Ternyata anak muda Prancis Wibunya bukan kaleng - kaleng. Dapet sekian ratus Euro malah buat beli Manga.
Ini kutipan tulisan dari
https://www.remotivi.or.id/headline/...ep-dan-isu/843
Quote:
Belajar dari Prancis
Prancis bisa dikatakan sebagai negara yang mempopulerkan program ini. Negara memberi €300-350 selama dua tahun kepada setiap anak muda untuk bisa mengakses lebih dari 8.000 institusi seni, dari tiket hingga kelas melukis.
Para anak muda di Prancis bisa memanfaatkannya untuk membeli tiket, buku, dan kelas melalui aplikasi Pass Culture. Fasilitas ini juga bisa memungkinkan untuk dipakai berlangganan layanan streaming musik dan film yang terbatas bagi perusahaan Prancis. Ia juga dapat dimanfaatkan untuk mengakses game, meski khusus untuk game yang dibuat oleh orang Perancis.
Program ini dirilis oleh Kementerian Pendidikan Nasional, Pemuda, dan Olahraga, yang bekerjasama dengan Kementerian Budaya. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang turut memprakarsai program ini menyebutnya sebagai kemenangan luar biasa bagi anak muda akan budaya. Meski ada pula pandangan miring yang menilai dana itu merupakan pemborosan uang pajak dengan cara yang naif.
Menariknya, ternyata sebagian besar anak muda Prancis tak tertarik memanfaatkan Pass Culture untuk membeli karya terbaik Proust atau melihat Molière. Alih-alih berminat dengan produk seni seperti musik dan teater, animo anak muda Prancis lebih tinggi untuk membeli manga. Seperti kisah Juliette Sega yang membeli komik-komik Jepang dan novel distopia The Maze Runner. Buku-buku itu ia beli seharga €40 (atau sekitar $47).
Ini sejalan dengan data dari aplikasi Pass Culture. Semenjak program itu diluncurkan, 75 persen dari dana program tersebut digunakan untuk membeli buku. Pengelola toko buku independen di Paris, Naza Chiffert, juga menyatakan jika Pass Culture memberi dampak positif bagi bisnisnya, meski ia harus bersaing dengan Amazon dan toko buku besar lain.
Namun, dampak positif Pass Culture tak hanya dirasakan dunia perbukuan Prancis. Sebab aplikasi tersebut juga mengizinkan penggunanya membelanjakan hingga €100 untuk berlangganan media online. Sebuah terobosan menarik jika dikaitkan dengan pembangunan literasi digital bagi masyarakat.
Seorang profesor di Universitas Paris 1 Panthéon-Sorbonne, Jean-Michel Tobelem, pun mengapresiasi Pass Culture. Dia menyebut program ini patut dipuji karena memberi manfaat bagi media arus utama agar produknya bisa diakses dan dinikmati oleh banyak orang. Praktik tersebut seharusnya menjadi angin segar bagi dunia media kiwari. Insentif yang tepat terbukti efektif untuk meningkatkan minat masyarakat untuk berlangganan media dengan kualitas yang lebih baik.