papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Kontrakan Berhantu (Based On True Story)

gambar hanyalah mulustrasi



Kontrakan Baru


Quote:


Awal tahun 2012, papah dan mbak Rara memutuskan untuk pindah kontrakan. Yang tadinya ada di desa Tambak (deket sama pabrik Nikomas), ke desa Kragilan (deket pabrik kertas). Semua itu terjadi, karena di kontrakan lama kami, airnya dijatah emoticon-Mad (S)(air hanya keluar dini hari, sekitar jam 3 subuh sampai jam 6 pagi). Alasannya sih karena penghuni kontrakan udah banyak, dan air lagi susah, makanya dijatah (padahal saat itu sudah masuk musim hujan).

Dan karena mbak Rara ini orangnya esmosian, jadinya daripada belio sering ribut sama yang punya kontrakan gara-gara masalah air (yang punya kontrakan ini suaminya temen papah, saat papah masih jadi kepala toko elektronik). Papah ajak yang di-Pertuan agung ini untuk pindah saja. Gak enak dong, kita putus pertemanan gara-gara air emoticon-Malu.

Saat itu, mbak Rara masih kerja di pabrik Nikomas sebagai QC leader. Sedangkan papah, baru aja nganggur karena suatu hal yang menyebabkan papah milih keluarga daripada pekerjaan emoticon-Cool. Nah, karena nganggur itulah, mbak Rara perutnya jadi mblendung emoticon-Malu.

Awalnya, kami mencari kontrakan yang masih agak dekat dengan pabrik mbak Rara. Karena kalau kejauhan, nantinya, pas mbak Rara mau berangkat, itu jalanan pasti muaceeet parah. Apalagi mbak Rara lagi hamil semester 2, kasihankan klo naik angkotnya kelamaan (saat itu kami belum punya motor, apalagi mobil).

Hari sabtu sore, setelah berkeliling cukup lama, kami masih belum dapet kontrakan yang dirasa cocok. Kontrakan sih banyak yang kosong, tapi harganya itu loh, mehong banget. Rata-rata diatas Rp 500k semua dengan 3 ruangan. Sedangkan saat itu, untuk hidup, kami hanya mengandalkan gaji mbak Rara seorang. Tau gak UMR tahun 2012 kabupaten Serang? Rp 1,3 juta.
Lah klo bayar kontrakan aja 500k sisanya cuman 800k doang buat makan, beli susu ibu hamil dsb emoticon-Sorry yah memang sih, sebagai leader, gaji mbak Rara ada tambahannya emoticon-I Love Indonesia.

Tak berputus asa, dengan berbekal informasi dari seorang intelijen kepercayaan mbak Rara di pabrik, keesokan harinya, hari minggu, kami berdua naik angkot ke arah Kragilan. Menjauh dari pabrik tempat mbak Rara kerja.

Sepuluh menit kemudian, kami sampai di Kragilan. Kami berdua turun disebuah jalan kecil alias gang yang di sampingnya ada sebuah toko nasional. Ya, indomart.

Disana, sudah berdiri seorang wanita muda dengan rambut panjang yang berdiri tepat dibawah bayang-bayang indomart itu. Ia kulihat tengah berdiri sambil memperhatikan kami yang saat itu hendak menyeberang jalan. Matanya dengan tajam kulihat menatap perut buncit mbak rara yang saat itu sudah hamil 6 bulan.

Saat jalanan sepi, mbak Rara sedikit menarik tangan papah karena melihat papah yang sedikit melamun tadi. Dengan sedikit tersentak kaget, ditambah sedikit latah "sopan". Papah melangkahkan kaki dengan digandeng mbak Rara yang lagi hamil emoticon-Malu (aturan kebalikannya ya emoticon-Embarrassment).

"Ayuk!"

Sebuah suara nyaring kudengar dari sosok wanita berambut panjang yang sedari tadi berdiri dibawah bayangan indomart tadi (sue, kok jadi indomart mulu sih ini emoticon-Frown).

Mbak Rara tersenyum kearahnya. Langkah kaki kami sedikit dipercepat (klo gak mau kaki papah diseret oleh ibu-ibu hamil), menuju kearah si wanita berambut panjang yang juga berjalan kearah kami.

"eh Mila, udah lama nungguinnya?" tanya mbak Rara sambil bersalaman.

Mila, si wanita berambut panjang itu hanya tersenyum dengan sekilas mencuri pandang kearah papah emoticon-Wink.

"Enggak kok, yuk. Orang Mila baru sampe kok," jawabnya tersenyum manis.

Kulihat bedak diwajahnya sudah luntur karena keringat yang bercucuran hampir diseluruh wajahnya. Ditambah sepotong es krim yang hanya menyisakan batangnya saja. Itu cukup untuk menjelaskan betapa sebentarnya ia menunggu. Wakakaka...becanda becanda.

Ayuk, adalah panggilan istriku diantara teman-temannya yang orang Sumatra. Dan kebetulan, si Mila ini orang Palembang. Kenapa papah bisa tau, karena memang, kami memiliki sebuah hubungan dimasa lalu emoticon-Wowcantik.

Kedua wanita itu lalu terlibat obrolan yang intinya tentang maksud kami mencari sebuah kontrakan yang cocok.

"kebeneran yuk, aku tau ada kontrakan yang kosong disini. Tempatnya adem, harganya lumayan murah lho, yuk." ujar Mila layaknya SPG yang tengah mempromosikan sebuah produk yang dijualnya.

Kulihat, wajah mbak Rara, istriku terlihat senang mendengar celotehan Mila mengenai kondisi kontrakan yang akan kami lihat kali ini.

Sambil terus berjalan dibelakang kedua wanita itu, mataku berkeliling. Berusaha mengenali keadaan yang apabila aku jadi pindah, akan sering kulihat ini. Tak lama berjalan, kami bertiga belok kearah kiri. Disisi jalan, ada sebuah sekolah dasar dengan cat yang familiar.

Langkah kaki kami berhenti disebuah rumah berwarna hijau dengan pintu gerbang berwarna putih. Rumah itu tepat disebelah SD tadi.

Kulihat Mila membuka gerbang dengan jenis kupu-kupu tersebut, yang tidak dikunci oleh si pemilik.

Mila lalu masuk dengan mengajak kami berdua.

"assalamu'alaikum...," ucap Mila beruluk salam sesampainya ia diteras rumah.

"wa'alaikumsalam...," terdengar sahutan salam dari dalam rumah. Sebuah bayangan tubuh terlihat dikaca rumah yang berbentuk persegi panjang itu.

"ceklek," suara gagang pintu yang dibuka.

Kemudian, keluarlah sesorang ibu-ibu berusia setengah abad lebih dengan jilbab besar.

"lho, neng Mila ternyata. Ibu pikir siapa," sapa ibu berjilbab itu sambil menyalami kami bertiga. Seulas senyum ramah tampak diwajahnya.

"mari masuk, masuk," katanya mempersilahkan kami untuk masuk kedalam sumur. Kedalam rumahnya dooong....bang jali emoticon-Wakaka.

Biar gak panjang, akan papah jelaskan inti dari obrolan para ibu-ibu tersebut (karena papah selama "nimbrung", hanya tersenyum, mengangguk, berkata iya dan baik).

Bu haji itu (yang memang sudah haji ternyata), berkata bahwa ada 3 kontrakan yang saat ini kosong. Dan posisi kontrakan itu, tepat dibelakang rumah bu haji ini. Total ada 7 kontrakan disana. Kontrakan itu, memiliki 2 ruangan utama. Sebelum masuk, ada sebuah teras kecil didepannya, lalu pas masuk akan ada sebuah ruangan yang cukup besar berukuran 3x4 meter yang sepertinya akan kami gunakan sebagai kamar tidur. Lalu dibelakangnya, ada sebuah pintu kecil yang memisahkan antara ruangan kamar dengan ruangan dibelakangnya. Yang ternyata adalah sebuah kamar mandi dan dapur. Sayangnya, ruangan kedua ini kecil. Berukuran panjang 3 meter (yang dibagi 2 buat dapur dan kamar mandi) dan lebar 1,5 meter.

Untuk bulanannya, hanya Rp 200k sudah sama listrik dan air. Kemudian, ada sebuah sumur tepat disamping kontrakan. Sebuah sumur timba tradisional yang bisa digunakan bebas oleh para penghuni kontrakan. Terakhir, ada sebuah kebun pisang kecil disamping sumur itu. Dan, yang perlu digaris bawahi adalah, kontrakan kami, berbatasan langsung dengan sebuah sekolahan SD.

denah


ingat baik-baik denahnya gan/sis


Setelah berdiskusi dengan cukup alot, kami akhirnya memilih untuk "yes"(sebenarnya papah sih hanya bisa pasrah saja waktu ntu). Meskipun dengan konsekuensi, jarak antara kontrakan dengan pabrik mbak Rara kerja jadi semakin jauh.

Setelah memberikan DP, kami berdua lalu pulang. Dan akan mulai pindahan hari sabtu depannya. Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Mila.

"sama-sama, yuk. Mudah-mudahan kalian kerasan tinggal disini,"ujarnya dengan senyum manis diwajah cantiknya.

Aku hanya bisa melengos. Takut tergoda dengan senyuman yang dulu sempat membuat papah semangat kerja.

Fyi, Mila tidak ngontrak disitu. Hanya saja, tempatnya nge-kost memang tidak terlalu jauh dari situ. Atuh bisa bahaya bree, klo mantan tinggal satu area emoticon-Cape d.... Bisa-bisa....akh sudahlah, masa lalu biarlah berlalu, ygy.

Sore itu, diangkot warna merah, papah dan mbak Rara bisa bernafas lega. Karena sudah bisa menemukan tempat tinggal baru.

Quote:




Index



1. Kontrakan baru
2. Sambutan tengah malam
3. Si penunggu sumur
4. Hilangnya sebuah prinsip
5. Teriakan malam hari
6. Masih diganggu part. 1
7. Masih diganggu part. 2
8. Tetangga nackal part 1
+ berita dukacita
9. Senandung dimalam hari
10. Mereka mendekat
11. Hantu sekolahan
12. Penghuni baru
13. Anggun dan jiwa mudaku
14. Aku dan mbak Ratih
15. Kesurupan dan kesempatan part. 1 (18+)
16. Kesurupan dan kesempatan part. 2 (18+)

***
Diubah oleh papahmuda099 20-12-2023 07:39
littlesmith
alcipea
JabLai cOY
JabLai cOY dan 51 lainnya memberi reputasi
52
35.8K
789
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#132
Kesurupan Dan Kesempatan part 1







Sampai siang hari, aku memutuskan untuk tidak keluar dari kontrakan. Bukan karena takut ataupun malu bertemu dengan Mbak Ratih lagi, akan tetapi aku takut, apabila hal yang sama akan terulang kembali. Meskipun mbak Ratih sedang haid, akan tetapi setan pasti selalu bisa menemukan cara untuk membujuk manusia agar melakukan dosa emoticon-Hammer2.

Sekitar jam 2 siang, aku yang mulai jenuh dengan suasana didalam kontrakan. Akhirnya membuka pintu kontrakan, agar setidaknya udara dari luar bisa masuk ke dalam. Sehingga udara di dalam kontrakan tidak terlalu panas dan pengap.

Sambil tetap berbahan cantik di atas kasur sambil kepala menghadap keluar. Aku mendengar suara langkah kaki yang berjalan mendekat. Aku sempat dag dig dug, takut kalau suara langkah kaki itu adalah milik Mbak Ratih. Dan apabila benar itu adalah mbak Ratih. Maka aku sudah memutuskan untuk akan pasrah saja, apabila ia masuk ke dalam sini dan menyerangku.




Setelah menunggu dalam ketidakpastian, akhirnya si pemilik langkah kaki itu terlihat. Dan aku sedikit mengeluh karena itu bukanlah Mbak Ratih. Melainkan Yuni.

Tapi rasa kekecewaanku langsung terobati, ketika Yuni menyapaku terlebih dahulu. Padahal biasanya, akulah yang akan menyapanya dahulu.

"Lho, ada mas indra toh," Sapanya ramah sambil tersenyum.

Aku yang beberapa saat tak percaya dengan sapaannya, langsung membalas senyumannya dengan "tak kalah ramah" sambil mataku sesekali melirik kebagian aset utamanya.

"Hehehe, iya ini. Maklum, pengangguran kelas berat. Jadinya yaaa...selalu ada dirumah ini," Jawabku.

Aku yang langsung duduk di pintu kontrakanku segera menoleh ke kanan dan ke kiri. Bukan mencari Mbak Ratih lho ya.

"Nyari apa, mas?" Tanya perempuan berbodi gitar Spanyol itu.

"Yuni sendirian? Gak bareng sama Ayu?" Tanyaku.

Yuni menggelengkan kepalanya.

"Aku lagi gak enak badan. Jadi mau izin pulang cepat dulu. Tadi diantar sama temen sampai gerbang depan," Ucapnya sambil duduk ditembok kecil didepan teras kontrakannya.

Aku melihat wajah perempuan itu. Memang sedikit pucat.

"Ya sudah, Yuni istirahat saja dulu. Nanti kalau butuh apa-apa, Yuni panggil saya aja ya," Kataku berusaha meninggalkan kesan yang baik.

Yuni tersenyum.

Ia lalu pamit untuk masuk kedalam kontrakannya.

Aku menatap perempuan itu lekat-lekat. Sampai perempuan itu masuk kedalam kontrakannya. Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali. Takjub dengan berapa sempurnanya bentuk badan perempuan itu.

"Boncengannya luar biasa," Gumamku lirih sambil kembali ke posisi rebahan ku.



*





Menjelang maghrib, aku yang baru saja sampai di depan kontrakan setelah joging sore, mendengar suara ribut-ribut yang berasal dari arah kontrakan Yuni. Terdengar suara Ayu yang memanggil-manggil nama Yuni.

Aku yang hendak memasukan anak kunci ke lobang pintu, segera menahannya. Karena penasaran, aku lalu menghampiri kontrakan kedua perempuan itu emoticon-Bingung.

Pintu itu tertutup. Maka aku mengetuk pelan pintu tersebut. Suara Ayu yang tadi sedang memanggil-manggil nama Yuni berhenti. Lalu terdengar Ayu bertanya.

"Siapa?"

"Ini aku, Indra,"
Jawabku.

"Langsung masuk aja, mas," Terdengar suara Ayu sedikit keras.

Aku yang memang takut terjadi apa-apa dengan keduanya, segera membuka pintu yang tidak dikunci itu.

Aku langsung terkejut ketika aku melihat apa yang kini sedang terjadi didalam kontrakan ini.

Aku saat itu melihat Ayu sedang dalam posisi menindih tubuh Yuni. Sedangkan Yuni, yang berada di bawah tubuh Ayu tampak agak aneh. Perempuan itu aku lihat sedang menggeram-geram kecil layaknya seperti seekor binatang yang tertangkap dan ingin kabur.

Yuni sedang berusaha melepaskan diri dari himpitan tubuh Ayu. Dan anehnya, aku malah lebih fokus dengan apa yang Yuni kenakan. Perempuan bertubuh memiliki hanya mengenakan kaos dalam seperti singlet berwarna hitam tipis. Lalu di bagian bawahnya hanya mengenakan celana legging sebatas lutut emoticon-Betty.

Tapi aku segera mengenyahkan pikiran itu begitu Ayu memanggilku.

"Mas indra, tolongin. Yuni lagi kesurupan ini!" Ucapnya keras mengagetkan.

Aku yang seolah baru tersadar dari tidur segera bergegas mendekatinya. Setelah memperhatikan tubuh keduanya sejenak, aku lalu mengambil tindakan cepat.

Karena aku sudah punya pengalaman menahan tubuh seseorang yang kerasukan (adik ipar ku). Maka aku tahu bagian mana saja yang harus aku tahan, agar orang yang kesurupan itu tidak bisa leluasa bergerak.

Aku menginstruksikan Ayu, agar sedikit melonggarkan himpitan tubuhnya pada bagian bawah tubuh Yuni. Dan ketika Ayu sedikit melonggarkan tekanan kakinya pada bagian tubuh bawah Yuni, maka Yuni segera saja akan memberontak dengan cara menaikan kakinya keatas. Dan apabila hal itu berhasil, maka Ayu sudah pasti akan terlempar ke arah atas kepala Yuni.

Aku yang memang sudah bisa menebak hal ini akan terjadi, dengan sikap menahan kedua lutut Yuni dengan cara mendudukinya tepat dibagian lutut. Pantat Ayu yang berada didepan mataku sedikit mengganggu konsentrasiku. Maka aku menyuruh Ayu untuk turun dari badan Yuni, sambil tangannya terus menahan kedua tangan Yuni.

"Lakukan dengan perlahan," Kataku.

Ayu melakukan apa yang kuminta. Setelah semua sesuai dengan keinginanku. Aku melihat kearah Yuni. Wajah nakal perempuan itu berubah menjadi sedikit menyeramkan. Matanya melotot tajam dengan geraman-geraman yang terus ia keluarkan.

Aku menoleh ke belakang, ke arah pintu yang terbuka. Tapi di sana tidak tampak siapapun.

"Sial, disaat seperti ini orang-orang malah kayak janjian pulang malam semua," Kataku dalam hati.

Aku lalu melihat Ayu dan Yuni secara bergantian. Aku memang bisa untuk menahan tubuh ini, tapi untuk mengeluarkan ataupun mengobati orang yang kesurupan, aku tidak bisa. Dan itulah yang ku pikirkan saat ini.

Aku lalu menoleh ke arah Ayu. Tampak ada guratan-guratan di beberapa tubuhnya. Bahkan kancing bajunya kulihat ada yang terlepas. Mungkin karena kena cakaran tangan temannya itu.

"Ayu, kenapa bisa Yuni kesurupan begini?" Tanyaku.

Ayu lalu menjelaskan, bahwa tadi siang Yuni sepulang dari keliling mencari konsumen. Memang sudah terlihat kurang enak badan dan pucat wajahnya. Maka dari itu Yuni disuruh oleh pimpinannya untuk pulang terlebih dahulu dengan diantar seorang teman. Ayu yang khawatir dengan kondisi Yuni, sekitar jam setengah 5 sore izin pulang cepat. Sesampainya Ayu di kontrakan, ia melihat Yuni yang mulai bertingkah aneh. Mulut Yuni mengeluarkan suara seperti geraman seekor harimau. Kedua tangannya lalu sedikit mencakar-cakar kasur yang ia tiduri.

"Terus ya kayak yang mas indra lihat," Katanya mengakhiri cerita.

Aku melihat kearah Yuni yang masih saja melotot dan menggeram-geram. Kasihan juga melihatnya. Karena sudah hampir dari 1 jam berarti perempuan ini dalam kondisi seperti ini.

Kulihat jam yang hampir menunjukkan pukul 6 sore. Pertanda sebentar lagi waktu maghrib akan datang.

"Ayu," kataku kepada Ayu setelah memikirkan sebuah cara.

Karena tak mungkin kami akan terus berada dalam posisi ini sampai beberapa waktu ke depan. Karena selain kasihan kepada Yuni, aku juga mulai takut dengan keadaan di sekitarku. Aku merasakan seolah-olah banyak makhluk tak kasat mata yang mulai berdatangan, karena ingin melihat apa yang tengah terjadi emoticon-Takut.

Meskipun takut dan sedikit ragu. Aku akhirnya meminta Ayu untuk melakukan sesuatu.

"Kamu ketuk pintu kontrakan mbak Ratih. Bilang apa yang terjadi saat ini. Terus minta tolong sama mbak Ratih yang sudah lama tinggal disini buat manggilin orang yang bisa/pintar. Buat nyembuhin Yuni yang kesurupan," Kataku.

Ayu mengangguk cepat.

Kenapa aku tidak menyuruh Ayu untuk mengetuk pintu bu haji? Itu karena kemungkinan besar, keluarga bu Haji sedang tidak ada di rumah. Karena saat aku pulang dari jogging tadi, aku belum melihat ada lampu yang menyala, baik di luar ataupun di dalam rumah bu Haji.

"Kenapa bisa semua kebetulan kayak gini, sih," Kataku dalam hati setelah Ayu beranjak pergi.

Aku saat ini tengah dalam posisi yang aneh. Karena setelah Ayu tidak menahan tangan Yuni, kini akulah yang harus menahan tangan itu. Hanya saja aku menahannya tidak di pergelangan tangannya. Melainkan bagian siku yang aku pegang.

Jadi biar pembaca gak bingung, akan aku jelaskan cara menahan tubuh orang yang sedang kesurupan atau apapun itu namanya, apabila kita hanya sendiri.

Yuni, saat itu dalam posisi telentang dengan kaki ku luruskan kebawah dengan pantatku menahan tepat dikedua lututnya. Ingat harus tepat diatas lutut, jangan sampai diatas ataupun dibawahnya. Karena bila tidak tepat, maka lutut itu bisa digerakkan dengan bebas dan akan mengancam keselamatan kita. Setelah itu, agar aku lebih mudah untuk menahannya. Kedua tangan Yuni aku luruskan keatas, dengan bagian siku yang aku tahan.

Nah, dengan cara itukah aku menahan tubuh Yuni yang sedang kesurupan. Meski memang bagian leher dan kepalanya masih terbebas, tapi itu tidak begitu membahayakan kita.

Saat itu, kalau saja ada yang melihat posisi kami, maka sudah pasti akan terlihat seolah-olah aku sedang memperk**a Yuni. Padahal tidak.

Hampir 10 menit aku sudah menahan Yuni dengan posisi demikian. Dan, dalam waktu selama itu, aku bisa dengan jelas dan leluasa melihat seluruh wajah dan tubuh sintal perempuan ini.

Sebuah perasaan aneh tiba-tiba saja muncul entah dari mana dikondisi seperti ini. Bukan perasaan takut ataupun merinding, namun hawa nafsu dan gairah. Edan memang. Namun itulah yang saat ini kurasakan.
emoticon-Cape deeehh


Melihat perempuan yang bertubuh sintal dengan pakaian yang begitu menantang, membuatku terlupa bahwa perempuan ini sedang kesurupan. Bagian bawah ku yang memang menahan tepat dibagian "itu" mulai mengeras.

Aku yang hanya mengenakan celana olahraga pendek, bersentuhan dengan celana legging ketat milik Yuni. Awalnya aku mencoba untuk fokus pada upaya menahan tubuh Yuni yang kesurupan dengan cara memandangi wajah Yuni yang terlihat seram dengan mata yang melotot dan mulut sedikit terbuka.

Namun, gerakan-gerakan memberontak tubuh Yuni malah menyebabkan terjadinya gesekan-gesekan yang semakin intens diarea bawah sana. Membuatku mau tak mau sedikit merasa keenakan. Maaf, bukan sedikit, malah banyak kayaknya emoticon-Sundul Up.

Untuk sesaat aku menikmati kondisi ini. Dan waktu yang sesaat itu rupanya bisa membuat jin kafir didalam tubuh Yuni bergerak.

Tubuh Yuni tiba-tiba saja memberontak dengan keras saat kedua lututnya sedikit terbebas karena aku yang semakin "menekankan" tubuhku dibagian pertengahan tubuh Yuni.

Aku sedikit terlontar keatas. Mataku yang tadinya terpejam segera terbuka lebar. Kaget.

Yuni segera membalikkan tubuhnya. Tanganku yang tadi menahan sikunya terlepas. Dan...

"Bruk!"

Aku menimpa tubuh Yuni yang kini dalam posisi telungkup. Ada sedikit rasa sakit dikedua siku ini. Aku yang berada kembali diatas tubuh tengkurap Yuni merasakan perempuan itu hendak mulai merangkak kabur.

Tapi, aku yang kembali menemukan konsentrasiku segera mengunci pergerakannya kembali. Posisinya sama tapi bedanya kini ia tengkurap saja.

"Aman," Gumamku setelah situasi berhasil aku kendalikan lagi.

Sayup-sayup kumandang adzan maghrib mulai terdengar bersahut-sahutan diluar sana. Gelap mulai datang, karena lampu-lampu yang belum dinyalakan.

Suasana mulai kurasakan kembali mencekam. Dari arah belakang, aku seperti merasa ada yang tengah mengintai kami. Bukan hanya 1, melainkan banyak. Dan itu semakin bertambah dan bertambah.

Aku mulai membaca-baca didalam hati. Aku sedikit pesimistis hal ini akan berguna. Kenapa? Karena disaat itu, aku tidak memiliki keyakinan sama sekali bahwa doa-doa yang aku ucapkan akan terkabul.

Kenapa lagi emang?

Karena saat itu, berkat hentakan tubuh Yuni yang membuatku terlempar keatas, dan mendarat kembali diatas tubuh Yuni yang sudah dalam posisi tengkurap. Membuat celana training miliku sedikit melorot, dan Anu-ku yang tadi sudah mengeras kini tersembul keluar di ujungnya. Dan "itu", kini benar-benar pas terjepit dibelahan tubuh Yuni yang paling kukagumi.

Yup, bokong indahnya kini benar-benar menjepit tombak pusaka pemusnah iblis milikku yang sedikit keluar dari warangkanya. Sungguh sebuah kenikmatan yang dibalut dengan ketakutan. Sebuah sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan seumur hidupku.

Dan hal inilah yang membuatku tak yakin akan kemujaraban berbagai macam doa yang aku ucapkan. Karena sesuatu yang suci, malah aku nodai dengan hawa nafsu birahiku.


spoiler body Yuni


cuma mulustrasi bree, tapi emang mirip 99%





***
Diubah oleh papahmuda099 19-12-2023 11:46
bebyzha
aan1984
sydney89
sydney89 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup