papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Kontrakan Berhantu (Based On True Story)

gambar hanyalah mulustrasi



Kontrakan Baru


Quote:


Awal tahun 2012, papah dan mbak Rara memutuskan untuk pindah kontrakan. Yang tadinya ada di desa Tambak (deket sama pabrik Nikomas), ke desa Kragilan (deket pabrik kertas). Semua itu terjadi, karena di kontrakan lama kami, airnya dijatah emoticon-Mad (S)(air hanya keluar dini hari, sekitar jam 3 subuh sampai jam 6 pagi). Alasannya sih karena penghuni kontrakan udah banyak, dan air lagi susah, makanya dijatah (padahal saat itu sudah masuk musim hujan).

Dan karena mbak Rara ini orangnya esmosian, jadinya daripada belio sering ribut sama yang punya kontrakan gara-gara masalah air (yang punya kontrakan ini suaminya temen papah, saat papah masih jadi kepala toko elektronik). Papah ajak yang di-Pertuan agung ini untuk pindah saja. Gak enak dong, kita putus pertemanan gara-gara air emoticon-Malu.

Saat itu, mbak Rara masih kerja di pabrik Nikomas sebagai QC leader. Sedangkan papah, baru aja nganggur karena suatu hal yang menyebabkan papah milih keluarga daripada pekerjaan emoticon-Cool. Nah, karena nganggur itulah, mbak Rara perutnya jadi mblendung emoticon-Malu.

Awalnya, kami mencari kontrakan yang masih agak dekat dengan pabrik mbak Rara. Karena kalau kejauhan, nantinya, pas mbak Rara mau berangkat, itu jalanan pasti muaceeet parah. Apalagi mbak Rara lagi hamil semester 2, kasihankan klo naik angkotnya kelamaan (saat itu kami belum punya motor, apalagi mobil).

Hari sabtu sore, setelah berkeliling cukup lama, kami masih belum dapet kontrakan yang dirasa cocok. Kontrakan sih banyak yang kosong, tapi harganya itu loh, mehong banget. Rata-rata diatas Rp 500k semua dengan 3 ruangan. Sedangkan saat itu, untuk hidup, kami hanya mengandalkan gaji mbak Rara seorang. Tau gak UMR tahun 2012 kabupaten Serang? Rp 1,3 juta.
Lah klo bayar kontrakan aja 500k sisanya cuman 800k doang buat makan, beli susu ibu hamil dsb emoticon-Sorry yah memang sih, sebagai leader, gaji mbak Rara ada tambahannya emoticon-I Love Indonesia.

Tak berputus asa, dengan berbekal informasi dari seorang intelijen kepercayaan mbak Rara di pabrik, keesokan harinya, hari minggu, kami berdua naik angkot ke arah Kragilan. Menjauh dari pabrik tempat mbak Rara kerja.

Sepuluh menit kemudian, kami sampai di Kragilan. Kami berdua turun disebuah jalan kecil alias gang yang di sampingnya ada sebuah toko nasional. Ya, indomart.

Disana, sudah berdiri seorang wanita muda dengan rambut panjang yang berdiri tepat dibawah bayang-bayang indomart itu. Ia kulihat tengah berdiri sambil memperhatikan kami yang saat itu hendak menyeberang jalan. Matanya dengan tajam kulihat menatap perut buncit mbak rara yang saat itu sudah hamil 6 bulan.

Saat jalanan sepi, mbak Rara sedikit menarik tangan papah karena melihat papah yang sedikit melamun tadi. Dengan sedikit tersentak kaget, ditambah sedikit latah "sopan". Papah melangkahkan kaki dengan digandeng mbak Rara yang lagi hamil emoticon-Malu (aturan kebalikannya ya emoticon-Embarrassment).

"Ayuk!"

Sebuah suara nyaring kudengar dari sosok wanita berambut panjang yang sedari tadi berdiri dibawah bayangan indomart tadi (sue, kok jadi indomart mulu sih ini emoticon-Frown).

Mbak Rara tersenyum kearahnya. Langkah kaki kami sedikit dipercepat (klo gak mau kaki papah diseret oleh ibu-ibu hamil), menuju kearah si wanita berambut panjang yang juga berjalan kearah kami.

"eh Mila, udah lama nungguinnya?" tanya mbak Rara sambil bersalaman.

Mila, si wanita berambut panjang itu hanya tersenyum dengan sekilas mencuri pandang kearah papah emoticon-Wink.

"Enggak kok, yuk. Orang Mila baru sampe kok," jawabnya tersenyum manis.

Kulihat bedak diwajahnya sudah luntur karena keringat yang bercucuran hampir diseluruh wajahnya. Ditambah sepotong es krim yang hanya menyisakan batangnya saja. Itu cukup untuk menjelaskan betapa sebentarnya ia menunggu. Wakakaka...becanda becanda.

Ayuk, adalah panggilan istriku diantara teman-temannya yang orang Sumatra. Dan kebetulan, si Mila ini orang Palembang. Kenapa papah bisa tau, karena memang, kami memiliki sebuah hubungan dimasa lalu emoticon-Wowcantik.

Kedua wanita itu lalu terlibat obrolan yang intinya tentang maksud kami mencari sebuah kontrakan yang cocok.

"kebeneran yuk, aku tau ada kontrakan yang kosong disini. Tempatnya adem, harganya lumayan murah lho, yuk." ujar Mila layaknya SPG yang tengah mempromosikan sebuah produk yang dijualnya.

Kulihat, wajah mbak Rara, istriku terlihat senang mendengar celotehan Mila mengenai kondisi kontrakan yang akan kami lihat kali ini.

Sambil terus berjalan dibelakang kedua wanita itu, mataku berkeliling. Berusaha mengenali keadaan yang apabila aku jadi pindah, akan sering kulihat ini. Tak lama berjalan, kami bertiga belok kearah kiri. Disisi jalan, ada sebuah sekolah dasar dengan cat yang familiar.

Langkah kaki kami berhenti disebuah rumah berwarna hijau dengan pintu gerbang berwarna putih. Rumah itu tepat disebelah SD tadi.

Kulihat Mila membuka gerbang dengan jenis kupu-kupu tersebut, yang tidak dikunci oleh si pemilik.

Mila lalu masuk dengan mengajak kami berdua.

"assalamu'alaikum...," ucap Mila beruluk salam sesampainya ia diteras rumah.

"wa'alaikumsalam...," terdengar sahutan salam dari dalam rumah. Sebuah bayangan tubuh terlihat dikaca rumah yang berbentuk persegi panjang itu.

"ceklek," suara gagang pintu yang dibuka.

Kemudian, keluarlah sesorang ibu-ibu berusia setengah abad lebih dengan jilbab besar.

"lho, neng Mila ternyata. Ibu pikir siapa," sapa ibu berjilbab itu sambil menyalami kami bertiga. Seulas senyum ramah tampak diwajahnya.

"mari masuk, masuk," katanya mempersilahkan kami untuk masuk kedalam sumur. Kedalam rumahnya dooong....bang jali emoticon-Wakaka.

Biar gak panjang, akan papah jelaskan inti dari obrolan para ibu-ibu tersebut (karena papah selama "nimbrung", hanya tersenyum, mengangguk, berkata iya dan baik).

Bu haji itu (yang memang sudah haji ternyata), berkata bahwa ada 3 kontrakan yang saat ini kosong. Dan posisi kontrakan itu, tepat dibelakang rumah bu haji ini. Total ada 7 kontrakan disana. Kontrakan itu, memiliki 2 ruangan utama. Sebelum masuk, ada sebuah teras kecil didepannya, lalu pas masuk akan ada sebuah ruangan yang cukup besar berukuran 3x4 meter yang sepertinya akan kami gunakan sebagai kamar tidur. Lalu dibelakangnya, ada sebuah pintu kecil yang memisahkan antara ruangan kamar dengan ruangan dibelakangnya. Yang ternyata adalah sebuah kamar mandi dan dapur. Sayangnya, ruangan kedua ini kecil. Berukuran panjang 3 meter (yang dibagi 2 buat dapur dan kamar mandi) dan lebar 1,5 meter.

Untuk bulanannya, hanya Rp 200k sudah sama listrik dan air. Kemudian, ada sebuah sumur tepat disamping kontrakan. Sebuah sumur timba tradisional yang bisa digunakan bebas oleh para penghuni kontrakan. Terakhir, ada sebuah kebun pisang kecil disamping sumur itu. Dan, yang perlu digaris bawahi adalah, kontrakan kami, berbatasan langsung dengan sebuah sekolahan SD.

denah


ingat baik-baik denahnya gan/sis


Setelah berdiskusi dengan cukup alot, kami akhirnya memilih untuk "yes"(sebenarnya papah sih hanya bisa pasrah saja waktu ntu). Meskipun dengan konsekuensi, jarak antara kontrakan dengan pabrik mbak Rara kerja jadi semakin jauh.

Setelah memberikan DP, kami berdua lalu pulang. Dan akan mulai pindahan hari sabtu depannya. Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Mila.

"sama-sama, yuk. Mudah-mudahan kalian kerasan tinggal disini,"ujarnya dengan senyum manis diwajah cantiknya.

Aku hanya bisa melengos. Takut tergoda dengan senyuman yang dulu sempat membuat papah semangat kerja.

Fyi, Mila tidak ngontrak disitu. Hanya saja, tempatnya nge-kost memang tidak terlalu jauh dari situ. Atuh bisa bahaya bree, klo mantan tinggal satu area emoticon-Cape d.... Bisa-bisa....akh sudahlah, masa lalu biarlah berlalu, ygy.

Sore itu, diangkot warna merah, papah dan mbak Rara bisa bernafas lega. Karena sudah bisa menemukan tempat tinggal baru.

Quote:




Index



1. Kontrakan baru
2. Sambutan tengah malam
3. Si penunggu sumur
4. Hilangnya sebuah prinsip
5. Teriakan malam hari
6. Masih diganggu part. 1
7. Masih diganggu part. 2
8. Tetangga nackal part 1
+ berita dukacita
9. Senandung dimalam hari
10. Mereka mendekat
11. Hantu sekolahan
12. Penghuni baru
13. Anggun dan jiwa mudaku
14. Aku dan mbak Ratih
15. Kesurupan dan kesempatan part. 1 (18+)
16. Kesurupan dan kesempatan part. 2 (18+)

***
Diubah oleh papahmuda099 20-12-2023 07:39
littlesmith
alcipea
JabLai cOY
JabLai cOY dan 51 lainnya memberi reputasi
52
35.8K
789
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#131
Aku Dan Mbak Ratih






Part ini hanya untuk pembaca dewasa 18+



Hari Senin, setelah mengantarkan kepergian istriku bekerja. Aku melakukan aktivitas seperti biasanya dikontrakkan, seperti mencuci beres-beres rumah rebahan dan nonton TV. Hari ini, istriku sudah mengkonfirmasi bahwa ia akan telat pulang. Dikarenakan hari ini akan mengejar target produksi barang untuk diekspor di keesokan harinya.

Setelah semua kerjaanku beres, aku lalu duduk di beranda kontrakan sambil ditemani oleh segelas kopi hitam.


Beberapa menit kemudian pintu kontrakan yang dihuni oleh Ayu dan Yuni terbuka. Disusul keluarnya kedua perempuan itu. Keduanya tampak rapi dengan menggunakan setelan kemeja kerja mereka. Dan mungkin karena tugas mereka adalah seorang marketing, jadi mereka harus tampil semenarik mungkin.

Ayu, yang memiliki wajah manis tak lupa mengenakan topi untuk menutupi rambut panjangnya yang terikat dengan kuncir kuda. Tubuhnya yang tinggi ramping terbalut dengan baik oleh pakaian kerjanya. Sedangkan Yuni, entah memang bentuk tubuhnya yang menggoda atau karena pakaian yang ia kenakan sangat press body, membuat mata ini tak bisa lepas memandangnya. Apalagi saat ia membalikkan tubuhnya untuk mengunci pintu kontrakan.

Beuh... Jooon!



Jika saja saat itu aku adalah seorang masterchef, maka sudah pasti aku akan memberikan stempel wagyu A5 kepada kedua buah benda yang menonjol padat, yang dibungkus oleh ketatnya celana hitam panjang yang ia kenakan.

"Pagi Mas Indra," sapa Ayu kepadaku.

"Eh, selamat pagi juga Ayu...Yuni," jawabku sambil melirik ke arah Yuni.

Sumpah demi apapun, entah kenapa aku melihat Yuni sungguh amat sangat menarik saat itu. Menghilangkan bayang-bayang ku akan Istriku yang sedang hamil tua, mengalahkan kecentilan dari Anggun, maupun kegenitan yang ditunjukkan oleh Mbak Ratih.

"Pake susuk apa ni orang yak," Kataku dalam hati sambil mata ini terus menatap bok, eh, punggung kedua perempuan itu yang berjalan keluar.

"Astaghfirullah..., godaan apalagi ini ya Allah. Banyak bener kayaknya cobaan kali ini," Kataku sambil menengadahkan wajah menatap langit biru.

Apakah godaan setan hawa nafsu itu akan berakhir?

Oh tentu saja belum fergusooo...



Karena tak lama setelah kepergian Ayu dan Yuni. Muncullah Mbak Ratih dari arah depan. Perempuan itu sepertinya habis berbelanja sayuran karena aku melihat di kedua tangannya tergenggam plastik berukuran besar yang berisi sayur-mayur.

Fuck-nya adalah, perempuan ini hanya mengenakan daster yang terbuat dari bahan yang lumayan tipis dan memiliki belahan dada yang cukup rendah. Sehingga kalau kita perhatikan baik-baik diantara belahan itu, maka akan tampak sebuah garis kecil yang "mungkin" memisahkan sesuatu diarea tersebut.

"Abis belanja, mbak?" sapaku berbasa-basi.

Perempuan itu mengangguk dan tersenyum manis, "Iya nih, mas. Aku abis belanja mingguan. Makanya agak berat nih harus bawa-bawa 2 tentengan yang lumayan berat," jawabnya sambil sedikit mengangkat kedua tangannya yang memegang plastik berisi banyak belanjaan.

Dan entah kedua jin mesum yang dulu sempat menggodaku datang lagi atau gimana. Mulut ini tiba-tiba saja berucap.

"Mau aku bantuin bawain kedalam?"

Perempuan itu tampak tertegun sejenak mendengar ucapanku barusan. Tapi sebuah senyuman manis langsung bergambar di wajahnya.

"Boleh, kebetulan tanganku udah pada pegel nih," Jawabnya.

Aku pun dengan sigap dan tangkas segera berdiri dan berjalan cepat menghampirinya. Segera kurai dan ku ambil alih kedua plastik berukuran besar tersebut.

"Wah, lumayan berat juga ya Mbak belanjaannya," kataku sambil melirik ke belahan, eh maaf, kearah kedua plastik ini.

Mbak Ratih hanya tertawa kecil.

Tanpa menjawab perkataanku, Ia lalu berjalan mendahuluiku dan membuka pintu kontrakannya.

"Masuk aja, mas. Kalau bisa aku minta tolong sekalian ditaruh dibelakang ya, hehehe...," ucapnya.

"Loh, emang mas Tono udah berangkat kerja?" tanyaku sedikit ragu dan banyak senangnya. Tentu saja lagi-lagi itu hanya pertanyaan basi-basi.

"Iya, udah berangkat dari tadi pagi," Jawab mbak Ratih yang membuat jantungku berdebar-debar.

Oh ya, denah rumah kontrakan Mbak Ratih berbeda dengan kontrakan kami. Kalau kontrakan kami hanya berbentuk persegi panjang dengan dua ruangan, kontrakan Mbak Ratih dan Mas Tono ini berbentuk hampir persegi empat. Memiliki luas yang lebih lebar, kontrakan ini memiliki sebuah ruang tamu, lalu satu kamar tidur, dapur dan kamar mandi yang saling terpisah. Harga sewanya juga tentu berbeda.

Setelah meletakkan kedua plastik belanjaan itu di dapur aku segera berbalik untuk keluar rumah. Namun aku sempat terkejut karena mbak Ratih yang sedang duduk diruang tamu. Yang membuatku terkejut dan terpanah bukan mbak Ratihnya saja, namun caranya ia duduk yang membuatku sampai berhenti.

Mbak Ratih, duduk dengan menyilangkan kaki. Membuat paha putihnya jelas terekspos oleh kedua mata harimau muda ini. Dari posisinya duduk, jelas kalau hampir 100% ia berusaha untuk memancing hawa nafsu harimau jantan ini untuk masuk kedalam perangkapnya.



Tapi, jebakan itu masih belum 100% bisa memancing harimau yang sudah tergoda itu untuk menerkamnya. Harimau muda ini masih ragu-ragu. Takut bahwa jebakan itu bukan untuk memancingnya. Jadi, harimau muda itu hanya bisa diam mematung, sambil kedua matanya masih awas memandangi sosok tubuh yang sudah tampak pasrah itu.

Kami masih terdiam.

Mbak Ratih masih duduk bersilang kaki, kedua matanya yang sendu menatapku dengan tatapan mata yang aneh dan misterius. Membuatku, yang masih tetap berdiri dipintu dapur, berdiri dengan jantung yang semakin berlarian kesana kemari. Dan tentu saja membuat gelisah benda pusaka yang ada di bawah sana.

Aku sangat gelisah, tubuhku memanas. Kepalaku tiba-tiba saja menjadi pening. Otakku semakin lama semakin susah ku kendalikan. Aku masih sekuat tenaga untuk tetap bisa mengontrol gerakan tubuh ini.

Karena sudah tak tahan dengan kondisi ini, mataku melirik ke arah kenapa jebakan itu belum 100% aku Terima. Arah mataku adalah daun pintu disamping Mbak Ratih duduk. Daun pintu itu masih terbuka lebar. Dan, entah setan mana yang membantu kami, Mbak Ratih tampaknya paham dengan arti lirikan ku ini.

Ia berdiri, dengan gerakan lambat ia lalu meraih gagang pintu yang masih terbuka lebar itu dan....menutupnya.

"Ceklek!"

Daun pintu itu tertutup.

Mbak Ratih membalikkan tubuhnya kearahku yang memang sudah menunggu itu terjadi. Dan, tak perlu terlalu lama menunggu, binatang buas yang masih muda ini langsung bergerak cepat meraih tubuh indah Mbak Ratih.



Milf berdaster itu langsung kuraih dan ku dekap dengan sangat bernafsu. Bibirnya yang sedikit terbuka karena terkejut, langsung ku isi celah-celahnya dengan bibirku dengan brutal. Mbak Ratih yang masih terkejut segera membalas serangan bibirku. Disusul lidah kami yang saling bertaut. Suara suara aneh segera keluar dari kami berdua.

Syetan telah benar-benar merubahku menjadi binatang yang sangat rendah. Dan saat itu aku sudah tak memikirkan apapun lagi. Sudah cukup dengan semua godaan ini. Sudah saatnya untukku melampiaskannya.

Dengan masih dalam posisi berdiri, aku terus menciumi dan sesekali menggigit bibir serta lidah perempuan itu. Tak puas dengan bibir, tangan kananku segera bergerilya menyibak daster yang ia kenakan. Tanpa melihat, hanya menggunakan indra peraba, akhirnya tangan kanan ini bisa menemukan apa yang kucari. Sebuah bukit berukuran sedang itu kini ku remas perlahan dengan sesekali kumainkan benda hitam di ujungnya.

"Akh...,"

Mbak Ratih mengerang dan mendesah, membuatku semakin menggila. Kutuntun tangannya kearah dimana tombak guntur pembelah gunung itu berada. Dan karena aku hanya memakai celana pendek, maka dengan mudah tombak yang konon bisa memusnahkan iblis itu tergenggam erat ditangannya yang langsung ia gerakan naik turun.

"Sayang," desah Mbak Ratih saat aku mulai menghisap benda kecil kecoklatan setelah daster yang ia kenakan bisa ku robek.

Yap, benar-benar kurobek daster tipis yang ia pakai itu!

Setelah kurasa cukup dengan permainan panas ini. Aku segera menuntunnya untuk memasuki kamar tidurnya. Tempat dimana aku sudah bertekad untuk melampiaskan hawa nafsuku yang sudah di ubun-ubun.

Aku dorong tubuh setengah telanjang itu. Kulepaskan sisa-sisa celan yang kukenakan. Membuatku telanjang bulat dengan tombak menatap langit-langit kamar dengan gagahnya. Kukecup dengan penuh gairah paha putih milik Mbak Ratih, yang dengan spontan melebarkannya. Dan...mataku membelalak lebar saat kedua kakinya terbuka.

Kalian tahu, ada banyak cara dari Gusti Allah mencegah hambanya dari segala macam perbuatan yang ia larang. Begitu pula dengan saat itu. Apa yang membuat kedua mataku terbelalak adalah, aku melihat dari celana dalam Mbak Ratih mengalir cairan berwarna merah sedikit kehitaman.

Mbak Ratih tengah haid!

Mbak Ratih, yang dari tadi terpejam dan tengah menunggu serangan pamungkas dariku yang akan membuatnya terpuaskan, segera membuka matanya.

Perempuan itu mengerutkan dahinya melihat ekspresi wajahku yang tampak terkejut. Ia segera terduduk.

"Kenapa mas?" tanyanya.

"Kamu haid, mbak," jawabku pelan.

Dengan cepat Mbak Ratih melihat ke arah selangkangannya yang terbuka lebar itu. Dan memang benar, di sana sudah tampak warna merah yang mulai keluar dari sela-sela celana dalam yang ia kenakan.

Mbak Ratih lalu terpekik kecil melihat pemandangan itu. Dengan segera Ia berlari melompat dari kasur dan menuju ke arah kamar mandi. Lalu terdengar pintu yang tertutup dan suara guyuran air terdengar saling susul menyusul didalam sana.

Sedangkan aku, yang masih terkejut akan kejadian barusan segera meraih akal sehatku kembali. Jangan cepat aku kembali mengenakan celana dalam dan celana pendek ku. Lalu segera keluar dari kamar Mbak Ratih. Kuambil bajuku yang tergeletak di lantai ruang tamu dan kupakai.

Tanpa menunggu keluarnya Mbak Ratih dari kamar mandi, aku segera membuka pintu kontrakan itu. Setelah melirik ke sana-kemari dan kurasa aman. Aku segera berlari cepat kearah kontrakanku. Dengan perasaan gugup bercampur takut, aku segera menutup pintu kontrakanku dan ku kunci.

Berkali-kali aku mengucapkan istighfar didalam hati. Meskipun ada sedikit kekesalan karena gagal, tapi aku mencoba untuk terus bersyukur atas pertolongan yang Allah berikan kepadaku.

"Alhamdulillah ya Allah, engkau masih menyelamatkan diri ini dari perbuatan hina yang hendak aku lakukan tadi. Terima kasih ya Allah...," Ucapku segenap jiwa.

Aku lalu berbaring di atas kasur, dalam hati aku berpikir bahwa tak mungkin selamanya Allah akan terus menyelamatkanku dari segala hal. Dan suatu saat, pasti hal ini akan kembali terjadi. Dan aku tak bisa selalu mengharapkan pertolongan orang lain. Aku harus bisa menolak apabila suatu saat nanti hal ini terulang.

"Aku harus cepat-cepat bekerja," Gumamku lirih.



*


Didalam kontrakan Mbak Ratih, kedua jin sesat itu lagi-lagi mendengus kesal.

"Gagal lagi kita bro hari ini,"

"Tenang bos, masih ada lain waktu. Aku yakin, cepat atau lambat laki-laki tadi akan mampu kita taklukkan. Apalagi aku lihat ada bahan baru dari kontrakan sebelah, mwehehehe...,"ucap jin sesat satunya.

Jin sesat yang dipanggil bos tadi keluar. Ia lalu melihat kearah kontrakanku, lalu melihat kontrakan tempat Ayu dan Yuni tinggal. Bibirnya yang hitam merekah, disusul suara tawanya keluar membahan.

"wahahaha...! Betul ucapanmu, kita akan kembali kesini dan kembali berusaha menjerumuskan laki-laki tadi," ucapnya dengan wajah sumringah.

"Kita kembali ke bos besar. Kita memang gagal hari ini, tapi ingat sumpah leluhur kita yang agung, bahwa kita akan terus menggangu dan akan berusaha untuk membawa sebanyak-banyaknya keturunan Adam untuk ikit bersama kita kedalam Neraka," katanya lagi.

Tapi jin sesat anak buahnya segera mencolek tangan bosnya yang hendak kembali tertawa.

"bos,"

"Apa?"

"Tadi ada yang salah kata-katanya,"

"Yang mana?" tanya si bos.

"Yang ikit tadi. Harusnya ikut, bos malah bilangnya ikit," jawab sang anak buah.

"Ya elah, biarin aja sih. Kitakan emang selalu dijalan yang salah, wahahaha...!" kata si bos sambil terbang kearah laut Selatan.

"Ngeles aja tuh si bos," ujar sang anak buah. Lalu segera menyusul kearah mana sang bos terbang.





***
Diubah oleh papahmuda099 17-12-2023 09:24
bebyzha
aan1984
sydney89
sydney89 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Tutup