Chapter 186
Quote:
Pertarungan antara dua anggota klan royal terbesar berlangsung sengit. Djohan mengandalkan kecepatannya untuk menyerang sedangkan Troy lebih memilih menggunakan jurus andalannya dengan mengeluarkan ribuan pedang-pedang kecil yang bergerak bersamaan ke segala arah.
Kursi-kursi penonton sudah banyak yang rusak, akibat terkena serangan dari kedua belah pihak. Belum lagi kondisi lapangan yang ditumbuhi rumput hijau ikut terkena imbasnya. Stadion sepak bola sudah berubah fungsinya menjadi arena pertarungan dengan lapihan penahan dari sinar emas yang menghalang seseorang untuk ikut campur, kubah yang menutupi bagian atas juga sulit ditembus.
“Pedang-pedang kecil ini menyusahkanku!” ucap Djohan yang terus bergerak sambil mencari celah untuk menyerang Troy yang berdiri santai dengan membuka kedua tangannya. Seolah-olah ribuan pedang kecil berwarna emas yang diciptakannya itu mengikuti gerakan yang dibuat oleh tangannya.
Yang lebih menyusahkan lagi, pedang-pedang kecil itu terbuat dari cahaya murni, yang kadang kala bertekstur keras dan lembut. Jika Djohan terkena yang bertekstur lembut, pedangnya akan menembus dan bekas lukanya akan mengeluarkan api yang besar.
“Gerakanmu sangat cepat, tapi tetap kewalahan menghindari pedang-pedang kecilku ini!” teriak Troy meremehkan Djohan. “bagaimana kalau kutambah seperti ini?” tubuh Troy menjadi cahaya, kemudian menghilang dari pandangan Djohan.
“Hm? kemana perginya---,” Djohan melirik, muncul sebuah tangan dari pedang kecil yang melewatinya, dirinya menghindari tangan itu, tetapi gerakannya menjadi kacau sehingga mengenai pedang kecil lainnya. “sial!” pedang-pedang kecil yang menusuknya tidak menancap tetapi menembus tubuhnya.
Api keluar dari tubuh Djohan, belum selesai sampai di situ, Troy muncul dihadapannya dengan tinju keras yang sudah disiapkan. Pukulan mantap tepat mengenai kepala Djohan, membuat badannya terpental sambil terbakar. Pedang kecil lainnya dibuat solid untuk menambah efek serangan, turun bagaikan hujan yang deras ke arah tempat Djohan berada.
Sementara itu, Sterling sudah pergi menuju ke arena pertarungan. Warna keemasan yang menyilaukan dari kejauhan sangat memudahkannya untuk menemukan tempat itu. Karena dipintai oleh Leah untuk mencari Gareth, kesempatannya untuk mengalahkan Troy dengan cepat menjadi sirna. Dinding emas menjadi penghalang bagi dirinya tuk masuk.
Sterling mencoba untuk memegang dinding emas penghalang, “Wow!” tangannya seketika terbakar. “hm, belum ada petugas yang ada ke tempat ini. Wajar saja, aku yang berada di luar saja tidak bisa mendengar apapun dari dalam. Akan kucoba menggunakan cara lain,” tangan Sterling mulai dilapisi oleh sel Beaters.
Pada saat Sterling menyentuh dinding pembatas, Troy yang berada di dalam merasakannya, tidak menyangka jika bala bantuan untuk Silver Clan sudah tiba dalam waktu yang sangat singkat ini. Tapi dirinya tidak ambil pusing, Djohan yang terkena serangannya barusan saja belum menampakan diri lagi.
“Sampai kapan kau mau tidur di sana? Cepat bangun dan kita bisa berdansa lagi!” sahut Troy.
Asap mulai bermunculan, pertanda bahwa Djohan sudah berhasil melenyapkan api-api yang memenuhi tubuhnya. Melihat itu Troy sudah menyiapkan pedang-pedang kecilnya lagi, mata pisaunya mengarah tajam, sedikit saja bagian tubuh dari Djohan nampak, mereka akan langsung menyerangnya tanpa ampun.
“Ayo, cepat keluar….,” ucap Troy dalam hati, semangatnya masih sangat tinggi.
“Cih! Bisakah kau lebih tenang? kepalaku yang sudah tertutup dengan desain rumit ini masih dapat mendengarkan ocehanmu itu!” muncul suara dari Djohan, tetapi bukan dari tempat bekas serangan barusan.
Troy menoleh kebelakang, Djohan sudah berdiri dengan beberapa bekas luka bakar yang membuat kulit kerasnya menjadi kehitaman. Yang membuat Troy heran, pergerakan Djohan yang sama sekali tidak terdeteksi olehnya. Sebagai Golden Clan, sudah menjadi kemampuannya untuk merasakan kehadiran Beaters.
“Jadi aku harus bergerak secepat mungkin, sangat menguras tenaga tapi sangat efektif,” ucap Djohan lalu membuat kuda-kuda seperti seorang atlit pelari.
Troy mengarahkan pedang-pedang kecilnya untuk mengelilinginya untuk membuat perisai pertahanan. Lalu membuat pedang cahaya berukuran normal, membungkukan badannya membuat kuda-kuda juga bersiap menyerang.
“Kita lihat siapa yang lebih cepat?” tatapan mata tajam Troy menembus perisai pedang kecil yang dibuatnya.
“Menarik!” Djohan melesat, tempat pijakannya hancur menerbangkan rumput-rumput yang masih menempel dengan tanah.
Gerakan Djohan sangat cepat, membuat semua benda yang dilewatinya bergerak sangat lambat seperti waktu yang dihentikan secara mendadak. Bahkan pedang-pedang kecil yang datang menyerang hanya melayang di udara terlihat kebingungan. Djohan mendekati perisai yang dibuat oleh Troy, perisai itu kemudian terbuka secara perlahan.
“Jadi begitu!” Djohan melihat Troy yang sudah mengayunkan pedangnya. Perisai yang dibuat ternyata bukan untuk melindungi, tetapi sengaja agar lawan tidak bisa membaca arah serangan.
Ayunan pedangnya semakin membuat perisai menjadi lebih terbuka, Djohan melompat dan menggunakan tepian pedang sebagai tumpuannya. Lalu mengayunkan kakinya sekuat tenaga untuk menendang kepala Troy sebagai balasan pukulan yang dilayangkan tadi.
“Eh?” dalam kejapan mata, kaki Djohan sudah ada di depan matanya. Tidak ada waktu untuk menghindar kecuali menerima serangan itu dengan iklhas.
Hantaman keras dari kaki Djohan membuat Troy yang terpental sekarang, tanpa bisa memproses apa yang terjadi sebenarnya. Djohan membuka kedua tangannya selagi pedang-pedang kecil yang melayang mulai berguguran jatuh ke tanah. Kekuatan yang tidak disengaja muncul dalam keadaan genting.
“Aku tak menyangka bisa bergerak secepat itu!” ucap Djohan.