Chapter 184
Quote:
Leah terkejut, menurut laporan dari kapten Gavin yang menyebutkan bahwa kelemahan utama dari Troy adalah kegelapan total sehingga cahaya tidak bisa terbentuk. Tetapi kini sosoknya muncul dengan senyuman lebar yang mengerikan, tubrukan pun tidak bisa dihindarkan lagi.
Leah menyalakan roket pelontar di kedua tangan dan kakinya, pada jarak yang tidak ideal. Dirinya tidak seperti Gareth yang sudah menguasai kecepatan dalam level yang tinggi, seperti kapten Lucio di tim 2. Tetapi tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang beresiko tinggi di saat yang kritis seperti keadaannya sekarang.
“ARGH!” efek kejutnya sangat terasa, Leah tidak bisa mengendalikannya, posisi mata pisaunya sudah tepat.
Troy masih menunjukan wajah mengerikannya dengan senyuman yang begitu lebar, sama sekali tidak ada ekspresi yang menunjukan dirinya berada dalam posisi yang berbahaya. Lalu belati keemasan milik Troy bercahaya, tiba-tiba posisinya sudah menembus tubuh Leah.
“Eh?” Leah seketika terhenti di tengah-tengah, belati yang memanjang menghentikan terjangannya. Dilihatnya belati emas itu sudah menusuk perutnya hingga menembus kebelakang. Dengan reflek, Leah mencoba untuk mematahkan belati itu, namun tenaganya sudah terkuras habis.
Troy menahan tubuh Leah di udara, “Ingat saat aku menepuk perutmu itu dengan telapak tanganku?” ucap Troy. “saat itu aku sudah meninggalkan tanda, berupa partikel-partikel kecil dari cahaya yang kubuat menempel. Aku sudah menerima serangan seperti ini sebelumnya, jadi…,” Troy menundukan wajahnya, satu tangannya dengan pegangan belati yang kecil masih sanggup menahan beban tubuh Leah. “JADI AKU TIDAK AKAN TERKENA TAKTIK YANG SAMA TUH KEDUA KALINYA!” mulutnya melebar ketika mengucapkannya, setelah itu melempar belatinya ke tanah, masih menancap tegas.
Leah memuntahkan darah segar dari mulutnya, sel buatan yang bersiap untuk menutup lukanya kesulitan menembus belati emas milik Troy yang begitu keras. Badannya kembali kaku, matanya melirik ke arah kapten Vela dan Nakata yang kondisinya makin mengkhawatirkan.
“Oke, saatnya pergi ke tempat selanjutnya,” ucap Troy sambil menghirup nafas yang begitu panjang. Kepalanya menadah ke atas, “selama masih ada matahari diatasku, maka kekuatanku tidak akan ada batasnya!” tutupnya dengan ucapan yang penuh dengan percaya diri.
Satu dua langkah Troy mulai meninggalkan anggota BASS tim 13 dalam keadaan yang menyedihkan dan dibiarkan begitu saja sampai mati sendiri jika tidak ada orang yang bersedia menolong. Leah masih tidak terima, tangannya mencoba meraih kaki Troy untuk menghalanginya pergi ke tempat teman-temannya yang lain.
“Hentikan,” ucap Leah lirih.
“Hah? kau bilang apa?” ucap Troy memandang rendah. Lalu membuat pedang panjang berwarna emas dari telapak tangannya. “sebenarnya aku jarang-jarang menyakiti seorang wanita hingga mati, tapi nampaknya pengecualian itu berakhir di sini,” Troy melangkah pelan, mengangkat pedangnya itu tinggi-tinggi. “sampai ju---,” serangan mendadak datang kearahnya, Troy dengan sigap menahan serangan itu dengan pedangnya.
Datang seorang dari Silver Clan yang akhirnya tiba ke wilayah 13 setelah melakukan perjalanan yang panjang. Djohan tiba dengan raut wajah penuh kebencian kepada Troy, cakar tajamnya mampu ditahan oleh pedang emas yang berkilauan terkena sinar matahari.
Troy menghindari serangan lanjutan yang datang, lalu menjauh dengan melayang ke angkasa. Djohan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, setelah berbagai kengerian di wilayah-wilayah sebelumnya. Kali ini sangat berbeda, membuat perasaannya hancur.
“Oi! Seharusnya kau sabar menunggu ku datang, masih ada beberapa orang lagi yang harus kubereskan!” sahut Troy, namun tidak ada tanggapan dari Djohan. “oh jika kau ingin menunggu di sini silahkan, berikan aku waktu setengah hari tuk membereskan semuanya.”
Urat-urat mulai bermunculan dari cakarnya, lalu kejadian selanjutnya cukup aneh sekalipun bagi Troy yang notabene monster Beaters juga. Djohan melempar kedua cakarnya, dalam bentuk natural ke arah Troy.
“Apa?” Troy menangkis kedua cakar itu dengan pedang berwarna emas. “hm,” matanya mengkerucut melihat kedua tangan Djohan yang utuh. “selnya kah? tapi sepengelihatanku tadi ia benar-benar melempar kedua cakarnya,” pikir Troy.
Djohan berjalan ke arah Leah, melepaskan belati emas milik Troy yang menancap diperutnya. Dengan sekali tarikan belati emas itu terlepas, akhirnya sel buatan bisa menutup luka luar milik Leah, sambil menunggu pertolongan untuk mengobati keseluruhan luka secara menyeluruh.
“Di mana Gareth? aku tidak melihatnya?” tanya Djohan kepada Leah.
“Gareth….,” Leah tidak mampu meneruskannya, bahkan untuk berucap sambil menatap wajah Djohan saja tidak sanggup.
“Baik, aku mengerti,” Djohan menatap Troy dengan tatapan yang begitu mengerikan. “senior Sterling sebentar lagi akan menyusul, ia akan membawa kalian semua ke tempat yang lebih aman,” Djohan meletakan tubuh Leah kembali secara perlahan.
Sel-sel Beaters milik Djohan kemudian aktif, melapisi seluruh bagian tubuhnya mulai dari kaki hingga kepala. Mengubahnya menjadi bentuk kesatria dengan motif kumbang yang estetik. Warna perak mendominasi semuanya, tanduk bercabang membelah cahaya menyilaukan mata.
“Hm,” sosok Djohan tiba-tiba menghilang dari pandangan Troy, gerakannya begitu cepat hingga mata manusia yang dipakainya tidak bisa melihatnya dengan jelas. “cih!” tiba-tiba muncul pedang besar yang melesat mengarah padanya. “ini kan…,” Troy dapat menahannya, dengan merelakan pedangnya hancur karena beradu dengan pedang yang lebih besar.
“Kau ingin bertarung secara adil? akan ku wujudkan impianmu itu,” seketika Djohan berada di depan Troy, lalu menarik kerah pakaiannya membawanya pergi jauh dari tempatnya sekarang berada.
Ketika Djohan melakukan perubahan bentuk, sensor yang digunakan untuk menangkap keberadaan Beaters menyala. Memberitahu sinyal tersebut kepada semua anggota tim 13.