu, mas. Nenek midah sudah mau pulang katanya,"
Jawab Ayu dari balik pintu.

Aku bergegas membereskan bekas-bekas solat ku. Lalu membuka pintu. Disana kulihat Ayu sedang berdiri didepan kontrakan ku. Kulihat Nek Midah, sedang mengobrol dengan mbak Ratih didepan pintu kontrakan Ayu.

Aku lalu melangkah diikuti oleh Ayu dibelakang.

"Sudah mau pulang, nek?" Sapaku seraya mencium tangannya.

"Iya, nak. Kondisi tetehnya sudah membaik kok," Jawab Nek Midah.

"Oya, nek. Kalau boleh tau. Teman saya itu kenapa ya?" Tanyaku.

Nek Midah tidak menjawab pertanyaan yang ku berikan tadi. Malah ia melemparkan soal itu ke Ayu.

"Nanti bisa tanya-tanya sama si neng ini aja ya, nak. Nenek mau buru-buru pulang dulu. Ada yang kelupaan mau dikerjain dirumah, hehehe," Jawabnya.

Setelah kami berbasa-basi sejenak. Akhirnya Nek Midah pulang dengan diantar oleh Ayu.

Kini, tinggalah aku berdua bersama dengan mbak Ratih di beranda kontrakan Ayu.

"Mas," Sapanya terlebih dahulu.

Dengan jantung berdegup kencang, aku lalu menoleh kearah perempuan yang berusia sekitar 30-an itu. Didalam sorot lampu teras, aku bisa memperhatikan wajah dari mbak Ratih.

Perempuan ini mungkin wajahnya biasa saja. Pun dengan ukuran boncengan depan dan belakangnya juga normal-normal saja. Tapi, bentuk tubuhnya yang tinggi semampai plus rambutnya yang panjang hitam lurus membuatnya terasa ideal. Apalagi ia selalu memakai pakaian yang sedikit mengundang. Maka akan sangat wajar apabila banyak laki-laki yang akan mencuri pandang kepadanya.

"Sayang, ia masih belum punya anak juga. Kasian sekali. Pasti sepi rumah tangganya," Kataku dalam hati.

"Mas...,"

"Eh, iya mbak. Ada apa?" Tanyaku gugup karena aku malah berpikiran yang macam-macam tentang perempuan ini.

"Itu gimana ceritanya teh Yuni bisa kayak gitu?" Tanyanya sambil duduk ditembok kecil pembatas masing-masing kontrakan.

Aku lalu menceritakan semua yang aku tau dan alami.

"Terus pas kita sampai, kok teh Yuni sudah sadar sih?" Tanya milf satu ini lagi.

Aku sedikit gugup saat memikirkan harus menjawab apa. Tapi akhirnya aku hanya bisa menjawab.

"Mungkin setan didalam tubuhnya sudah kecapean kali. Udah hampir 2 jam masuk tapi gak dikasih kopi sama sekali, hahaha," Kataku diakhir dengan tawa yang sedikit kubuat-buat.

Namun, setelah tawaku berakhir. Sebuah tawa yang samar-samar terdengar.

"Hihihihi...,"

Merinding seketika bulu kuduk kami. Mbak Ratih secara spontan memeluk tanganku dari samping. Sedikit bisa kurasakan benda kenyal yang tadi pagi sempat kunikmati menyentuh tanganku.

Dan aku yang sudah kadung gila, malah memeluknya sambil mengusap rambutnya yang panjang.

Pelukan kami semakin erat. Ditengah nafsu yang mulai naik, aku buru-buru dan sangat amat terpaksa harus melepaskan diri. Wajah mbak Ratih menunjukkan gestur tanda tanya. Dalam hati aku hanya bisa merutuk.

"Perempuan gila, apa dia gak takut kalau-kalau suaminya pulang. Atau orang lain yang datang terus melihat pelukan kami barusan,"

"Kenapa?"
Suara tanya keluar dari mulutnya yang lagi-lagi membuatku teringat akan rasanya tadi pagi.

"Owh gak papa. Kayaknya suara tadi udah gak ada deh," Kataku.

Lalu dengan cepat aku mengajak mbak Ratih untuk masuk kedalam kontrakan Yuni, guna memeriksa keadaannya.

Mbak Ratih, yang mungkin masih takut dengan suara tawa cekikikan barusan, segera mengikutiku. Gendengnya, tangannya tetap menggenggam erat lenganku.









***
aan1984
sydney89
rizki_mj
rizki_mj dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup