Chapter 180
Quote:
Asap hitam masih membumbung dari tempat roket milik kapten Vela mengenai target. Bekasnya masih sangat terasa, serpihan-serpihan kaca yang pecah turun bagaikan hujan. Di hari yang cerah ini mendadak menjadi kelabu karena pertempuran di tengah kota. Untungnya tadi baik Nakata maupun Gareth dapat bergerak menuju area yang aman dari terkena efek ledakan. Tapi serangan tadi memang sempat membuat Gareth marah.
“Kapten! Apa kau sudah gila?!” sahut Gareth melalui alat komunikasi, “bagaimana jika aku terkena ledakannya tadi? kau senang melihat anggota andalanmu ini menderita?” lanjutnya.
“Kau masih hidup kan?” ucap kapten Vela pelan, “jangan banyak mengeluh, status lawan kita belum diketahui,” pungkasnya.
Terlihat dari visor kacamata anggota tim 13 dan juga kapten Vela, sensor yang mengidentifikasi keberadaan Troy menyatakan bahwa monster itu tidak menunjukan adanya sinyal kehidupan. Tetapi melihat kemampuan Troy yang dapat menghilang dari tangkapan sensor membuat tim 13 masih dalam siaga penuh, sambil menunggu asapnya hilang sepenuhnya.
“Ku tahu kau masih ada di sana, cepat keluar monster sialan!” ucap Leah sambil terus mengarahkan ujung pistolnya pada kepulan asap.
Kapten Vela masih terus mengamati, tanpa disadar ada seseorang yang menyusup diam-diam merangkak dari belakang, membawa sebuah belati berwarna keemasan. Orang tersebut mengacungkan belatinya, mengarah leher kapten Vela yang terbuka, mudah diincar. Saat belati ingin meraih leher kapten Vela, sebuah petir yang menghantam mengacaukan semuanya.
“Eh?” kapten Vela segera menoleh kebelakang. “kau….,” tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Troy tersenyum dalam keadaan yang kacau balau, sel Beaters yang menutupi kepalanya tinggal sebelah. Sementara itu seluruh badannya dipenuhi oleh luka. Jika Leah tadi tidak sigap melihat Troy yang mengendap-endap datang, kemungkinan besar kapten Vela dapat dilumpuhkannya.
“Si sialan itu!” ucap Leah marah, kemudian ia melihat Gareth dengan kecepatan penuh datang menghampiri kapten Vela, diikuti oleh Nakata dibelakangnya.
“Bagaimana bisa?” tanya kapten Vela.
“Sederhana saja, roket sialanmu itu meledak menghasilkan cahaya yang kuat, di saat itu aku menyelinap. Tapi ku akui senjata kalian sangat menyusahkan!” ucap Troy.
Gareth yang melesat di udara tanpa aba-aba menyerang Troy. Serangannya itu dapat ditahan oleh Troy dengan mengorbankan tangannya hingga terjatuh ke tanah, sementara serangan lanjutan dari Gareth dapat dihindarinya dengan melompat ke atas gedung lainnya.
“Monster itu sudah melemah, kita harus menghabisinya selagi sempat!” Gareth yang ingin terus menyerang ditahan oleh kapten Vela dengan baju tempur modifikasinya lengkap dipenuhi oleh berbagai senjata berat.
“Jangan gegabah!” sahut kapten Vela, “kita tidak tahu apa yang akan dilakukannya, tetap tenang hadapi dengan penuh perhitungan,” Gareth pun mengerti kemudian diam menunggu arahan selanjutnya.
Tangan Troy yang terputus tadi mendadak muncul, dengan cepat sudah kembali dalam bentuk semula. Begitu juga dengan baju tempur miliknya yang tadi hancur terkena serangan roket kapten Vela, perlahan sel Beaters mampu membuatnya yang baru. Kini monster bertanduk itu sudah siap untuk bertarung, satu lawan bukanlah hal sulit tuk dilakukan. Troy sudah terbiasa dengan melawan tim-tim sebelumnya.
Serangan datang, Nakata melepaskan cangkang baju tempurnya untuk menjebak lagi Troy di posisi sebelumnya. Troy menghindar, belum ada beberapa inci bergerak, sebuah petir ganas langsung menghantam. Pedang cahaya Troy bergerak lebih cepat sehingga dapat menangkis serangannya itu.
“Checkmate!” Gareth tiba-tiba muncul, Troy yang sudah mati langkah tidak dapat menghindar.
Belati panas mencoba menembus pertahan baju zirah milik Troy, meskipun sedikit tetapi belati panas milik Gareth mampu menancap dengan gagah. Gareth mundur secara teratur, mempersilahkan roket-roket kecil milik kapten Vela melanjutkan tugasnya. Lagi-lagi Troy mengeluarkan pedang-pedang cahaya kecilnya untuk melawan roket-roket kecil itu.
“Tidak semudah itu!” belati panas yang menancap tadi gagangnya berubah menjadi sebuah tali yang mengikat kedua tangan Troy merapat kepinggangnya.
Roket-roket siap menghantam, Troy tidak punya pilihan lain selain menghindari serangan tersebut dengan mengandalkan kecepatannya. Namun usahanya lagi-lagi mendapat gangguan setelah Leah menembakan petirnya yang tepat mengenai bagian kakinya.
Ledakan demi ledakan kecil terdengar saat roket itu mengenai tubuh Troy. Tidak terasa begitu menyakitkan baginya, karena lapisan baju zirahnya yang begitu keras. Tapi tetap saja diperlakukan seperti ini membuatnya jengkel. Apalagi setelahnya serangan datang bertubi-tubi dari arah yang tidak bisa ditentukan.
Dari semua serangan yang diterimanya, paling menganggu adalah serangan dari Nakata. Siapa sangka dengan badannya yang besar itu kemampuan yang dimiliki baju tempurnya malah bertujuan untuk mengikat target agar mobilitasnya terhenti. Belum lagi serangan kapten Vela yang memiliki daya ledak yang tinggi.
Gareth meluncur cepat dengan membawa dua belati panasnya, sedangkan ikatan Troy belum juga lepas.
“Baiklah….,” tiba-tiba seluruh lapisan baju zirah yang melindungi tubuh Troy retak.