Chapter 189
Quote:
Orang-orang berkumpul di arena pertempuran, di dominasi oleh tentara Unit-1 yang bersiaga jika tenaganya dibutuhkan. Sterling yang sudah tidak asing pun dibiarkan begitu saja, terus mencari cara agar bisa menembus perisai yang terbuat dari emas yang sangat kokoh.
“Hm, sudah kucoba menggunakan kekuatan Beaters baik perubahan alami maupun armored, tetap saja tidak bisa tembus. Kekuatan Golden Clan memang merepotkan,” ucap Sterling.
“Hei kau yang di sana, bagaimana? apa perisainya bisa kau tembus?” sahut salah satu anggota Unit-1.
“Hehe,” Sterling tertawa. “berikan aku waktu sedikit lagi,” bersikap santai agar suasana tidak terlalu tegang. “mau tidak mau aku harus menggunakannya,” perlahan tanduk kecil muncul dari keningnya.
Di dalam stadion serangan Gareth belum mampu menembus pertahanan Troy yang masih bersikap cuek cenderung sangat meremehkan anggota BASS tim 13 itu. Sesekali Troy menyerang balik dengan mengerahkan pedang-pedang kecilnya seukuran telunjuk sebagai bentuk penghinaan terhadap musuhnya.
“Djohan masih belum bisa keluar dari pedang yang menancap di kedua kakinya itu, tidak berguna!” gumam Gareth. “baiklah aku akan mencobanya!” tanpa banyak berpikir Gareth langsung menerjang ke arah Troy, kedua belatinya sudah menyala terang.
“Oke majulah,” ucap Troy.
Tanpa disangka, Gareth malah melewati Troy begitu saja. Sikapnya yang begitu cuek dimanfaatkan betul oleh Gareth, dengan kelengahannya itu, Gareth dapat mudah bergerak bebas dan tujuan yang sebenarnya adalah menghancurkan pedang yang menancap di kedua kaki Djohan.
“Gareth!” sahut Djohan.
Troy kecewa dengan sikap Gareth yang seperti itu, layaknya seorang pengecut yang lari dari pertempuran. Namun pedang yang menancap itu menyala terang membuat Gareth kesulitan untuk melihat.
“Apa lagi?” Gareth merasakan ada sesuatu yang datang, dirinya pun reflek melompat kebelakang. Cahaya yang terang tadi pun menghilang, “hey yang benar saja!”
Troy muncul dari pedangnya, hanya setengah badannya saja sambil memegang sebuah pedang. “Pedang ini terbuat dari tubuhku, jadi sudah sewajarnya aku bisa berpindah dengan cepat,” ucap Troy. “kenapa kau ingin melepaskannya? apa kau tidak percaya diri bisa mengalahkanku seorang diri?” tanyanya angkuh.
Gareth menunjuk Troy, sikap badannya lebih angkuh dibandingkan oleh kumbang emas didepannya itu. “Hei bodoh! Kau terlalu banyak bicara!” ejeknya.
“Beraninya---,” Troy pun tersadarkan ketika Gareth sama sekali tidak mempunyai belati panas di kedua tangannya. “jangan-jangan!” Troy melirik ke bawah, Djohan sudah memegangnya, belati panas yang tadi diberikan oleh Gareth.
“ARGH!” Djohan menusuk kedua pedang emas yang sedari tadi mengganggu kerja sel Beaters dalam tubuhnya. Pedang emas itu pun hancur, begitu pun dengan kedua belati milik Gareth.
“Sial!” Troy yang masih berada dalam salah satu pedangnya mencoba menyerang Djohan, tapi Gareth datang dan langsung menendangnya jauh.
Djohan sudah mampu berdiri lagi berkat usaha Gareth untuk melepaskannya dalam jerat pedang Troy, meskipun harus mengorbankan senjata satu-satunya yang dimiliki. Sebagai ucapan terima kasihnya, Djohan membuatkan kedua belati dari sel Beatersnya. Dalam klaimnya belati buatannya lebih keras dan dapat melukai Troy.
Terdengar suara gemuruh yang besar, kepingan-kepingan emas pun berjatuhan dari atas. Kubah yang tadi menutupi bagian atas stadion pun hancur, lalu diikuti oleh perisai lainnya yang mengelili seluruh stadion. Djohan dan Gareth tidak mengetahui siapa yang berhasil menghancurkan penghalang itu. Tidak lama berselang orang yang bertanggung jawab hadir, Sterling dari Silver Clan dengan tanduk kecil dari keningnya.
“Kalian berdua tidak apa-apa?” tanya Sterling.
“Aku tidak, tubuhku serasa remuk semua,” jawab Gareth.
“Di luar sudah menunggu orang-orang dari Unit-1, kata mereka begitu. Kau bisa keluar dan orang-orang itu akan mengobatimu,” ucap Sterling.
“Jangan gila! Sebelum Troy dikalahkan, aku tidak akan mundur!”
Kedatangan Sterling disambut baik oleh Djohan, meskipun dalam hatinya yang paling dalam ada rasa kekecewaan yang teramat sangat karena telah gagal mengalahkan Troy sebelum seniornya itu datang. Sekarang sudah ada tiga orang yang melawan Troy, yang masih belum keluar setelah ditendang jauh oleh Gareth.
“Apa monster itu takut sekarang?’ ledek Gareth.
“Tetap fokus, kondisi mentalnya sudah terganggu. Dia akan berbuat sesuatu yang lebih gila dari ini,” ucap Sterling. “sebenarnya aku tidak ingin bertempur, tapi apa boleh buat,” menyindir Djohan disebelahnya.
“Ya, aku tahu….,” ucap Djohan kecewa.
Puing-puing kubah tadi dan bagian lainnya yang hancur berubah menjadi cahaya murni. Gerakan cepat meluncur ke satu titik, tempat Troy berada. Lalu seperti tadi, sebuah cahaya terang muncul membuat semua yang memiliki mata tidak mampu menatap.
“Bagaimana bisa kau menyerang orang yang badannya hanya setengah? mana sisa badannya berupa pedang, payah!” ucap Troy, lalu melihat sosok yang asing baginya. “hm, bala bantuan lagi. Tandukmu berwarna perak, baiklah aku tidak keberatan.”
“Tetap dibelakangku, aku merasakan sesuatu yang buruk,” ucap Sterling.