getih.sangitAvatar border
TS
getih.sangit
Anak-Anak Tumbal


Quote:

SINOPSIS CERITA

Quote:

INDEX









emoticon-Cendol Gan HAPPY READING!!emoticon-Cendol Gan


Diubah oleh getih.sangit 28-11-2023 12:25
69banditos
rbrataatmadja
itkgid
itkgid dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.9K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
getih.sangitAvatar border
TS
getih.sangit
#3
PART 2 - PETAK UMPET (part 2)
Benar, ini bau sangit. Aku mencium bau yang sangat menyengat dari dalam rumah ini. Bau yang tidak wajar ini bercampur dengan bau wewangian yang aku tahu bukan berasal dari parfum. Baunya seperti bau air kembang dan dupa wewangian yang dibakar.


Krosakkk!!

Aku melihat sebuah pergerakan. Aku pun segera menoleh ke arah itu untuk menebak keadaan putri dan Intan. Itu adalah arah dapur. Aku berjalan perlahan ke sana dan melihat sebuah dapur yang sangat berantakan. Lampunya berwarna kuning dan berbagai nampan bambu berserakan di sana.

Krossakkk!!

Aku mendengar suara itu lagi, dan kali ini aku mendapati asal suara itu. Bukan suara Putri ataupun Intan. Tapi suara itu berasal dari seekor ayam hidup yang mas masih terikat di keranjangan anyaman di sudut dapur itu. Ayam itu berwarna hitam. Hitam keseluruhanya sampai ke bola matanya. Mungkin ayam itulah yang selama ini disebut dengan nama ayam cemani.

Aku cukup kecewa ketika gagal menemukan Putri dan Intan. Tapi saat aku berbalik membelakangi dapur, tiba-tiba aku merinding. Bulu kudukku berdiri seolah ada seseorang yang memperhatikanku dari arah dapur.

Sekali lagi aku mencoba peruntungan dengan berjalan ke arah lain dari rumah ini. Saat itu aku menoleh ke salah satu kamar. Aku pikir tidak sopan jika aku harus masuk ke kamar itu. jikapun harus mencari ke sana, aku pikir itu akan menjadi opsi terakhir. Tapi saat aku berjalan melintasi kamar itu, tiba-tiba pintu kamar itu bergerak dengan perlahan.

Pintu kamar itu terbuka sebagian dan menunjukkan apa yang ada di dalam kamar itu.

Kak Fani…

Tidak salah lagi, yang ada di dalam kamar itu adalah Kak Fani. Tapi posisinya yang kulihat saat itu benar-benar tidak wajar. Ia berdiri membelakangi jendela dengan kepala yang jatuh ke bahu kanannya. Ia berdiri dengan aneh seolah ada yang menopang punggungnya. Ia mengenakan baju persis dengan yang diceritakan abang-abang di pos ronda. Hanya daster putih dan lusuh seolah penuh dengan tanah. Wajahnya putih pucat dengan sebagian rambut berantakan menutupi wajahnya.

Saat itu aku merasa Kak Fani terlihat begitu seram, terlebih saat angin berhembus menggerakkan daun pintu kamar itu. Kak Fani tersenyum dengan senyuman yang aneh..

Saat itu aku memilih untuk pura-pura tidak melihatnya, tapi saat itu firasatku benar-benar tidak enak. Aku kembali berjalan, tapi kali ini sayup-sayup aku mendengar ada suara langkah lain yang berjalan di rumah.

“Putri…” ucapku berbisik.

Aku mulai benar-benar tidak nyaman, aku hampir memutuskan untuk menyerah dan keluar dari rumah itu. Sialnya saat itu aku berpapasan dengan sebuah meja rias dengan cermin yang besar. Di situ aku terhenti…

Aku terhenti saat melihat bayanganku di cermin meja rias itu. bukan wajahku yang kuperhatikan. Tapi aku menyadari ada sosok di belakangku yang dipantulkan oleh cermin itu. Seorang perempuan berdiri jauh di belakangku. Tapi ia mendekat…

Saat itu aku baru sadar kalau langkah yang kudengar sejak tadi adalah langkah dari perempuan itu. Asap dupa tercium semakin pekat, aku yang merasa tidak pernah melihat perempuan itu di sekitar rumah. Seketika rasa takut menguasaiku.

“si—siapa?” tanyaku. Tapi entah mengapa suaraku tidak bisa keluar.

Aku pun mendapati wajahku begitu pucat terpantulkan oleh cermin yang ada di hadapanku. Saat itu sosok perempuan yang berada di belakangku tersenyum dan kembali mendekat. Sayangnya saat sosoknya terlihat semakin jelas, tubuhku seketika kaku tak bergerak.

Bukan.. dia bukan manusia.

Mana ada manusia yang bisa hidup dengan wajah yang setengahnya gosong seperti bekas terbakar. Setengah rambutnya pun hilang dan kulit kepalanyaya dimakani sesuatu seperti belatung berwarna hitam.

Nafasku tersengal-sengal, aku ingin berlari tapi rasa takutku benar-benar menahanku. Padahal sementara itu di cermin sudah terlihat makhluk itu semakin mendekat.

Srattt!!!

Tangan seorang perempuan menarikku. Ia buru-buru membawaku pergi dari depan cermin dan bersembunyi di sebuah lemari perkakas di dekat gudang.

“Putri?” Tanyaku.

 “Sssttt… diem,” balasnya sambil memberi isyarat jari di depan bibirnya.

Wajahnya terlihat pucat, tak jauh berbeda denganku. Dari lemari ini aku bisa sedikit mengintip kejadian di luar. Dan saat itu aku melihat ke arah meja rias, dan sosok yang terlihat di belakangku di cermin tidak  lagi ada. Aku ingin bernafas lega, tapi saat itu putri terlihat ketakutan.

“Kenapa kita ngumpet, Put? Ayo kita udahan aja,” ucapku.

Putri tidak menjawab, ia malah menangis seolah sudah tidak kuat menahan rasa takutnya. Tapi rasa takut terhadap apa? Tidak ada siapapun di luar lemari perkakas itu.

Deggg…

Firasat tidak enak itu kembali. Aku seolah merasakan ketakutan yang dirasakan oleh Putri.

Sreekkk… srekk….

Suara langkah kaki itu terdengar lagi. Dari celah lemari perkakas samar-samar aku melihat ada seseorang yang berjalan. Langkahnya begitu aneh, aku susah menggambarkannya tapi lebih mirip seperti langkah seseorang yang cacat. Aku mengira itu adalah setan yang sempat kulihat di cermin tadi. Aku benar-benar ketakutan.

Tapi saat semakin dekat, aku menyadari  pakaian yang dikenakan oleh orang itu. Itu adalah daster putih yang penuh dengan noda tanah. Pakaian yang dikenakan oleh Kak Fani. Dan saat aku memperhatikan dengan seksama, aku memastikan bahwa dia benar Kak Fani.

Aku ingin keluar, tapi Putri menggenggam tanganku erat-erat sambil menggeleng dan menangis. Ia benar-benar menahanku untuk keluar. Aku menuruti ucapannya dan akhirnya mengetahui apa yang ia maksud.

Kak Fani… dia berjalan ke arah dapur sambil tertawa tanpa suara. Saat ia semakin dekat, bau bangkai semakin menyengat. Terlebih semakin jelas terlihat bahwa sebagian kulit di tubuh Kak Fani seperti hitam membusuk. Aku pikir yang kulihat di kamar dari jauh tidak separah ini. Alih-alih merasa kasihan aku benar-benar menjadi takut saat itu.

Kak Fani masuk ke arah dapur. Aku mendengar suara yang cukup berisik di sana tapi tak lama kemudian bau bangkai kembali tercium dan Kak Fani kembali dengan bajunya bernoda darah.

Menjijikkan! Mengerikan! Apa yang kulihat saat itu benar-benar tidak bisa kulupakan dari ingatanku. Bagaimana tidak? Dari balik lemari perkakas aku melihat Kak Fani mengunyah ayam cemani yang kuliihat di dapur tadi hidup-hidup. Ia menggigit lehernya, membuang kepalanya di lantai begitu saja, dan memakan sisa tubuh ayam itu hingga wajahnya berlumuran darah dari ayam itu.

Kali ini aku berinisiatif menutup mata putri, tapi rasa trauma yang ia alami ini sepertinya juga disebabkan karena melihat hal mengerikan lain yang ada di rumah ini.

Kepala ayam cemani itu masih tergeletak di lantai yang tak jauh dari tempat kami berada. Ini juga merupakan hal yang aneh. Kepala itu masih hidup! Ia masih berusaha untuk berkokok sambil menoleh ke arah kemana Kak Fani kembali. Ia mencoba berkokok terus ke arah kamar itu.

Kejadian itu pun mengingatkanku tentang kejadian tahun lalu dimana warga sempat dihebohkan dengan penemuan kepala anjing yang menggonggong tanpa kepala sambil mengarah ke rumah ini. Apa kejadian itu ada hubunganya dengan apa yang aku lihat barusan? Pertanyaan itu benar-benar menggaung di kepalaku saat itu.

Sayangnya ini baru permulaan. Kejadian menjijikkan itu barulah permulaan.

Terakhir kali aku masuk ke rumah ini lebih dari satu tahun yang lalu dimana masih ada orang tua Intan dan kami baru pindah ke komplek ini. Saat itu tidak ada yang aneh, Kak Fani masih sering membuka pembicaraan dan mengobrol dengan kami. Tapi semua itu berbeda seratus delapan puluh derajat dengan sekarang.

Aku tidak menyangka bahwa saat matahari terbenam, rumah ini benar-benar berubah drastis. Seolah-olah rumah Nek Eva yang kukenal dulu sudah tidak ada.

Aku pikir sosok perempuan yang kulihat dari balik cermin dan perilaku mengerikan Kak Fani sudah menjadi pemandangan paling mengerikan di rumah ini. Tapi ternyata aku salah..

Kak Fani hanya berjalan tanpa arah di dalam rumah. Ia terus menikmati ayam cemani itu  hingga darahnya menetes di lantai. Disitulah aku melihatnya…

Dari kamar mandi tiba-tiba muncul makhluk hitam kerdil penuh borok yang merayap di tanah menjilati darah ayam cemani yang berceceran di lantai. Dan di dinding, aku melihat bayangan sosok makhluk yang berdiri terbalik di salah satu sisi langit-langit rumah ini. Aku tidak bisa membayangkan betapa mengerikannya sosok pemilik bayangan itu.

Apa yang dilakukan Kak Fani seperti sedang memberi makan mereka yang mulai bermunculan satu persatu di rumah ini.

Entah apa yang akan terjadi padaku dan putri. Kami tidak mungkin keluar dari tempat ini dan melewati Kak Fani dan makhluk-makhluk itu begitu saja. Aku sempat berpikir kalau aku akan mati malam ini bersama Putri.

<BERSAMBUNG>
Diubah oleh getih.sangit 24-11-2023 13:17
69banditos
suryaassyauqie3
itkgid
itkgid dan 2 lainnya memberi reputasi
3