Konflik Hamas-Israel yang belum mereda diperparah dengan sulitnya akses untuk mengirim paket bantuan untuk warga sipil melalui jalan darat, membuat Yordania akhirnya memutuskan untuk mengirim paket bantuan via udara. Dengan memakai pesawat angkut C-130 Hercules dan penggunaan perangkat tambahan berupa JPADS (Joint Precision Airdrop System), paket bantuan itu berhasil dikirimkan dan diterima dengan aman.

Menurut artikel TheDrive.com, penerjunan (airdrop) paket bantuan itu dilakukan pada tengah malam di hari Senin (06/11/2023). Sebagai tambahan, Yordania tealah mengoperasikan rumah sakit lapangan di Gaza sejak tahun 2009. Menurut pasukan Israel, mereka telah mengepung rumah sakit yang dimaksud. Untuk operasi penerjunan udara (airdrop) tersebut telah dikoordinasikan dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), sehingga bantuan dapat dikirim dengan aman.

Dalam beberapa foto yang beredar di media sosial, menunjukkan masing-masing muatan paket ditempatkan dalam palet yang telah dilengkapi dengan kit JPADS. Sistem ini menggabungkan parasut yang dapat dilengkapi dengan sistem navigasi GPS, di mana titik koordinat zona penurunan yang diinginkan sudah dimasukkan (diatur) sebelum dijatuhkan. Ada empat versi untuk digunakan dalam misi airdrop, dengan muatan kargo yang masing-masing berbobot mulai dari 900 kg, 4.500 kg, 13.000 kg dan 27.000 kg. Tersedia juga versi untuk menjatuhkan muatan yang lebih kecil.

Keakuratan JPADS bergantung pada beberapa faktor mulai dari ketinggian pelepasan bundel airdrop, jarak pesawat yang membawanya dari zona penurunan yang dituju, berat total muatan, dan kondisi lingkungan. Secara umum, setelah perbaikan yang telah dilakukan selama bertahun-tahu; NPADS memiliki akurasi 50 hingga 75 meter dari koordinat yang diprogram.

Bundel airdrop yang dilengkapi dengan JPADS dapat dilepaskan dari ketinggian hingga 7.500 meter. Dengan bantuan sistem ini, kargo dapat meluncur ke zona penurunan, yang mungkin berjarak hingga 25 kilometer. Kemampuan ketinggian dan luncuran tersebut juga dapat membantu menjaga pesawat angkut lebih jauh dari sistem pertahanan musuh dan berpotensi membantu mengurangi kemungkinan jatuhnya pesawat, atau penerima yang dituju terdeteksi.



Dalam operasi airdropdi Gaza baru-baru ini, ketepatan yang ditawarkan oleh JPADS akan membantu pasukan Yordania mengirimkan pasokan medis dan makanan ke zona aman yang sedekat mungkin dengan rumah sakit. Fasilitas tersebut berada di daerah perkotaan yang padat, sehingga paket-paket tersebut bisa saja tersangkut di atap atau parasutnya tersangkut di gedung, sehingga tidak dapat diakses atau rusak.

Penggunaan JPADS juga mengurangi risiko pesawat terkena tembakan musuh selama operasi ini, karena militan Palestina tidak akan tahu bahwa yang melakukan airdrop adalah pesawat Yordania dan bukan C-130 Israel. Penggunaan sistem penerjunan udara yang presisi juga memungkinkan Hercules Angkatan Udara Yordania untuk melepaskan muatannya secara potensial di luar jangkauan ketinggian rudal MANPADS.



Operasi airdropbisa menjadi sangat rumit, apalagi haurs menurunkan muatan kargo mendekati zona penurunan yang dituju bisa. Muatan yang mendarat di tempat yang salah dan jatuh ke tangan yang salah adalah salah satu masalah pasokan udara yang sudah lama ada. Muatan yang melenceng jauh dari jalurnya dan hilang atau rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi, merupakan masalah yang terus terjadi selama bertahun-tahun. Untuk mengatasi masalah ini, militer AS mengembangkan versi awal JPADS yang dimulai pada tahun 1990-an.

Di sisi lain, melalui operasi airdrop yang dilakukan oleh Yordania menunjukkan jika muatan yang hendak dikirim tidak asal dijatuhkan. Selain JPADS, Hercules (Herky) membuktikan jika masih mampu melakukan misi airdrop yang sulit di saat kondisi konflik semakin rumit.







Referensi Tulisan: TheDrive.com
Sumber Foto: sudah tertera