Chapter 190
Quote:
Keadaan sudah berbalik sekarang, dalam jumlah Troy sudah kalah telak, di tambah kekuatan besar dari seorang senior di Silver Clan. Keadaan di luar juga tidak lebih baik, para pasukan dari Unit-1 sudah bersiaga penuh jika sewaktu-waktu kekuatan mereka dibutuhkan.
Troy memegangi kepalanya yang bertanduk dan berkilauan emas itu, tidak menyangka bahwa semuanya akan menjadi seperti ini. Dari awal rencananya adalah dengan menyisakan orang-orang di Silver Clan sebagai suguhan terakhir, tapi siapa sangka mereka malah datang sendiri.
“Siapa di antara kalian bertiga yang paling lemah?” ucap Troy yang wajahnya masih tertutup setengahnya oleh tangannya itu.
Gareth melirik ke arah Djohan dan juga Sterling, jika harus menjawabnya, maka sudah jelas jawaban itu akan jatuh pada Gareth. Apalagi dengan memakai baju tempur lawas yang dalam segi kekuatan sangat tertinggal.
“Cih, untuk apa kau tanyakan itu?” ucap Gareth marah. “kau tidak ingin pertarunganmu terganggu dengan kehadiran seseorang yang lemah hah?!”
“Sudah jelas bukan,” Troy menurunkan tangannya, tiba-tiba waktu berhenti.
Bahkan debu yang tadi terbang pun ikut terdiam. Dalam sekejap sosok Gareth sudah hilang, diikuti dengan suara dentuman yang keras. “satu tumbang,” ucap Troy yang kini berdiri di antara Troy dan juga Sterling.
Sterling mencoba menebas kepala Troy dengan tangan kosong, tentu saja gerakan tiba-tibanya itu dapat dengan mudah dihindari tanpa membuat kebisingan sedikit pun. Troy sudah kembali ketempatnya semula.
“Apa kau melihatnya Djohan?” tanya Sterling.
“Tidak, semuanya berlangsung sangat cepat,” jawab Djohan.
“Gerakan tadi sangat menguras tenagaku dalam jumlah yang sangat banyak, kalian bisa bayangkan kondisi tubuhku setelah bergerak dalam kecepatan cahaya barusan,” ucap Troy.
Kecepatan cahaya yang dimaksud oleh Troy adalah sama dengan pergerakan cahaya yang dihasilkan oleh Matahari hingga sampai ke bumi. Kecepatan yang sangat gila itu sekarang bisa ditiru oleh seorang monster sekelas dari Golden Clan. Sebagai perbandingan, Djohan saja hanya dapat bergerak setara dengan kecepatan suara.
“Hm, aku tidak yakin apakah kekuatanku dapat menahannya atau tidak,” muncul tanduk kecil di kening Sterling, kedua tangannya terbuka menghadap ke tanah.
“bersiaplah Djohan!” keluar dari telapak tangannya itu gumpalan berwarna putih, teksturnya lembut, bentuknya mirip dengan awan yang tertahan di angkasa.
“Awan? Inikah kekuatan senior Sterling?” ucap Djohan dalam hatinya, baru sekali ini ia melihat seniornya itu mengeluarkan kekuatannya.
Dalam waktu cepat gumpalan awan itu memenuhi bagian bawah lapangan sepak bola. Troy tidak bergeming sama sekali, baginya kekuatan lawannya ini tidak berbahaya bagi dirinya. Sterling menarik Djohan masuk ke dalam, memberinya sedikit strategi untuk melawan Troy.
“Awan ini mungkin tidak mampu menahannya, tapi semoga dapat membuat gerakannya melambat. Akan kubuat benda ini menjadi lebih padat pada jalurnya nanti, lalu kubuat tipis pada jalurmu. Jangan khawatir, aku akan menjadi umpannya,” ucap Sterling.
“Baiklah,” jawab Djohan singkat.
“Membuat semuanya penuh dengan awan, sedangkan bagian atas kosong melompong,” Troy terbang ke atas, mengeluarkan ratusan pedang cahaya berukuran kecil. “aku tidak perlu menerobosnya bukan?” satu gerakan tangannya yang mengarah ke bawah membuat ratusan pedang cahaya itu turun dengan cepat layaknya hujan yang deras.
Satu-persatu pedang cahaya kecil yang turun membuka awan yang terhempas. Troy dengan fokus tingginya mengamati semuanya mencari tempat persembunyian dari Sterling dan juga Djohan. Setiap awan yang hancur akan langsung menutup dengan sendirinya.
“Hm?” awan-awan berbentuk benda runcing naik ke atas menyerang Troy. “ternyata awannya bisa dibentuk-bentuk,” Troy dengan santai menghindarinya, menilai serangannya begitu lamban.
“Aku juga akan menyerang dari atas jika menjadimu, tapi….,” ucap Sterling yang mengintip.
“ARGH!” sosok Djohan tiba-tiba muncul dari salah satu awan bentukan Sterling, ternyata dalam serangannya barusan. Djohan ikut untuk mencoba menyerang Troy dalam serangan yang tidak terduga.
Tiba-tiba waktu kembali terhenti, tangan keras Djohan yang membentuk sebuah tinju harus menerima nasibnya untuk terdiam. Troy menoleh, cara seperti ini sudah dilakukannya sebelumnya dengan masuk ke salah satu pedang cahaya yang dibuatnya. Troy menyerang balik, membuat pedang cahaya dalam waktu yang tidak masuk akal.
“Mati kau!” pedang cahaya yang dibuat solid sekeras batu itu pun menembus perut Djohan yang sudah dilapisi oleh kekuatan Beaters nya. “hm?” sosok Djohan yang terkena serangan mendadak menjadi putih, bergumpal lalu berubah menjadi awan. “cela---,” sebuah tinju mendarat telak kewajahnya, retakan di helm kembali terbuka.
“Berhasil!” ucap Djohan setelah melakukan tugasnya dengan benar.
Semua ini dapat terjadi karena Sterling telah menghitungnya barusan, dengan menggunakan Gareth sebagai sebuah umpan yang tidak disengaja. Ketika Troy melakukan gerakan cahayanya menyerang Gareth. Tanpa disadari oleh musuhnya itu, Sterling melempar sebuah kerikil kecil ke arah kakinya sebelum melancarkan serangan menggunakan tangan satunya. Dari percobaan sederhana ini dapat disimpulkan bahwa ada jeda 3 detik sebelum energi Troy kembali terisi untuk melakukan gerakan cahayanya lagi.
Percobaan tadi juga membuktikan bahwa ketika melakukan gerakan cahaya, Troy hanya bisa memilih untuk bergerak saja atau dengan diiringi oleh sebuah serangan. Karena membutuhkan energi yang sangat besar, rasanya sulit jika sebuah serangan dilakukan setelah gerakan cahaya.
“Itulah mengapa seseorang dengan jam terbang tinggi lebih lihai dalam sebuah pertarungan,” Sterling tersenyum diikuti oleh sel Beaters yang perlahan menutupi tubuhnya.