Chapter 185
Quote:
Djohan telah membawa pergi Troy jauh dari tempat itu, entah kemana karena kejadiannya begitu cepat. Kemudian datang Sterling dari belakang yang melihat beberapa orang terkapar di atap gedung, orang-orang yang sudah dikenalinya ini tidak sadarkan diri, kecuali Leah.
“Cih, anak itu!” ucapnya kesal. “kau bisa berdiri nona?” tanyanya kepada Leah yang tersungkur.
“Ini bukan saat yang tepat,” ucap Leah dengan suara yang pelan.
“Hm, tunggu. Apa aku melewatkan sesuatu? di mana Gareth?” tanya Sterling setelah melihat anggota tim 13 tidak lengkap.
Leah menunjuk ke suatu arah, tepatnya ke arah reruntuhan gedung yang rubuh. Tersirat mengatakan bahwa Gareth berada di dalam sana. Sterling mengerti keadannya sekarang, ia membawa tubuh semua anggota tim 13 dengan mudah, padahal ada Nakata yang memiliki bobot tubuh yang berat dan besar.
Saat perjalanannya tadi, sudah terlihat tim medis yang berlalu-lalang, ada juga pasukan bersenjata Unit-1 yang terus bersiaga. Saat Sterling membawa tiga anggota BASS, beberapa pasukan yang melihat sudah mengacungkan senjata, tidak tahu bahwa Sterling dulunya merupakan rekanan resmi dari BASS tim 13.
“Tenang, aku bukanlah orang jahat. Tanya saja pada mereka,” ucap Sterling dengan gayanya yang khas.
“Jangan lakukan hal-hal konyol, atau kutembak kepalamu!” ucap salah satu anggota Unit-1.
“Jangan, orang ini bersama kami,” ucap Leah.
Setelah diberitahu oleh Leah, pasukan Unit-1 memberikan jalan kepada Sterling untuk membawa anggota tim 13 menuju mobil ambulans yang sudah disiapkan pada saat pertempuran tadi. Ketiga sudah dimasukan ke dalam mobil ambulans, sebelum Sterling pergi, Leah sempat memegang tangannya.
“Ku mohon, selamatkan Gareth,” ucap Leah dengan suara lirih.
“Hm, kau bisa bersikap manis juga ternyata. Baiklah, serahkan padaku,” Sterling melihat ke arah reruntuhan, banyak petugas Unit-1 yang mencoba membongkarnya.
Djohan masih menarik kerah baju Troy, membawanya ke suatu tempat yang tidak diisi oleh penduduk seperti lahan kosong atau lapangan yang terbengkalai. Dalam lirikannya, ada sebuah stadion sepak bola yang berdiri megah. Tidak membuang waktu, Djohan melempar tubuh Troy sekuat tenaga menuju stadion sepak bola itu
Troy terlempar jauh hingga menembus dinding stadion yang kokoh, lalu tubuhnya terperangkap di bangku penonton. Dari sini ia dapat melihat sebuah lubang bekas hantamannya barusan. Ada sosok yang berdiri melayang tepat ditengahnya.
“Sayap berwarna perak, cukup indah rupanya,” ucap Troy yang mencoba bangkit lalu menepuk pundaknya untuk membersihkan kotoran yang menempel di kemeja bagusnya.
“Kita bisa bertarung sepuasnya di sini, itu kan yang kau inginkan?” tanya Djohan dengan nada tinggi.
“Rencanaku memang begitu awalnya, untuk menantang kalian bertarung, tapi setelah aku menyapu bersih orang-orang pembasmi monster itu. Tapi kalau sudah begini, tidak ada jalan lagi!” aura Troy keluar, energinya sangat besar hingga membuat besi-besi penyangga di stadion ini bergetar hebat.
Troy membuat sebuah pedang dengan ukuran yang sangat besar dan tinggi, hingga melewati tinggi dinding stadion itu sendiri. Pedang ukuran gila itu menduplikasi dirinya sendiri hingga empat buah. Troy mengarahkan pedang besar itu dan menancapnya tepat di samping dinding luar stadion ke segala sisinya.
“Aku tidak ingin pertarungan ini diganggu oleh pihak luar, kau tidak keberatan kan?” tanya Troy.
“Lakukan sesukamu!” Djohan bersikap kesatria dengan menunggu Troy selesai melakukan pekerjaannya.
Pedang-pedang besar itu membentuk sebuah tirai dari cahaya yang saling berhubung satu sama lain, membuat pembatas agar orang lain tidak bisa masuk. Di bagian atas terbentuk sebuah kubah dari cahaya, yang berfungsi sama seperti tirai yang mengelilingi bangunan stadion ini.
“Its showtime!” Troy melempar pedang cahaya berukuran kecil ke arah Djohan, dengan mudah pedang itu bisa ditangkis.
“Kemana?” mendadak sosok Troy hilang dari pandangan setelah melempar pedang kecil bercahaya itu.
Tiba-tiba dari pedang kecil yang terpental dan masih melayang di udara, Troy keluar membawa sebuah pedang ukuran normal. Bersiap untuk menusuk Djohan dari sudut yang sulit dilihat.
“RASAKAN INI!” Troy menghunuskan pedangnya, tapi Djohan lenyap dari pandangan seperti angin.
“ARGH!” Djohan muncul dengan menendang keras kepala Troy, serangan kejutan yang dilancarkan tadi sudah diketahuinya. Seluruh tubuh Troy dipaksa keluar dari ruang sempit dari pedang cahaya akibat terkena tendangan dari Djohan. Lagi-lagi bangku penonton menjadi sandarannya diikuti dengan suara dentuman keras.
“Sial! Cepat sekali! Aku tidak akan menang jika memakai mode manusia!” perlahan sel Beaters mulai menutupi tubuh Troy dimulai dari bagian bawah kaki.
Sementara itu Sterling sudah membongkar reruntuhan bangunan yang roboh untuk mencari Gareth yang tertimbun bahan bangunan. Ruangan gelap tidak menjadi masalah bagi Sterling, karena ia sedang mengandalkan inderanya yang lain. Karena sudah sering bertemu dengan Gareth, maka bau khas dari orang tersebut sudah terekam dalam memorinya.
“Hm…,” Sterling melihat sebuah cahaya yang masuk dari ceruk berdiamater satu setengah meter dari reruntuhan.