Chapter 191
Quote:
Tubuh Troy terhempas jauh ketika terkena pukulan yang tepat mendarat diwajahnya itu. Bagian bangku stadion lain kembali hancur. Awan-awan yang membanjiri lapangan belum menghilang, sebagai bentuk pertahanan juga jika sewaktu-waktu Troy melakukan serangan yang tidak masuk akal.
Monster kumbang dengan tampilan gagah muncul, berwarna perak cenderung agak putih. Berbeda dengan Djohan yang berwarna perak agak gelap. Tanduk yang bercabang memberikan kesan tangguh. Kini Sterling sudah menjadi monster Beaters tipe armored dengan kulit keras bertekstur kasar yang keras bagian baju zirah.
“Jadi itu bentuknya, sial lebih keren dari dugaanku!” puji Djohan.
“Kita kesampingkan hal itu, sekarang masih ada musuh yang harus dilawan,” ucap Sterling. “akan kuselesaikan dengan cepat!” tekad Sterling setelah melihat Djohan yang begitu kesulitan melawan Troy, belum lagi sosok Gareth yang belum juga muncul setelah terkena pukulan telak dibagian perutnya.
Suara dentuman yang keras datang, kursi-kursi berterbangan tidak karuan. Troy kembali dari waktu istirahatnya sebentar, retak dikepalanya sudah hilang artinya regennya bekerja dengan cepat. Gumpalan awan mendekati Djohan, membentuk sistem pertahanan dengan melingkari seluruh tubuhnya.
“Kau diam sejenak di sana, aku ingin melawannya satu lawan satu,” sahut Sterling.
“Tapi senior…,” Djohan tidak bisa memprotes keputusan dari seniornya itu, sudah banyak waktu yang diberikan tadi. Tapi tugasnya tidak terselesaikan.
“Hei bocah emas! Sepertinya kau anggota terkuat di Golden Clan, apakah aku salah?” ejek Sterling.
“Cih, aku bisa menyelesaikan kalian berdua,” ucap Troy. “aku juga bukan orang yang mundur dari sebuah tantangan,” tinjunya mengeras. “kuhabisi kau terlebih dahulu!”
“Memang masih bocah, bukankah tertulis di perjanjian lama? Sesama anggota Royal Clan Beaters tidak boleh saling membunuh?” Troy datang dengan membawa ratusan pedang kecil yang terbuat dari cahaya, namun Sterling tidak gentar.
Ratusan pedang cahaya mendekat terlebih dahulu, tetapi Sterling dapat menahannya dengan membuat cambuk-cambuk dari awannya yang memenuhi lantai lapangan. Setelah serangannya berhasil dihadang, Troy membuat sebuah pedang besar dari cahaya.
“Aku juga bisa membuatnya!” Sterling mengambil sebagian gumpalan awan, membuatnya seperti pedang dan menjadikannya keras.
Dua pedang dari dua bahan yang berbeda pun beradu keras. Hempasan udara akibat benturan keduanya membuat gumpalan awan dari Sterling pecah konsentrasi dan harus terbang jauh namun masih tertahan disekitarnya.
Pertarungan sengit tersaji, Djohan yang melihatnya sejujurnya tidak tahan harus diam seperti ini, tetapi keadaannya yang membuatnya harus menahan diri.
“Apakah Gareth mati? Pukulan yang diterima sangat kuat, aku tidak yakin baju tempurnya dapat menahan semua itu,” Djohan mengkhawatirkan seseorang dari tim 13, Gareth yang terkena serangan belum juga bangkit dari tempatnya.
Troy melepaskan diri dengan tidak meladeni pertarungan menggunakan pedang dari jarak dekat dengan Sterling. Harus ada strategi baru agar arah kemenangannnya semakin terbuka. Troy mengandalkan kecepatannya dengan melompat-lompat ke arah yang acak sambil melemparkan pedang cahayanya.
“Trik anak-anak yang sering digunakan jika seseorang mempunyai kekuatan dalam hal kecepatan, Djohan juga sering melakukan ini,” ucap Sterling pada dirinya sendiri.
Pedang-pedang cahaya milik Troy tidak ada yang mengenai tubuh Sterling, beberapa ada yang dihindari, beberapa ada yang dipantulkan ke lain arah. Gerakan Troy semakin cepat, mata manusia biasa tidak akan bisa melihatnya. Dikarenakan Sterling sering berlatih bersama Djohan, maka jurus-jurus seperti ini sudah tidak asing lagi.
“Di situ!” gerakan Troy terbaca, sambil membawa pedang cahaya berukuran besarnya siap menebas Sterling. Tetapi Sterling tidak tinggal diam, pedang yang terbuat dari awan yang masih ada ditangannya siap untuk menahannya lagi.
Dua pedang akan kembali beradu, ketika ekspetasi semuanya seperti itu. Tiba-tiba tanpa terduga, pedang cahaya milik Troy mampu menembus tubuh Sterling. Teknik yang digunakannya membuat pedang cahayanya itu dalam sifat aslinya. Jalur tebasan berubah menjadi api besar yang menjulang tinggi.
“Senior!” ucap Djohan ingin membantu, tetapi gumpalan awan malah menahan lajunya. “kenapa?!”
“Jika dalam mode ini, pedang cahayaku tidak tertandingi,” Troy mengangkat pedangnya tinggi-tinggi sementara itu Sterling yang badan atasnya tertutup api besar tidak bergerak sama sekali. “selamat tinggal!” Troy membelah tubuh Sterling, selain itu tanah lapangan pun ikut terbelah membuka kembali pemandangan warna hijau yang tadinya tertutup oleh gumpalan awan.
Djohan tidak percaya dengan apa yang dlihatnya, gumpalan awan yang tadi sempat menahannya, berhasil diterobos untuk menerjang Troy. Emosinya meluap, orang yang dikenalnya secara dekat bahkan dari semua anggota Silver Clan yang ada, harus berakhir mengenaskan seperti itu.
Troy melihatnya dengan tatapan sinis, “Kau berikutnya,” sosoknya tiba-tiba menghilang. Lalu muncul tepat dihadapan Djohan, kedua tangannya digunakan untuk mengayun pedang cahayanya. Dengan teknik gerakan cahaya, sangat mustahil untuk Djohan menghindarinya.