Chapter 182
Quote:
Cakar muncul dari bola-bola cahaya yang mengelilingi Gareth dan juga Leah. Karena banyaknya bola cahaya yang terbentuk, menyulitkan Gareth dan Leah untuk menebak dari bola mana cakar itu datang. Sejauh ini Gareth masih bisa menahannya, begitu juga dengan Leah dengan refleks bagusnya dalam hitungan detik mampu menembakan petir dari pistolnya.
“Masih berapa lama lagi?” tanya Gareth kepada kapten Vela.
“Dayanya masih terus mengisi, bertahanlah sebentar lagi,” jawab kapten Vela.
Gareth dan Leah saling membantu satu sama lain, kombinasi dan kerjasama keduanya semakin solid. Dalam lingkup yang sempit ini, baik Leah dan Gareth masih dapat bertahan tanpa terkena serangan yang begitu berarti. Sementara itu lubang meriam milik kapten Vela semakin menyala dengan banyaknya energi yang sudah terisi.
Selain menghindari serangan cakar yang muncul secara acak, diam-diam Gareth membuat pola untuk melarikan diri ketika nantinya serangan laser datang. Dengan cara membuat sebuah garis dari ujung sepatunya menggunakan sel buatan. Garis-garis itu membuat sebuah pola lingkaran.
“Lingkarannya sudah selesai, tinggal tunggu aba-aba dari kapten saja,” ucap Gareth kepada Leah.
“Kau yakin sudah melubanginya hingga bawah?” ledek Leah.
“Berdoa saja laser dari kapten tinggal menghanguskan kita nanti,” Gareth tersenyum.
Akhirnya aba-aba yang ditunggu pun tiba, seluruh energi yang dibutuhkan sudah terkumpul semua. Sebelum menembakan laser besar itu, kapten Vela memastikan sekali lagi bahwa seluruh warga yang ada di jalur tembaknya sudah dievakuasi oleh Unit-1 ke tempat yang lebih aman. Ketika semua syarat sudah dipenuhi, kapten Vela menembakan laser besar itu melalui meriam yang sudah dibuat sebelumya. Tubuh kapten Vela terpental, untung saja ada Nakata yang menahannya.
“Aku percaya pada kalian, Leah, Gareth!” ucap kapten Vela dengan penuh keyakinan.
Cahaya berkilauan sudah nampak dari kejauhan, tinggal perhitungan dari Gareth saja yang mampu menyelamatkan hidupnya dengan Leah. Laser yang ditembakan begitu besar, sinar matahari pagipun tampak tidak sanggup menandingi cahaya yang dikeluarkan dari senjata milik kapten Vela itu. Sementara itu cakar terus keluar tanpa henti berniat menganggu fokus dua anggota BASS.
“Masih belum,” ucap Gareth sambil terus menangkis serangan.
Leah menatapnya, jarak laser sudah semakin dekat, tetapi belum ada tindakan yang dilakukan oleh Gareth.
“Hei Gareth!” ucap Leah dengan mata yang semakin membesar.
“Ya aku tahu!” Gareth melempar belati panasnya, kemudian menyalakan roket pelontar yang terpasang di kedua lengannya dengan energi yang maksimal. “ARGH!” Gareth menggunakan kedua telapak tangannya untuk menghantam atap gedung tempatnya dan juga Leah berdiri.
Hantaman itu berhasil membuat atap gedungnya hancur sesuai dengan pola lingkarang tadi yang dibuat. Leah dan Gareth jatuh ke ruangan bawah tepat sebelum laser besar menyapu bersih bola-bola cahaya yang berjumlah banyak itu. Meskipun berhasil melubangi atap, efek serangan laser yang begitu besar merembet membuat gedung yang ditempati oleh Leah dan Gareth retak-retak ingin rubuh.
“KEKUATAN YANG GILA! APA KAPTEN TIDAK MENGUKURNYA TERLEBIH DAHULU!” ucap Gareth, atapnya mulai menjatuhkan serpihan-serpihan. “cih, tidak ada lagi jalan keluar!” Gareth menarik lengan Leah, menggendongnya pergi keluar dari gedung yang rubuh ini.
“Apa yang kau lakukan!” Leah tersipu malu karena harus digendong oleh sosok Gareth.
“Diam! Aku sedang mencoba untuk menyelamatkan kita berdua!” Gareth melesat menghantam dinding menggunakan tubuh belakangnya karena menggendong Leah menggunakan kedua lengannya. Lalu melesat menuju sebuah lorong panjang yang memiliki sebuah kaca diujungnya. Gareth menyalakan pendorong roket di kedua kakinya, namun tiba-tiba sebongkah reruntuhan jatuh tepat diatasnya.
Tidak ada pilihan bagi Gareth kecuali memilih menyelamatkan Leah. Roket pendorong di kedua tangannya dinyalakan, lalu melempar Leah sekuat tenaga hingga menabrak kaca jendela didepannya.
“GARETH!” teriak Leah sebelum melihat tubuh Gareth tertimpa reruntuhan gedung yang pada akhirnya membuat seluruh bangunan itu rubuh. Tubuh Leah terlempar hingga membuat kaca di gedung sebelah pecah.
Beberapa gedung hancur tidak tersisa, hanya reruntuhannya saja yang berserakan, beruntungnya warga sudah diungsikan, jika tidak maka sudah banyak nyawa yang melayang. Efek pertarungan yang ditimbulkan begitu masif, status Troy masih belum dapat dipastikan, tetapi dari visor yang dikenakan oleh kapten Vela, tidak ada tanda kehidupan dari monster itu yang terekam dalam sensor. Begitu pun dengan kedua anggotanya yang tidak menjawab ketika disebutkan namanya.
“Gareth! Leah! Masuklah!” sahut kapten Vela, lalu mencoba memonitor lewat alat pendeteksi yang disematkan pada baju tempur milik dua anggotanya. Hanya Leah yang masih memberikan sinyal kehidupan, sedangkan tidak ada jawaban dari alat pendeteksi dari baju tempur milik Gareth.
Di satu sisi sensor tidak mendapati tanda dari Troy, tapi di sisi lainnya ada dua anggota dari tim 13 yang statusnya masih simpang siur, meskipun alat di baju tempur Leah menjawab, tidak ada jaminan tentang keadaan yang sebenarnya. Ketika kapten Vela berniat mengajak Nakata pergi ke tempat Leah, tiba-tiba tubuhnya terpental jauh.
“Nakata, apa yang kau laku---,” mata kapten Vela membelalak, melihat Nakata tertusuk pedang besar yang menembus ke belakang tubuhnya.
“Cih, badannya besar tapi refleksnya bagus juga, tak apa satu tumbang,” Troy yang memakai setelan kemeja dengan celana bahan dan sepatu mengkilap itu mendorong tubuh Nakata dengan santai. Pedang besar yang menancap pun berubah menjadi cahaya lalu hilang.