- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
60.3K
Kutip
1K
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#270
Part 75 - Putri Kebaya
Spoiler for Putri Kebaya:
“Mas mah, jangan bercanda..”
“Seriusaaaan! Ga bohong aku tuh..”
“Lagi ngobrolin apa sih?”, tanya Mba Mida yang tengah membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat dan juga cemilan dalam toples kecil dari arah dapur.
“Mas Daud bilang, wajah aku pagi tadi nyeremin, Mba. Emang beneran?”
Terlihat Mba Mida sedang menatap Mas Daud sekilas.
“Hehehe tapi alhamdulillah sekarang uda enggak..”, jawabnya kemudian.
Tak berselang lama, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah Mba Mida.
“Bentar yaa gue bukain pager dulu, ayang gue uda dateng..”, ujarnya sembari sedikit berlari ke arah depan rumah.
Mba Mida dan suami terlihat seperti pasangan suami istri yang harmonis. Saling mencium tangan, saling mencium pipi dan kening, dan berpelukan sesaat.
Setelahnya, mereka berjalan beriringan menuju ruang tamu.
“Assalamu’alaikum…”, ucap suami Mba Mida yang terlihat jauh lebih tua.
“Wa’alaikumsalaam.”, jawab aku dan Mas Daud bersamaan.
“Ini teman Mida yang ditelpon tadi pagi ya?”, tanyanya kemudian.
“Iya Mas, saya Anes.”
“Oh yayaya. Saya Fahmi.”
“Hai Bro. Gimana kabar?”, kini giliran Mas Daud yang menyapa suami Mba Mida.
“Sehat sehat!! Eh bentar ya, gue mau wudhu’ dulu..”
Saat itu, aku jujur agak deg-degan, kira-kira aku bakal diapain ya. Takut banget loooh!!
Setelah Mas Fahmi mengambil wudhu’, dia langsung mindahin meja di ruang tamu. Lalu menggeser sofa kecil dan duduk di depanku.
“Nes, kamu tau kalau yang dateng ke mimpi kamu tuh gundoruwo?”
“Di mimpi pertama saya ga tau, Mas, karena tangannya aja yang saya lihat. Tapi di mimpi kedua, dia ngeliatin wujud dia ke saya.”
“Hmm gitu. Sekarang apa yang kamu rasain di sisi kiri kamu?”
“Hm sisi sebelah kiri saya rasanya merinding sih, Mas..”
“Hehehe iyaa, dia ada disitu soalnya.”
Mas Daud yang duduk di sebelah kananku berusaha merangkulku. Gerakan refleks ingin melindungiku.
“Kalau aku buang dia, otomatis titipan dari leluhurmu juga akan kebuang. Gapapa?”
“Maksudnya Mas?”
“Leluhur kamu orang kraton kan?”
“Waduh, saya ga tau Mas.”
“Coba kamu tanya ayah kamu.”
“Tanya tentang?”
“Tentang leluhur kamu dan apa boleh titipan ini dibuang?”
Jujur aku bingung, maksudnya titipan apa ya?
Aku pun mencoba menelpon Papaku dalam keadaan di loudspeaker.
Lalu, disaat aku menanyakan tentang leluhurku, Papaku pun mulai menceritakan asal-usul keluarga Kakekku untuk pertama kalinya. Dan intinya, Kakekku itu ternyata berasal dari keluarga salah satu kerajaan di Jawa Tengah. Tetapi, Kakekku diusir oleh keluarganya karena menikahi nenekku yang berasal dari keluarga biasa saja.
Lalu, untuk masalah titipan yang dimaksud Mas Daud, Papa ga pernah tau mengenai itu.
“Titipan apa maksudnya, nduk?”, tanya Papa kebingungan.
“Hm kaya jin yang dititipin sama kakek buyut gitu, Om?”, tanya Mas Fahmi.
“Waduh, saya ga tau soal itu dan ga percaya juga yang begitu-begitu Mas.”
“Kalau begitu, boleh dibuang saja ya Om?”
“Iyaa, silahkan..”
Malam itu Papa menanyakan keadaanku, namun aku jawab, aku baik-baik saja. Khawatir kalau aku ceritakan yang sebenarnya, malah bikin Papa kepikiran.
Akhirnya, setelah selesai menelepon Papa, Mas Fahmi memulai ritualnya.
“Boleh aku pegang tangan kamu?”, tanyanya.
“Iya..”, jawabku dengan canggung.
“Tolong baca Al-fatihah, al ikhlas, al falaq, an nas, dan ayat kursi berulang-ulang yaaa?”
Aku mengangguk.
“Bro, disaat sosok itu masuk ke gue, tolong nanti tanyakan kenapa dia ngikutin Anes ya. Dan dimana dia ketemu Anes!”, ujar Mas Fahmi kepada Mas Daud.
“Okee..”, jawab Mas Daud agak bingung.
Mas Fahmi pun mulai menyentuh jari telunjukku.
“Hei kamu, pergi kamu dari dia!!”, disini, suaranya masih suara Mas Fahmi.
Tiba-tiba Mas Fahmi bergetar hebat! Kemudian dia tertawa!
“Hahahaha, aku sangat menyukainya. Jangan suruh aku pergi!!”, kali ini suara Mas Fahmi berubah menjadi suara menyeramkan. Terlihat wajah Mas Fahmi pun berubah. Matanya merah dan auranya seperti aura kegelapan.
Mba Mida yang duduk disamping suaminya, terus membacakan surah-surah pendek sembari memegang pundak kanan Mas Fahmi.
Mas Fahmi menatapku dengan sangat berbeda.
“Dimana kamu bertemu dia?”, tanya Mas Daud kemudian.
“Di rumahku. Di timur sana, dekat lautan!!”, Mas Fahmi masih saja menatapku dengan tatapan yang sangat tajam.
“Kenapa kamu ngikutin Anes?”
“Karena dia yang menginjak rumahku lebih dulu!!”
Astaghfirullah. Drama apa ini. Bathinku.
Jujur saat itu, sosok yang dibilang gundoruwo (panggil sigundo aja ya) itu cukup lama berkomunikasi dengan Mas Fahmi.
“Nes, kamu ada nginjek sesuatu? Atau naikin sesuatu saat ke pulau kemarin?", tanya Mas Fahmi kemudian, suaranya juga sudah kembali normal.
“Hm aku naikin pohon tumbang sih, Mas."
Lalu Mas Fahmi nanya ke sigundo, "rumahmu di pohon?"
Terus, Mas Fahmi tetiba ketawa dengan suara berat besar, ketawanya aneh (lagi)! Sambil ngejawab "IYAAA" !!!
Jujur nih, saat itu aku mikirnya ini dibuat-buat. Haha jadi aku ‘hm gitu hm gitu doang’ responnya.
“Itu kamu ya yang masuk ke mimpi dia?", tanya Mba Mida ke sosok gundo yang kini masuk ke dalam raga suaminya.
Mas Fami kembali menatapku tajam, "Iya, karena aku menyukai dia!"
"Kamu juga yang buat wajahnya jerawatan?"
"Iya, biar ga ada laki-laki yang menyukainya!!"
"Sekarang kamu pulang! Pergi!! Ya!"
Terus ga berselang lama, Mas Fahmi itu kek lagi adu kekuatan gitu loh sama sigundo saat nyuruh gundo itu pergi sambil baca ayat kursi dan doa-doa gitu.
Jujur aku masih ga percayaa sih. Aku mikirnya ini hanyalah drama yang dibuat-buat.
——
Wajah dan mata Mas Fahmi yang sebelumnya menjadi merah dengan ekspresi marah dan suaranya sangat besar dan berat, lambat laun menjadi seperti Mas Fahmi yang aku kenal.
Terlihat keringat mengucur di pelipisnya. Padahal AC di ruang tamu Mba Mida ini dalam keadaan menyala.
Baru saja aku melihat Mas Fahmi kembali normal, tiba-tiba suaranya kini menjadi suara perempuan.
Bahkan, kini dia juga menari-nari dengan sangat gemulai sembari menyinden.
Astaghfirullah!! Aku kaget ketika itu.
Inikah sosok putri kebaya yang selama ini mengikutiku?
Sosoknya yang suka nampakin ke teman-temanku yang indigo?
Saat Mas Fahmi dimasuki sosok wanita penyinden dan penari itu, Mas Fahmi yang maco benar-benar menari dengan gemulainya.
“Sejak kapan kamu mengikuti dia?”, tanya Mba Mida.
Dijawabnya “sejak lama
Lalu ditanya lagi, “kamu titipan Mbah buyutnya bukan?”
Dijawab lagi, “bukan.”
Dan selama berkomunikasi itu, sosok ini sempet nyindenin lingsir wengi masa!! Sampe abis. :”(
Abis itu dia ketawa kalem yang bikin merinding :")
(Untuk pengusiran jin dari leluhurku dulu, aku skip ya maaf.)
——
Malam itu jam sudah menunjukkan pukul 23.15, kata Mas Fahmi, sosok-sosok tak kasat mata yang mengikutiku, sudah dibuangin dari aku.
Dan aku yang masih shock karena sosok putri kebaya itu, hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan Mas Fahmi.
Teringat ketika ada teman kuliahku dulu, dia tiba-tiba nyamperin aku, dan bilang :
“Nes, ada yang ngikutin kamu loh! Dia pake kebaya dan sanggul gitu. Tapi saat aku kasih salam ke dia, dia ngejawab salamku Nes. Baik berarti.”
Cerita ini nih hanya aku yang tau. Mas Fahmi tuh ga tau.
Aku yang awalnya ga percaya sama apa yang udah terjadi barusan, tiba-tiba muncul rasa “eh ini beneran ya?” yaa setelah Mas Fahmi dimasuki sosok putri kebaya ini.
“Nes..”, panggil Mba Mida disaat Mas Fahmi pamit ke kamar kecil.
“Lo tau ga?”, tanya Mba Mida kemudian.
“Suami gue ini bukan orang Jawa Nes. Dia ga bisa ngomong bahasa Jawa. Dia juga ga bisa nari. Jangankan nari, senam SKJ aja dia kaku banget badannya.”
“Serius lo, Mid?”, tanya Mas Daud yang sedari tadi diem aja.
“Iyeee. Serius guee!!”
“Ah elah, serem banget njiirr!!!”
Aku pun hanya bisa menelan ludah.
“Seriusaaaan! Ga bohong aku tuh..”
“Lagi ngobrolin apa sih?”, tanya Mba Mida yang tengah membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat dan juga cemilan dalam toples kecil dari arah dapur.
“Mas Daud bilang, wajah aku pagi tadi nyeremin, Mba. Emang beneran?”
Terlihat Mba Mida sedang menatap Mas Daud sekilas.
“Hehehe tapi alhamdulillah sekarang uda enggak..”, jawabnya kemudian.
Tak berselang lama, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah Mba Mida.
“Bentar yaa gue bukain pager dulu, ayang gue uda dateng..”, ujarnya sembari sedikit berlari ke arah depan rumah.
Mba Mida dan suami terlihat seperti pasangan suami istri yang harmonis. Saling mencium tangan, saling mencium pipi dan kening, dan berpelukan sesaat.
Setelahnya, mereka berjalan beriringan menuju ruang tamu.
“Assalamu’alaikum…”, ucap suami Mba Mida yang terlihat jauh lebih tua.
“Wa’alaikumsalaam.”, jawab aku dan Mas Daud bersamaan.
“Ini teman Mida yang ditelpon tadi pagi ya?”, tanyanya kemudian.
“Iya Mas, saya Anes.”
“Oh yayaya. Saya Fahmi.”
“Hai Bro. Gimana kabar?”, kini giliran Mas Daud yang menyapa suami Mba Mida.
“Sehat sehat!! Eh bentar ya, gue mau wudhu’ dulu..”
Saat itu, aku jujur agak deg-degan, kira-kira aku bakal diapain ya. Takut banget loooh!!
Setelah Mas Fahmi mengambil wudhu’, dia langsung mindahin meja di ruang tamu. Lalu menggeser sofa kecil dan duduk di depanku.
“Nes, kamu tau kalau yang dateng ke mimpi kamu tuh gundoruwo?”
“Di mimpi pertama saya ga tau, Mas, karena tangannya aja yang saya lihat. Tapi di mimpi kedua, dia ngeliatin wujud dia ke saya.”
“Hmm gitu. Sekarang apa yang kamu rasain di sisi kiri kamu?”
“Hm sisi sebelah kiri saya rasanya merinding sih, Mas..”
“Hehehe iyaa, dia ada disitu soalnya.”
Mas Daud yang duduk di sebelah kananku berusaha merangkulku. Gerakan refleks ingin melindungiku.
“Kalau aku buang dia, otomatis titipan dari leluhurmu juga akan kebuang. Gapapa?”
“Maksudnya Mas?”
“Leluhur kamu orang kraton kan?”
“Waduh, saya ga tau Mas.”
“Coba kamu tanya ayah kamu.”
“Tanya tentang?”
“Tentang leluhur kamu dan apa boleh titipan ini dibuang?”
Jujur aku bingung, maksudnya titipan apa ya?
Aku pun mencoba menelpon Papaku dalam keadaan di loudspeaker.
Lalu, disaat aku menanyakan tentang leluhurku, Papaku pun mulai menceritakan asal-usul keluarga Kakekku untuk pertama kalinya. Dan intinya, Kakekku itu ternyata berasal dari keluarga salah satu kerajaan di Jawa Tengah. Tetapi, Kakekku diusir oleh keluarganya karena menikahi nenekku yang berasal dari keluarga biasa saja.
Lalu, untuk masalah titipan yang dimaksud Mas Daud, Papa ga pernah tau mengenai itu.
“Titipan apa maksudnya, nduk?”, tanya Papa kebingungan.
“Hm kaya jin yang dititipin sama kakek buyut gitu, Om?”, tanya Mas Fahmi.
“Waduh, saya ga tau soal itu dan ga percaya juga yang begitu-begitu Mas.”
“Kalau begitu, boleh dibuang saja ya Om?”
“Iyaa, silahkan..”
Malam itu Papa menanyakan keadaanku, namun aku jawab, aku baik-baik saja. Khawatir kalau aku ceritakan yang sebenarnya, malah bikin Papa kepikiran.
Akhirnya, setelah selesai menelepon Papa, Mas Fahmi memulai ritualnya.
“Boleh aku pegang tangan kamu?”, tanyanya.
“Iya..”, jawabku dengan canggung.
“Tolong baca Al-fatihah, al ikhlas, al falaq, an nas, dan ayat kursi berulang-ulang yaaa?”
Aku mengangguk.
“Bro, disaat sosok itu masuk ke gue, tolong nanti tanyakan kenapa dia ngikutin Anes ya. Dan dimana dia ketemu Anes!”, ujar Mas Fahmi kepada Mas Daud.
“Okee..”, jawab Mas Daud agak bingung.
Mas Fahmi pun mulai menyentuh jari telunjukku.
“Hei kamu, pergi kamu dari dia!!”, disini, suaranya masih suara Mas Fahmi.
Tiba-tiba Mas Fahmi bergetar hebat! Kemudian dia tertawa!
“Hahahaha, aku sangat menyukainya. Jangan suruh aku pergi!!”, kali ini suara Mas Fahmi berubah menjadi suara menyeramkan. Terlihat wajah Mas Fahmi pun berubah. Matanya merah dan auranya seperti aura kegelapan.
Mba Mida yang duduk disamping suaminya, terus membacakan surah-surah pendek sembari memegang pundak kanan Mas Fahmi.
Mas Fahmi menatapku dengan sangat berbeda.
“Dimana kamu bertemu dia?”, tanya Mas Daud kemudian.
“Di rumahku. Di timur sana, dekat lautan!!”, Mas Fahmi masih saja menatapku dengan tatapan yang sangat tajam.
“Kenapa kamu ngikutin Anes?”
“Karena dia yang menginjak rumahku lebih dulu!!”
Astaghfirullah. Drama apa ini. Bathinku.
Jujur saat itu, sosok yang dibilang gundoruwo (panggil sigundo aja ya) itu cukup lama berkomunikasi dengan Mas Fahmi.
“Nes, kamu ada nginjek sesuatu? Atau naikin sesuatu saat ke pulau kemarin?", tanya Mas Fahmi kemudian, suaranya juga sudah kembali normal.
“Hm aku naikin pohon tumbang sih, Mas."
Lalu Mas Fahmi nanya ke sigundo, "rumahmu di pohon?"
Terus, Mas Fahmi tetiba ketawa dengan suara berat besar, ketawanya aneh (lagi)! Sambil ngejawab "IYAAA" !!!
Jujur nih, saat itu aku mikirnya ini dibuat-buat. Haha jadi aku ‘hm gitu hm gitu doang’ responnya.
“Itu kamu ya yang masuk ke mimpi dia?", tanya Mba Mida ke sosok gundo yang kini masuk ke dalam raga suaminya.
Mas Fami kembali menatapku tajam, "Iya, karena aku menyukai dia!"
"Kamu juga yang buat wajahnya jerawatan?"
"Iya, biar ga ada laki-laki yang menyukainya!!"
"Sekarang kamu pulang! Pergi!! Ya!"
Terus ga berselang lama, Mas Fahmi itu kek lagi adu kekuatan gitu loh sama sigundo saat nyuruh gundo itu pergi sambil baca ayat kursi dan doa-doa gitu.
Jujur aku masih ga percayaa sih. Aku mikirnya ini hanyalah drama yang dibuat-buat.
——
Wajah dan mata Mas Fahmi yang sebelumnya menjadi merah dengan ekspresi marah dan suaranya sangat besar dan berat, lambat laun menjadi seperti Mas Fahmi yang aku kenal.
Terlihat keringat mengucur di pelipisnya. Padahal AC di ruang tamu Mba Mida ini dalam keadaan menyala.
Baru saja aku melihat Mas Fahmi kembali normal, tiba-tiba suaranya kini menjadi suara perempuan.
Bahkan, kini dia juga menari-nari dengan sangat gemulai sembari menyinden.
Astaghfirullah!! Aku kaget ketika itu.
Inikah sosok putri kebaya yang selama ini mengikutiku?
Sosoknya yang suka nampakin ke teman-temanku yang indigo?
Saat Mas Fahmi dimasuki sosok wanita penyinden dan penari itu, Mas Fahmi yang maco benar-benar menari dengan gemulainya.
“Sejak kapan kamu mengikuti dia?”, tanya Mba Mida.
Dijawabnya “sejak lama
Lalu ditanya lagi, “kamu titipan Mbah buyutnya bukan?”
Dijawab lagi, “bukan.”
Dan selama berkomunikasi itu, sosok ini sempet nyindenin lingsir wengi masa!! Sampe abis. :”(
Abis itu dia ketawa kalem yang bikin merinding :")
(Untuk pengusiran jin dari leluhurku dulu, aku skip ya maaf.)
——
Malam itu jam sudah menunjukkan pukul 23.15, kata Mas Fahmi, sosok-sosok tak kasat mata yang mengikutiku, sudah dibuangin dari aku.
Dan aku yang masih shock karena sosok putri kebaya itu, hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan Mas Fahmi.
Teringat ketika ada teman kuliahku dulu, dia tiba-tiba nyamperin aku, dan bilang :
“Nes, ada yang ngikutin kamu loh! Dia pake kebaya dan sanggul gitu. Tapi saat aku kasih salam ke dia, dia ngejawab salamku Nes. Baik berarti.”
Cerita ini nih hanya aku yang tau. Mas Fahmi tuh ga tau.
Aku yang awalnya ga percaya sama apa yang udah terjadi barusan, tiba-tiba muncul rasa “eh ini beneran ya?” yaa setelah Mas Fahmi dimasuki sosok putri kebaya ini.
“Nes..”, panggil Mba Mida disaat Mas Fahmi pamit ke kamar kecil.
“Lo tau ga?”, tanya Mba Mida kemudian.
“Suami gue ini bukan orang Jawa Nes. Dia ga bisa ngomong bahasa Jawa. Dia juga ga bisa nari. Jangankan nari, senam SKJ aja dia kaku banget badannya.”
“Serius lo, Mid?”, tanya Mas Daud yang sedari tadi diem aja.
“Iyeee. Serius guee!!”
“Ah elah, serem banget njiirr!!!”
Aku pun hanya bisa menelan ludah.
dakski62 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
Tutup