Chapter 179
Quote:
Troy tidak mengendurkan serangan, pedang-pedang cahaya yang masih mengelilinginya sekarang diarahkan kepada dua anggota BASS yaitu Leah dan juga Garet. Dengan petir yang ditembakan Leah dapat menghalau serangan yang dilancarkan, lain lagi dengan Gareth, badannya meliuk-liuk di udara menghindari sambil terus melaju cepat mengincar Troy dari dekat.
“Serangannya lambat, aku bisa menghabisinya!” ucap Gareth dengan penuh kepercayaan diri tinggi. Dua belati yang membara dipakainya terbalik dengan posisi gagang di atas sedangkan mata pisau berada di bawah membuat gerakan tebasannya lebih cepat.
“Hm,” Troy hanya diam saat Gareth sudah berada di depan matanya.
“ARGH!” Gareth menebas dengan kedua belatinya. “apa?!” dengan mudah Troy menangkapnya, panas yang tinggi dengan uap yang mengepul setelah beradu pun tidak berefek sedikit pun.
“Tidak terasa apa-apa, bukannya tadi kau dengan gagah mampu menghancurkan pedang cahayaku? ternyata hanya segini,” ledek Troy sementara itu pedang cahayanya meluncur.
Gareth melepaskan kedua belati panasnya itu, membiarkannya begitu saja karena dengan sekejap belatinya mampu dibuatnya kembali. Fokus sekarang adalah untuk menghindari serangan Troy, jika terkena nantinya akan membuat lintasan api yang mampu membuat sel buatan terganggu fokusnya.
“Apa ini? mereka sampai meniru kekuatan kami?” Troy melihat sel-sel buatan yang bergerak tidak karuan dalam belati panas yang dipegangnya. Satu cengkraman dengan mudah menghancurkan belati milik Gareth sampai berkeping-keping.
Komunikasi masuk dari kapten Vela memberitahu Leah dan juga Gareth untuk menarik Troy agar sampai ke jalur tembaknya. Dalam posisi sekarang, rasanya sangat sulit bagi kapten Vela tuk menembakan senjatanya. Leah sendiri masih harus menghancurkan pedang-pedang cahaya yang terus mengarah kepadanya.
“Akan kuusahakan kapten! Namun yang jelas waktunya belum tepat,” ucap Leah yang terus menembakan petir dari pistolnya.
“HAH?! Perintah macam apa itu?” ucap Gareth yang sedang berhadapan langsung dengan Troy. “oi kapten, pedang-pedang yang dikeluarkannya saja sangat menyulitkan. Bagaimana aku harus menariknya ke bawah?” tanya Gareth kepada kapten Vela melalui alat komunikasi.
“Jadi kau tidak mampu? baiklah kuserahkan pada Nakata saja kalau begitu,” balas kapten Vela.
“Bukan seperti itu maksudku, cih aku akan mencobanya!” Troy tiba-tiba datang dengan pedangnya yang besar, mencoba menebas Gareth. Dua belati mampu menahannya, tapi pedang Troy cukup dalam menusuk. “sial! Pedangnya terlalu tajam untuk belatiku!” Gareth kembali melepas belatinya dan menjauh dari Troy.
“Ingin kupinjamkan pedang ini kepadamu?” ledek Troy yang emosinya tampak lebih stabil dari sebelumnya.
“Jangan remehkan aku!” Gareth bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, belati-belati panasnya mulai dilempar. Belum ada yang mampu menembus baju zirah dari Troy.
Gerakannya tidak berpola, cenderung acak agar tidak mudah dibaca. Meskipun begitu Troy dengan sangat tenang menganalisis lawannya itu. Ia merasakan sesuatu bergerak cepat dari arah belakangnya.
“Di sini!” Troy mengayunkan pedang cahayanya yang dibuat solid, tebasannya mampu membelah Gareth yang mencoba mendekat. Tapi sayangnya yang diserangnya itu adalah salah satu bayangan yang tercipta akibat gerakan Gareth yang begitu cepat. “begitu rupanya!” Troy menghadapkan kepalanya ke atas, Gareth dengan dua belati panasnya siap menghujam.
“KENA KAU!” Gareth mampu menusuk kedua pundak Troy. Namun belatinya belum bisa menembus kerasnya badan Troy yang dilapisi oleh emas berkilau. Kesempatan ini pun dipakainya untuk mendorong Troy turun ke bawah, agar kapten Vela dapat melancarkan serangannya.
Gareth yang menempel pada Troy menyadari sesuatu saat keduanya meluncur deras ke bawah, yaitu belati panasnya lambat laut dapat membuat retakan pada baju zirah milik Troy. Retakannya semakin membesar seiring perjalanannya. Sebuah tanda sudah diberikan, Troy melepaskan tusukannya itu.
“Hm,” Gareth sedang memikirkan sesuatu.
Dari arah lainnya, tiba-tiba sebuah meriam besar berwarna hitam meluncur cepat.
“Apakah itu?” tanya Gareth dalam hati.
Meriam besar berwarna hitam itu ternyata Nakata dengan pembuatan dari pakaian tempurnya. Dengan cara menekuk badannya lalu sel buatan melapisi seluruh tubuhnya seakan-akan membentuk bola meriam besar.
“Hm,” dengan badan yang besar dan kekar, Nakata memeluk Troy erat. Meremas tubuhnya layaknya ular hingga terdengar suara retakan. Lalu Nakata melepaskan diri, anehnya pakaian tempurnya masih tertinggal di sana. Ternyata Nakata membuat salinan, dan baju tempur yang masih menempel adalah salah satu strategi yang dilakukannya bersama kapten Vela.
“Kerja bagus Nakata, dengan begini targetnya tidak akan lari kemana-mana,” ucap kapten Vela dengan bidikan dimatanya. Saat target sudah terkunci, dirinya melepaskan sebuah roket besar dari senjata hasil modifikasi pusat.
Roket itu mengeluarkan asap yang banyak, layaknya roket yang diluncurkan keluar angkasa. Troy tidak mampu bergerak karena pakaian tempur kosong ini masih tetap meremasnya kuat meskipun pemiliknya sudah menjauh dan membuat pakaian tempur yang baru. Dengan badan dan tangan yang terkunci, Troy hanya bisa pasrah.
Ledakan yang sangat besar terjadi saat roket menghantam tubuh Troy. Gedung-gedung disekitarnya menjadi rusak parah setelah sebelumnya terkena efek pedang cahaya yang hancur. Kapten Vela tidak menyangka bahwa ledakan yang dihasilkan akan sebesar ini, padahal dalam susunan permintaannya kepada pusat. Daya ledak yang diinginkan memang lebih besar dari roket biasa, tapi bukan yang semasif ini.