- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
DESA DIBALIK KABUT [HORROR STORY] [Kompetisi KGPT]
TS
jurigciwidey
DESA DIBALIK KABUT [HORROR STORY] [Kompetisi KGPT]
SAMPURASUN
Setelah sebelumnya ane menamatkan cerita Rarasukma, yang Insyallah Ide ceritanya akan di filmkan karena sudah dibeli oleh salah satu PH pada bulan Juli kemarin, yang ceritanya bisa kalian baca disini.
Sebelum ane bercerita kelanjutan tentang thread di atas, (Karena banyak yang request untuk melanjutkan ceritanya).
Ane mau bercerita lagi, sebenarnya cerita ini sudah lama ane buat, mungkin ada juga beberapa yang sudah baca cerita ini di tempat lain.
Namun, ane akan sebarkan ceritanya disini.
Semoga kalian bisa terhibur dengan cerita yang ane buat, sambil menunggu kelanjutan cerita Rarasukma yang ane buat.
NOTE : JANGAN ADA YANG MENGUPLOAD TANPA SEIZIN ANE, KARENA BEBERAPA KALI ADA YANG MENGUPLOADNYA KE YOUTUBE TANPA IZIN SEHINGGA TERPAKSA ANE TIDAK MELANJUTKAN CERITA YANG ANE BUAT
NOTE : JANGAN ADA YANG MENGUPLOAD TANPA SEIZIN ANE, KARENA BEBERAPA KALI ADA YANG MENGUPLOADNYA KE YOUTUBE TANPA IZIN SEHINGGA TERPAKSA ANE TIDAK MELANJUTKAN CERITA YANG ANE BUAT
Quote:
JANGAN LUPA, SUPPORT CERITA PENDEK ANE YANG IKUT KOMPETISI KUNCEN DISINI :
RUMAH
RITUAL TARIK JANIN - KUNCEN
RUMAH
RITUAL TARIK JANIN - KUNCEN
Maka dari itu, selamat menikmati ceritanya.
Spoiler for BAB 1 : PENJARA:
“ABDI BANGUN!!!!”
Trang trang trang
Seorang petugas dengan kasarnya memukul-mukul pintu sel yang aku tempati, ruangan sel dengan ukuran 3x3 meter dengan satu kasur kecil tempat aku tidur, dan toilet kecil yang dipisah oleh tembok yang setinggi satu meter.
“HEY, JANGAN MELAMUN SAJA, AYO BANGUN!!”
Petugas itu berteriak kembali, aku seketika bangun dari tidurku yang tidak nyenyak ini. Dengan perasaan yang masih mengantuk aku melihat petugas itu membuka sel tahanan kemudian masuk ke dalam sel.
BLAM!
Aaaaakh
Petugas itu tiba-tiba memukul kakiku dengan keras dengan tongkat yang dia bawa. Aku seketika kesakitan sembari kedua tanganku memegang kaki yang terkena pukulan dari petugas itu.
Beberapa petugas kemudian datang dan masuk ke sel tahanan, mereka menarik paksa diriku yang masih terkantuk-kantuk untuk dibawanya keluar sel.
BLAM!
AKH..
Sebuah pukulan kembali dilayangkan ke tubuhku, aku kembali kesakitan akibat pukulan itu. Kemudian aku tersungkur di lantai dengan kondisi yang tidak berdaya, dan dua petugas yang datang menarik kakiku sehingga tubuhku tersungkur ke lantai. Aku yang tidak berdaya hanya bisa menahan sakit dan tidak bisa berbuat apa-apa atas perlakuan petugas itu.
Kepala dan badanku berada di lantai sedangkan kakiku ditarik dengan paksa oleh kedua petugas tersebut.
Aku melewati beberapa sel tahanan lain dalam kondisi tersebut, namun semuanya sama, yang kulihat banyak petugas yang memukuli para tahanan lain dengan beringas, banyak suara teriakan yang menggema di penjara tersebut, suara-suara dari raungan rasa sakit yang mereka terima dari penyiksaan para petugas sipir penjara. Seperti hal yang biasa kami disiksa dan dipukuli dengan kejinya. Kami yang di penjara tidak bisa melawan para petugas, jika kami mencoba sedikit saja melawan mereka, yang ada kami akan dipindahkan ke ruangan khusus yang gelap dan di sana kami tidak diberi makan bahkan minum sedikitpun selama beberapa hari.
Sreeet Sreett
Dua petugas yang menyeretku kemudian berbelok dan memasuki sebuah ruangan, ruangan yang gelap dengan satu cahaya lampu di tengah ruangan, di sana terdapat suatu kursi dengan pengikat yang letaknya tepat di bawah lampu tersebut.
Badanku kemudian diangkat, dan didudukkan di kursi tersebut. Tangan dan kakiku diikat dengan kencang, namun aku sengaja mengangkat tanganku agar tidak menempel dengan kursi agar melonggarkan ikatan dari para penjaga itu.
Kemudian semua petugas yang membawaku perlahan-lahan keluar, mereka keluar secara bergantian dari ruangan itu dan meninggalkan aku sendirian.
“Di mana ini?” Pikirku.
Dengan rasa sakit yang aku terima masih sangat terasa. Aku mencoba melihat ke sekeliling ruangan itu, ruangan yang gelap dan hanya ditemani oleh salah satu lampu yang menggantung di atas kepalaku, aku juga melihat lantai yang disinari oleh cahaya itu, disana terdapat banyak bercak-bercak darah yang sudah mengering terkena sinar lampu yang menyala.
Aku mencoba menggoyang-goyangkan badanku, tangan yang tadi sengaja tidak aku tempelkan ke kursi ini aku coba gerakan, supaya bisa terlepas dari tali yang mengikatku.
Namun tiba-tiba,
Arrrrrghhhhhhhhhh
BLAM..!
Suara teriakan terdengar dari luar, kali ini suara teriakan itu terdengar keras bersamaan dengan suara yang menabrak sesuatu.
Tap tap tap
Beberapa suara kini kembali terdengar, suara orang-orang yang sedang berlari kesana kemari dengan keadaan panik. Suara itu terdengar keras dengan suara-suara teriakan hingga terdengar ke ruangan tempat aku berada.
“TOLONGGG, TOLLONGGG!!!”
BRUAAAAAK
Tampak sesuatu yang menabrak pintu, tabrakan sesuatu itu begitu keras sehingga membuat pintu dari ruangan tempat aku berada terbuka. Terlihat sesosok petugas yang tadi menyeretku tergeletak tidak bernyawa, seperti ada sesuatu yang melemparkan tubuhnya hingga menabrak pintu, dan akhirnya pintu tersebut terbuka. Aku mendadak panik seketika, dengan suara-suara teriakan yang datang membuat aku ingin segera melepas ikatan dari kursi ini, karena aku juga melihat tubuh petugas yang tergeletak di depanku itu penuh dengan darah, juga beberapa sayatan di badannya seperti ada hewan buas yang mencoba memangsanya.
“Ayolah, aku harus bisa melepaskan ikatan ini!” Pikirku dengan keadaan panik sembari sekuat tenaga melepas ikatan itu.
“Sedikit lagi, sedikit lagi, .... aaaarghhh... argggghhh!”
Aku mencoba melepaskan tanganku yang terikat, meskipun sedikit sakit, aku mencoba memaksanya hingga,
“Akhirnya lepas juga, sekarang tinggal kaki yang masih terikat,”
Aku bernafas lega ikatan di tanganku sudah lepas, suara-suara teriakan di tempat itu masih saja terdengar, aku semakin panik dengan keadaan di sel tersebut, aku harus segera melepaskan ikatanku dan keluar dari tempat ini.
Dengan sekuat tenaga akhirnya aku bisa melepaskan ikatan dari kursi tersebut, aku seketika berlari, berlari melewati pintu yang sudah rusak tersebut, tak lupa aku juga mengambil tongkat dari mayat petugas itu, untuk sekedar berjaga-jaga, karena aku yakin ada yang tidak beres dengan tempat ini sekarang.
Namun aku begitu terkejut ketika aku keluar ruangan tersebut, sel tahanan yang seharusnya berada di lorong tempat aku berdiri sekarang berubah, sel tahanan yang kulihat tadi, sekarang berubah menjadi lorong panjang dengan obor di kedua sisinya, obor tersebut menyala di lorong sebelah kanan dengan terangnya berjejer hingga ke ujung. Sel-sel tahanan di kedua sisinya berubah menjadi dinding batu di kedua sisinya, seperti sebuah gua yang memanjang dengan banyak noda darah di sekitarnya.
Ketika aku melihat ke arah kiri, terdapat lorong yang gelap gulita, lorong yang tanpa penerangan sama sekali, yang ada hanya lorong kosong yang gelap dan tidak terlihat apapun di sana.
Aku seketika terdiam, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Semuanya berubah secara mendadak, rasa takut yang kurasakan membuatku malas untuk melangkah, namun tiba-tiba sebuah suara muncul. Suara yang datangnya dari arah kanan, yang di mana arah kanan adalah lorong yang diterangi oleh obor.
"AAHAHAHAHAHAHAHAAHA."
DUG DUG DUG
"AHAHAHAHA."
Suara itu kemudian tertawa keras, dengan langkah kaki yang dihentakan membuat suara tersebut terdengar nyaring ke tempat aku berdiri, seketika aku secara spontan mengambil obor yang ada didekatku dan kemudian aku berlari ke arah kiri, ke arah lorong gelap yang tidak ada cahaya sama sekali.
Tap tap tap
Aku berlari sekuat tenaga dengan obor yang aku bawa sebagai penerang, namun seakan-akan lorong tersebut adalah lorong tanpa ujung, aku terus-menerus berlari tanpa tahu kapan aku harus berhenti, suara-suara itu masih terdengar dan kali ini seperti mengejarku dari belakang, sesaat aku melihat kebelakang sembari berlari, namun tidak ada siapa siapa, dan ketika aku berbalik secara tiba-tiba,
Duag
Aku menabrak sesuatu, sesuatu yang besar yang menghalangi jalanku sehingga membuatku terjatuh, dengan obor yang masih di tangan aku mencoba menerangi sesuatu yang menghalangi ku itu. Aku sontak kaget karena apa yang aku lihat ternyata bukanlah manusia,
Ternyata di depanku adalah sosok tinggi besar yang menyeringai kepadaku, sosok yang terlihat besar dengan gigi tajam yang mencuat keluar, dia tertawa kecil dan kemudian membuka mulutnya secara lebar.
“HAHAHAHAHAHAHA.”
Suara itu terdengar sangat keras, suara yang tadinya terdengar di belakang ku kini berada tepat di depanku, dengan wajah yang menyeramkan dia berkata.
“ABDI SEKARANG GILIRANMU, DUA ORANG LAINYA SUDAH AKU MAKAN, DAN KAMU ADALAH ORANG KETIGA UNTUK AKU MAKAN.”
Aku merasa ketakutan, badanku tidak henti-hentinya gemetar, tanpa aku sadari keringat dingin pun bercucuran, juga kakiku seperti membeku, tidak bisa untuk melangkah. Aku hanya bisa melihat mulut makhluk itu membuka rahangnya yang besar, dengan gigi yang mencuat keluar, terlihat gigi yang dipenuhi dengan darah segar mendekat, seakan-akan akan melahapku.
Aku hanya bisa menutup mata dan menutupi kepala dengan tanganku, aku sudah merasa putus asa, mungkin ini adalah akhir dari hidupku, pandanganku mulai gelap sepertinya mulut dari makhluk itu sudah sangat dekat.
Dan akhirnya....
Trang trang trang
Seorang petugas dengan kasarnya memukul-mukul pintu sel yang aku tempati, ruangan sel dengan ukuran 3x3 meter dengan satu kasur kecil tempat aku tidur, dan toilet kecil yang dipisah oleh tembok yang setinggi satu meter.
“HEY, JANGAN MELAMUN SAJA, AYO BANGUN!!”
Petugas itu berteriak kembali, aku seketika bangun dari tidurku yang tidak nyenyak ini. Dengan perasaan yang masih mengantuk aku melihat petugas itu membuka sel tahanan kemudian masuk ke dalam sel.
BLAM!
Aaaaakh
Petugas itu tiba-tiba memukul kakiku dengan keras dengan tongkat yang dia bawa. Aku seketika kesakitan sembari kedua tanganku memegang kaki yang terkena pukulan dari petugas itu.
Beberapa petugas kemudian datang dan masuk ke sel tahanan, mereka menarik paksa diriku yang masih terkantuk-kantuk untuk dibawanya keluar sel.
BLAM!
AKH..
Sebuah pukulan kembali dilayangkan ke tubuhku, aku kembali kesakitan akibat pukulan itu. Kemudian aku tersungkur di lantai dengan kondisi yang tidak berdaya, dan dua petugas yang datang menarik kakiku sehingga tubuhku tersungkur ke lantai. Aku yang tidak berdaya hanya bisa menahan sakit dan tidak bisa berbuat apa-apa atas perlakuan petugas itu.
Kepala dan badanku berada di lantai sedangkan kakiku ditarik dengan paksa oleh kedua petugas tersebut.
Aku melewati beberapa sel tahanan lain dalam kondisi tersebut, namun semuanya sama, yang kulihat banyak petugas yang memukuli para tahanan lain dengan beringas, banyak suara teriakan yang menggema di penjara tersebut, suara-suara dari raungan rasa sakit yang mereka terima dari penyiksaan para petugas sipir penjara. Seperti hal yang biasa kami disiksa dan dipukuli dengan kejinya. Kami yang di penjara tidak bisa melawan para petugas, jika kami mencoba sedikit saja melawan mereka, yang ada kami akan dipindahkan ke ruangan khusus yang gelap dan di sana kami tidak diberi makan bahkan minum sedikitpun selama beberapa hari.
Sreeet Sreett
Dua petugas yang menyeretku kemudian berbelok dan memasuki sebuah ruangan, ruangan yang gelap dengan satu cahaya lampu di tengah ruangan, di sana terdapat suatu kursi dengan pengikat yang letaknya tepat di bawah lampu tersebut.
Badanku kemudian diangkat, dan didudukkan di kursi tersebut. Tangan dan kakiku diikat dengan kencang, namun aku sengaja mengangkat tanganku agar tidak menempel dengan kursi agar melonggarkan ikatan dari para penjaga itu.
Kemudian semua petugas yang membawaku perlahan-lahan keluar, mereka keluar secara bergantian dari ruangan itu dan meninggalkan aku sendirian.
“Di mana ini?” Pikirku.
Dengan rasa sakit yang aku terima masih sangat terasa. Aku mencoba melihat ke sekeliling ruangan itu, ruangan yang gelap dan hanya ditemani oleh salah satu lampu yang menggantung di atas kepalaku, aku juga melihat lantai yang disinari oleh cahaya itu, disana terdapat banyak bercak-bercak darah yang sudah mengering terkena sinar lampu yang menyala.
Aku mencoba menggoyang-goyangkan badanku, tangan yang tadi sengaja tidak aku tempelkan ke kursi ini aku coba gerakan, supaya bisa terlepas dari tali yang mengikatku.
Namun tiba-tiba,
Arrrrrghhhhhhhhhh
BLAM..!
Suara teriakan terdengar dari luar, kali ini suara teriakan itu terdengar keras bersamaan dengan suara yang menabrak sesuatu.
Tap tap tap
Beberapa suara kini kembali terdengar, suara orang-orang yang sedang berlari kesana kemari dengan keadaan panik. Suara itu terdengar keras dengan suara-suara teriakan hingga terdengar ke ruangan tempat aku berada.
“TOLONGGG, TOLLONGGG!!!”
BRUAAAAAK
Tampak sesuatu yang menabrak pintu, tabrakan sesuatu itu begitu keras sehingga membuat pintu dari ruangan tempat aku berada terbuka. Terlihat sesosok petugas yang tadi menyeretku tergeletak tidak bernyawa, seperti ada sesuatu yang melemparkan tubuhnya hingga menabrak pintu, dan akhirnya pintu tersebut terbuka. Aku mendadak panik seketika, dengan suara-suara teriakan yang datang membuat aku ingin segera melepas ikatan dari kursi ini, karena aku juga melihat tubuh petugas yang tergeletak di depanku itu penuh dengan darah, juga beberapa sayatan di badannya seperti ada hewan buas yang mencoba memangsanya.
“Ayolah, aku harus bisa melepaskan ikatan ini!” Pikirku dengan keadaan panik sembari sekuat tenaga melepas ikatan itu.
“Sedikit lagi, sedikit lagi, .... aaaarghhh... argggghhh!”
Aku mencoba melepaskan tanganku yang terikat, meskipun sedikit sakit, aku mencoba memaksanya hingga,
“Akhirnya lepas juga, sekarang tinggal kaki yang masih terikat,”
Aku bernafas lega ikatan di tanganku sudah lepas, suara-suara teriakan di tempat itu masih saja terdengar, aku semakin panik dengan keadaan di sel tersebut, aku harus segera melepaskan ikatanku dan keluar dari tempat ini.
Dengan sekuat tenaga akhirnya aku bisa melepaskan ikatan dari kursi tersebut, aku seketika berlari, berlari melewati pintu yang sudah rusak tersebut, tak lupa aku juga mengambil tongkat dari mayat petugas itu, untuk sekedar berjaga-jaga, karena aku yakin ada yang tidak beres dengan tempat ini sekarang.
Namun aku begitu terkejut ketika aku keluar ruangan tersebut, sel tahanan yang seharusnya berada di lorong tempat aku berdiri sekarang berubah, sel tahanan yang kulihat tadi, sekarang berubah menjadi lorong panjang dengan obor di kedua sisinya, obor tersebut menyala di lorong sebelah kanan dengan terangnya berjejer hingga ke ujung. Sel-sel tahanan di kedua sisinya berubah menjadi dinding batu di kedua sisinya, seperti sebuah gua yang memanjang dengan banyak noda darah di sekitarnya.
Ketika aku melihat ke arah kiri, terdapat lorong yang gelap gulita, lorong yang tanpa penerangan sama sekali, yang ada hanya lorong kosong yang gelap dan tidak terlihat apapun di sana.
Aku seketika terdiam, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Semuanya berubah secara mendadak, rasa takut yang kurasakan membuatku malas untuk melangkah, namun tiba-tiba sebuah suara muncul. Suara yang datangnya dari arah kanan, yang di mana arah kanan adalah lorong yang diterangi oleh obor.
"AAHAHAHAHAHAHAHAAHA."
DUG DUG DUG
"AHAHAHAHA."
Suara itu kemudian tertawa keras, dengan langkah kaki yang dihentakan membuat suara tersebut terdengar nyaring ke tempat aku berdiri, seketika aku secara spontan mengambil obor yang ada didekatku dan kemudian aku berlari ke arah kiri, ke arah lorong gelap yang tidak ada cahaya sama sekali.
Tap tap tap
Aku berlari sekuat tenaga dengan obor yang aku bawa sebagai penerang, namun seakan-akan lorong tersebut adalah lorong tanpa ujung, aku terus-menerus berlari tanpa tahu kapan aku harus berhenti, suara-suara itu masih terdengar dan kali ini seperti mengejarku dari belakang, sesaat aku melihat kebelakang sembari berlari, namun tidak ada siapa siapa, dan ketika aku berbalik secara tiba-tiba,
Duag
Aku menabrak sesuatu, sesuatu yang besar yang menghalangi jalanku sehingga membuatku terjatuh, dengan obor yang masih di tangan aku mencoba menerangi sesuatu yang menghalangi ku itu. Aku sontak kaget karena apa yang aku lihat ternyata bukanlah manusia,
Ternyata di depanku adalah sosok tinggi besar yang menyeringai kepadaku, sosok yang terlihat besar dengan gigi tajam yang mencuat keluar, dia tertawa kecil dan kemudian membuka mulutnya secara lebar.
“HAHAHAHAHAHAHA.”
Suara itu terdengar sangat keras, suara yang tadinya terdengar di belakang ku kini berada tepat di depanku, dengan wajah yang menyeramkan dia berkata.
“ABDI SEKARANG GILIRANMU, DUA ORANG LAINYA SUDAH AKU MAKAN, DAN KAMU ADALAH ORANG KETIGA UNTUK AKU MAKAN.”
Aku merasa ketakutan, badanku tidak henti-hentinya gemetar, tanpa aku sadari keringat dingin pun bercucuran, juga kakiku seperti membeku, tidak bisa untuk melangkah. Aku hanya bisa melihat mulut makhluk itu membuka rahangnya yang besar, dengan gigi yang mencuat keluar, terlihat gigi yang dipenuhi dengan darah segar mendekat, seakan-akan akan melahapku.
Aku hanya bisa menutup mata dan menutupi kepala dengan tanganku, aku sudah merasa putus asa, mungkin ini adalah akhir dari hidupku, pandanganku mulai gelap sepertinya mulut dari makhluk itu sudah sangat dekat.
Dan akhirnya....
INDEX :
BAB 2 - 3
BAB 4 - 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
Diubah oleh jurigciwidey 17-10-2023 04:54
sandalGoreng dan 22 lainnya memberi reputasi
23
15.4K
Kutip
299
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#34
Spoiler for BAB 12-BERGERAK:
Siapa yang akan menyangka, di dalam sebuah lorong panjang dengan lebar sepanjang dua meter dengan dinding yang berwarna merah darah dan memancarkan cahaya redup di beberapa titik. Aku akan menemukan mayat-mayat yang berdiri menghalangiku dengan jumlah yang banyak.
Mayat-mayat tersebut kondisinya sangat mengenaskan, sepertinya dia sudah berada disana dalam waktu yang lama, tinggal di lorong yang lembab dan menyeramkan ini.
Namun, siapa yang membawa mayat-mayat itu kemari, mereka berdiri tidak beraturan menghadapku dengan tatapan yang kosong.
Jujur, aku baru kali ini melihat pemandangan yang seperti ini, sudah cukup aku di kejar-kejar oleh para makhluk yang mengejarku ketika aku pertama kali pulang ke kampung ini, tapi itu tidak sebanding dengan pemandangan yang aku lihat sekarang.
Karena mereka terlihat seperti mayat-mayat dari orang-orang yang sudah lama meninggal di kampung ini. Namun semuanya tidak bisa aku kenali karena wajah-wajah mereka terlihat hancur seperti ada benda keras yang menghancurkan wajah mereka.
Deg, deg, deg,
Jantungku semakin berdetak sangat kencang ketika aku melihat pemandangan itu, apalagi aku merasa kecapean dengan nafas yang terengah-engah, setelah aku dari tadi berlari dan dikejar oleh orang-orang yang berada dibalik pintu besi itu.
Hah, hah, hah
“Aku harus bagaimana sekarang?” pikirku.
Aku sesekali menengok ke arah belakang, jujur aku takut ada sesuatu yang lain yang berada di belakang ku pada saat itu.
Haaaaaaaaahhhhhh
Aku menghela nafas dengan agak panjang sekarang, situasinya benar-benar rumit. Aku tidak mungkin berbalik arah ke arah sungai bawah tanah yang aku lihat tadi. Aku mau tidak mau harus melewati mayat-mayat ini sehingga aku bisa keluar dari tempat ini.
Meskipun mayat itu hanya berdiri dan mencoba menghalangi jalanku tanpa melakukan apapun, tapi tetap saja. Butuh waktu agar aku bisa mengumpulkan keberanian yang ada pada diriku agar aku bisa melewati mayat-mayat yang menyeramkan itu.
“Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi ketika aku melewati mayat-mayat itu,” kataku ketika aku memutuskan untuk melangkah.
Tap
Tap
Tap
Aku melangkahkan kaki secara perlahan, melewati mayat-mayat itu tanpa sedikitpun menyentuhnya. Aku berjalan melalui celah sempit di antara mayat-mayat yang berdiri itu secara perlahan.
Jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya, keringat dingin tiba-tiba muncul dan membasahi tubuhku pada saat itu. Seluruh tubuhku bergetar sangat hebat ketika aku secara perlahan melewati mayat-mayat itu dengan rasa ketakutan yang mendalam.
Uhhhhhhh
Aku seketika mengerutkan dahi, salah satu tanganku langsung menutup hidungku karena ketika aku melewati mayat-mayat itu aku merasakan bau busuk yang sangat menyengat.
Apalagi, aku kini benar-benar bisa melihat mayat-mayat itu dari dekat. Kebaya-kebaya mereka yang warnanya telah pudar bahkan beberapa dari mereka sudah rusak dimakan usia sehingga tubuh mereka terlihat dengan sangat jelas.
Juga wajah mereka yang tampak hancur pun terlihat lebih menyeramkan dari dekat, entah apa yang terjadi dengan mereka semasa hidup. Namun hidung, mata, dan mulut mereka menghilang, hanya menyisakan sebuah lubang kecil yang penuh darah dan daging busuk di wajah-wajah mereka.
Aku beberapa kali menundukkan kepala, karena jujur aku benar-benar tidak kuat melihat wajah-wajah yang hancur itu tepat di depan wajahku. Aku berpikir bagaimana sakitnya ketika mereka menemui ajal mereka pada waktu itu.
Tiba-tiba mataku tertuju ke satu arah dan aku kembali berhenti melangkah, karena di antara mayat-mayat itu ada salah satu mayat yang terlihat sangat aneh. Mayat itu memakai kebaya sebagai baju atasannya namun dia memakai celana jeans dan sepatu hak tinggi yang sedang populer dan terkenal sangat mahal pada masa sekarang.
Wajahnya sama hancurnya dengan mayat-mayat yang lain, namun aku yakin satu mayat ini adalah mayat baru karena tubuhnya yang kaku dan belum membusuk layaknya mayat-mayat lain yang berdiri disini.
Aku dengan seksama melihat mayat tersebut, karena aku merasa dari penampilan dan tinggi badannya. Mungkin saja, dia adalah seseorang yang pernah aku kenal, karena aku seperti mengenal bentuk tubuhnya.
Namun, ketika aku melihatnya dari dekat, tanganku tidak sengaja menyenggol salah satu mayat yang ada di sampingnya dengan perlahan.
Hingga,
Krreeeeaaaaaaaaaakkkkkkkkkk
Kepalanya tiba-tiba bergerak dengan sangat kaku dan secara perlahan melihat ke arahku pada saat itu. Tangannya yang awalnya tidak bergerak tiba-tiba terangkat dengan sendirinya, jari-jarinya tiba-tiba bergerak seperti sedang ingin mencekikku karena aku menyenggolnya secara tidak sengaja.
Aku mendadak kaget karena mayat itu tiba-tiba bergerak, bahkan aku tanpa sadar mundur beberapa langkah dan tubuhku menabrak lagi mayat yang ada di belakangku.
Tentu saja, mayat itu kembali bergerak, wajahnya tiba-tiba berpaling ke arahku dengan gerakannya yang sangat kaku. Kepalanya melihatku dengan gerakan ke kiri dan ke kanan secara perlahan. Juga, tangannya pun tiba-tiba bergerak seperti sedang ingin menangkapku dengan kedua tangannya.
“Tidak, tidak, tidak mungkin, kenapa mayat-mayat itu bergerak?” kataku dengan nada yang panik.
Aku benar-benar terjebak di antara mayat-mayat yang berdiri ini, apalagi sekarang mayat-mayat itu bergerak dengan sendirinya seperti sedang melihatku dengan wajahnya yang hancur dan tangannya yang bergerak seperti sedang ingin menangkapku pada saat itu.
Aku benar-benar panik. Dengan segera aku pun berlari meninggalkan mayat yang bergerak tersebut. Meskipun aku melakukan kesalahan yang fatal sekarang.
Karena,
Ketika aku berlari aku sudah tidak peduli tubuhku menyentuh mayat-mayat itu. Dalam pikiranku pada saat itu, aku harus bergerak melewati mayat-mayat itu sebelum…
Arggggghhhhhhh
“Kenapa mereka bergerak semua?”
Aku tiba-tiba berteriak, karena mayat yang aku sentuh dengan salah satu bagian tubuhku tiba-tiba menoleh ke arahku.
Apalagi mereka tiba-tiba menggerakkan kakinya dan berjalan untuk mengejarku tepat ketika aku berteriak. Bahkan mereka menjatuhkan mayat-mayat yang masih berdiri dan tidak bergerak ketika aku lewati pada saat itu.
Ada lebih dari dua puluh mayat yang bergerak dan mengejarku pada saat itu, mayat-mayat itu bergerak dengan gerakan yang sangat kaku, langkah kaki mereka benar-benar tidak sempurna bahkan ada yang sengaja menyeret salah satu dari kaki mereka karena tidak bisa digerakan dengan normal.
Sebenarnya, siapa mereka, kenapa mereka bisa bergerak seperti ini, kenapa juga wajah-wajah mereka hancur, bahkan ada salah satu dari mereka yang mayatnya terlihat baru dengan wajah tapi sama hancurnya dengan mayat-mayat yang lain.
Aku benar-benar tidak habis pikir, apakah ini adalah ulah dari orang-orang dibalik pintu besi itu. Kalau pun itu benar, kenapa mereka bisa sampai berbuat seperti itu.
Apalagi, ketika aku melihat mayat-mayat tersebut, aku langsung terpikir nasib bapak sekarang. Apakah dia masih selamat atau mungkin nasibnya sudah menjadi mayat-mayat ini.
Lorong yang panjang dengan sinar yang redup membuat suasana semakin menyeramkan. Aku sudah tidak peduli lagi akhirnya berlari dengan sekuat tenaga, meskipun mayat-mayat yang aku sentuh semakin banyak.
Aku hanya berharap mereka tidak akan mengejarku ketika aku sudah berhasil melewati lorong ini.
Hah, hah, hah
Nafasku terasa berat, detak jantungku berdetak lebih kencang ketika aku berlari. Meskipun kini aku telah melewati mayat-mayat tersebut, namun mereka yang bergerak dan mengejarku semakin lama semakin banyak.
Beberapa kali aku terjatuh saking paniknya ketika aku dikejar oleh mereka, namun aku kembali bangkit dan berlari kembali karena aku tidak ingin tertangkap oleh mayat-mayat itu sekarang.
Aku terus-menerus berlari, lorong itu terlihat sangat panjang dan tanpa ada ujungnya sama sekali. Staminaku semakin lama semakin terkuras habis, dan aku takut nasibku akan berakhir di tangan mayat-mayat itu.
Namun,
Ketika aku berlari dengan kepanikan dan ketakutan yang memenuhi tubuhku pada saat itu, ada sesuatu yang tiba-tiba menarik tubuhku pada saat itu sehingga aku masuk ke dalam celah kecil yang ada di sisi sebelah kanan lorong tersebut.
Rupanya, ada orang lain yang ikut terjebak di tempat ini sama sepertiku.
Meskipun,
Byurrrrr
Aku tiba-tiba disiram oleh lumpur sehingga seluruh tubuhku tertutupi lumpur yang sering aku temui di lorong panjang ini.
“Usapkan lumpur itu ke seluruh tubuhmu, agar mereka menganggap kamu hanyalah dinding lorong agar kamu selamat sepertiku,” katanya dengan tubuh penuh lumpur yang hampir memenuhi seluruh tubuh dan wajahnya dari atas hingga bawah.
Mayat-mayat tersebut kondisinya sangat mengenaskan, sepertinya dia sudah berada disana dalam waktu yang lama, tinggal di lorong yang lembab dan menyeramkan ini.
Namun, siapa yang membawa mayat-mayat itu kemari, mereka berdiri tidak beraturan menghadapku dengan tatapan yang kosong.
Jujur, aku baru kali ini melihat pemandangan yang seperti ini, sudah cukup aku di kejar-kejar oleh para makhluk yang mengejarku ketika aku pertama kali pulang ke kampung ini, tapi itu tidak sebanding dengan pemandangan yang aku lihat sekarang.
Karena mereka terlihat seperti mayat-mayat dari orang-orang yang sudah lama meninggal di kampung ini. Namun semuanya tidak bisa aku kenali karena wajah-wajah mereka terlihat hancur seperti ada benda keras yang menghancurkan wajah mereka.
Deg, deg, deg,
Jantungku semakin berdetak sangat kencang ketika aku melihat pemandangan itu, apalagi aku merasa kecapean dengan nafas yang terengah-engah, setelah aku dari tadi berlari dan dikejar oleh orang-orang yang berada dibalik pintu besi itu.
Hah, hah, hah
“Aku harus bagaimana sekarang?” pikirku.
Aku sesekali menengok ke arah belakang, jujur aku takut ada sesuatu yang lain yang berada di belakang ku pada saat itu.
Haaaaaaaaahhhhhh
Aku menghela nafas dengan agak panjang sekarang, situasinya benar-benar rumit. Aku tidak mungkin berbalik arah ke arah sungai bawah tanah yang aku lihat tadi. Aku mau tidak mau harus melewati mayat-mayat ini sehingga aku bisa keluar dari tempat ini.
Meskipun mayat itu hanya berdiri dan mencoba menghalangi jalanku tanpa melakukan apapun, tapi tetap saja. Butuh waktu agar aku bisa mengumpulkan keberanian yang ada pada diriku agar aku bisa melewati mayat-mayat yang menyeramkan itu.
“Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi ketika aku melewati mayat-mayat itu,” kataku ketika aku memutuskan untuk melangkah.
Tap
Tap
Tap
Aku melangkahkan kaki secara perlahan, melewati mayat-mayat itu tanpa sedikitpun menyentuhnya. Aku berjalan melalui celah sempit di antara mayat-mayat yang berdiri itu secara perlahan.
Jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya, keringat dingin tiba-tiba muncul dan membasahi tubuhku pada saat itu. Seluruh tubuhku bergetar sangat hebat ketika aku secara perlahan melewati mayat-mayat itu dengan rasa ketakutan yang mendalam.
Uhhhhhhh
Aku seketika mengerutkan dahi, salah satu tanganku langsung menutup hidungku karena ketika aku melewati mayat-mayat itu aku merasakan bau busuk yang sangat menyengat.
Apalagi, aku kini benar-benar bisa melihat mayat-mayat itu dari dekat. Kebaya-kebaya mereka yang warnanya telah pudar bahkan beberapa dari mereka sudah rusak dimakan usia sehingga tubuh mereka terlihat dengan sangat jelas.
Juga wajah mereka yang tampak hancur pun terlihat lebih menyeramkan dari dekat, entah apa yang terjadi dengan mereka semasa hidup. Namun hidung, mata, dan mulut mereka menghilang, hanya menyisakan sebuah lubang kecil yang penuh darah dan daging busuk di wajah-wajah mereka.
Aku beberapa kali menundukkan kepala, karena jujur aku benar-benar tidak kuat melihat wajah-wajah yang hancur itu tepat di depan wajahku. Aku berpikir bagaimana sakitnya ketika mereka menemui ajal mereka pada waktu itu.
Tiba-tiba mataku tertuju ke satu arah dan aku kembali berhenti melangkah, karena di antara mayat-mayat itu ada salah satu mayat yang terlihat sangat aneh. Mayat itu memakai kebaya sebagai baju atasannya namun dia memakai celana jeans dan sepatu hak tinggi yang sedang populer dan terkenal sangat mahal pada masa sekarang.
Wajahnya sama hancurnya dengan mayat-mayat yang lain, namun aku yakin satu mayat ini adalah mayat baru karena tubuhnya yang kaku dan belum membusuk layaknya mayat-mayat lain yang berdiri disini.
Aku dengan seksama melihat mayat tersebut, karena aku merasa dari penampilan dan tinggi badannya. Mungkin saja, dia adalah seseorang yang pernah aku kenal, karena aku seperti mengenal bentuk tubuhnya.
Namun, ketika aku melihatnya dari dekat, tanganku tidak sengaja menyenggol salah satu mayat yang ada di sampingnya dengan perlahan.
Hingga,
Krreeeeaaaaaaaaaakkkkkkkkkk
Kepalanya tiba-tiba bergerak dengan sangat kaku dan secara perlahan melihat ke arahku pada saat itu. Tangannya yang awalnya tidak bergerak tiba-tiba terangkat dengan sendirinya, jari-jarinya tiba-tiba bergerak seperti sedang ingin mencekikku karena aku menyenggolnya secara tidak sengaja.
Aku mendadak kaget karena mayat itu tiba-tiba bergerak, bahkan aku tanpa sadar mundur beberapa langkah dan tubuhku menabrak lagi mayat yang ada di belakangku.
Tentu saja, mayat itu kembali bergerak, wajahnya tiba-tiba berpaling ke arahku dengan gerakannya yang sangat kaku. Kepalanya melihatku dengan gerakan ke kiri dan ke kanan secara perlahan. Juga, tangannya pun tiba-tiba bergerak seperti sedang ingin menangkapku dengan kedua tangannya.
“Tidak, tidak, tidak mungkin, kenapa mayat-mayat itu bergerak?” kataku dengan nada yang panik.
Aku benar-benar terjebak di antara mayat-mayat yang berdiri ini, apalagi sekarang mayat-mayat itu bergerak dengan sendirinya seperti sedang melihatku dengan wajahnya yang hancur dan tangannya yang bergerak seperti sedang ingin menangkapku pada saat itu.
Aku benar-benar panik. Dengan segera aku pun berlari meninggalkan mayat yang bergerak tersebut. Meskipun aku melakukan kesalahan yang fatal sekarang.
Karena,
Ketika aku berlari aku sudah tidak peduli tubuhku menyentuh mayat-mayat itu. Dalam pikiranku pada saat itu, aku harus bergerak melewati mayat-mayat itu sebelum…
Arggggghhhhhhh
“Kenapa mereka bergerak semua?”
Aku tiba-tiba berteriak, karena mayat yang aku sentuh dengan salah satu bagian tubuhku tiba-tiba menoleh ke arahku.
Apalagi mereka tiba-tiba menggerakkan kakinya dan berjalan untuk mengejarku tepat ketika aku berteriak. Bahkan mereka menjatuhkan mayat-mayat yang masih berdiri dan tidak bergerak ketika aku lewati pada saat itu.
Ada lebih dari dua puluh mayat yang bergerak dan mengejarku pada saat itu, mayat-mayat itu bergerak dengan gerakan yang sangat kaku, langkah kaki mereka benar-benar tidak sempurna bahkan ada yang sengaja menyeret salah satu dari kaki mereka karena tidak bisa digerakan dengan normal.
Sebenarnya, siapa mereka, kenapa mereka bisa bergerak seperti ini, kenapa juga wajah-wajah mereka hancur, bahkan ada salah satu dari mereka yang mayatnya terlihat baru dengan wajah tapi sama hancurnya dengan mayat-mayat yang lain.
Aku benar-benar tidak habis pikir, apakah ini adalah ulah dari orang-orang dibalik pintu besi itu. Kalau pun itu benar, kenapa mereka bisa sampai berbuat seperti itu.
Apalagi, ketika aku melihat mayat-mayat tersebut, aku langsung terpikir nasib bapak sekarang. Apakah dia masih selamat atau mungkin nasibnya sudah menjadi mayat-mayat ini.
Lorong yang panjang dengan sinar yang redup membuat suasana semakin menyeramkan. Aku sudah tidak peduli lagi akhirnya berlari dengan sekuat tenaga, meskipun mayat-mayat yang aku sentuh semakin banyak.
Aku hanya berharap mereka tidak akan mengejarku ketika aku sudah berhasil melewati lorong ini.
Hah, hah, hah
Nafasku terasa berat, detak jantungku berdetak lebih kencang ketika aku berlari. Meskipun kini aku telah melewati mayat-mayat tersebut, namun mereka yang bergerak dan mengejarku semakin lama semakin banyak.
Beberapa kali aku terjatuh saking paniknya ketika aku dikejar oleh mereka, namun aku kembali bangkit dan berlari kembali karena aku tidak ingin tertangkap oleh mayat-mayat itu sekarang.
Aku terus-menerus berlari, lorong itu terlihat sangat panjang dan tanpa ada ujungnya sama sekali. Staminaku semakin lama semakin terkuras habis, dan aku takut nasibku akan berakhir di tangan mayat-mayat itu.
Namun,
Ketika aku berlari dengan kepanikan dan ketakutan yang memenuhi tubuhku pada saat itu, ada sesuatu yang tiba-tiba menarik tubuhku pada saat itu sehingga aku masuk ke dalam celah kecil yang ada di sisi sebelah kanan lorong tersebut.
Rupanya, ada orang lain yang ikut terjebak di tempat ini sama sepertiku.
Meskipun,
Byurrrrr
Aku tiba-tiba disiram oleh lumpur sehingga seluruh tubuhku tertutupi lumpur yang sering aku temui di lorong panjang ini.
“Usapkan lumpur itu ke seluruh tubuhmu, agar mereka menganggap kamu hanyalah dinding lorong agar kamu selamat sepertiku,” katanya dengan tubuh penuh lumpur yang hampir memenuhi seluruh tubuh dan wajahnya dari atas hingga bawah.
viensi dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Kutip
Balas
Tutup