Chapter 175
Quote:
Langit yang berwarna merah menjadi latar pertarungan antara Troy dan juga kapten Kylian. Beberapa gedung sudah terbakar, untungnya kegiatan ini dilakukan pada malam dini hari sehingga jumlah orang-orang yang sedang singgah di bangunan yang terbakar itu tidaklah banyak. Hanya orang-orang Surban yang gila kerja saja dan menumpang menginap yang masih bertahan.
Cahaya terang mulai menyilaukan, kapten Kylian dari tempat persembunyian dapat melihatnya, meskipun hanya setitik tidak dalam ukuran yang besar. Lalu Troy mulai menarik anak panahnya yang berupa pedang itu, mengarahkan ke suatu tempat jauh didepannya.
“Menembakan secara asal hanya membuang-buang tenaga saja,” ucap kapten Kylian yang juga sudah bersiap menembakan kembali peluru khususnya itu.
“Kena kau!” Troy menembakan anak panah, meluncur cepat dengan cahaya yang berkilau menyengat mata di kegelapan malam.
Hal yang tak terduga ketika arah anak panah berupa pedang besar itu ternyata mengarah tepat ke tempat persembunyian kapten Kylian yang jaraknya cukup jauh. Jarinya refek menarik pelatuk senapan snipernya, ketika dua benda cepat itu beradu, peluru khusus yang mirip petir itu malah kalah dan hancur terberai di udara.
“Sial!” ledakan besar tercipta, ketika pedang raksasa dari Troy menghantam senapan canggih milik kapten Kylian.
Keluar dari kepulan asap sosok kapten Kylian dengan baju tempur miliknya yang masih utuh. Lalu tiba-tiba ikut bersamanya sosok Troy yang keluar juga dari kepulan asap. Padahal dari teropong di senapan kapten Kylian, yang ditembakan oleh Troy adalah sebuah anak panah berbentuk pedang raksasa berwarna emas menyala. Lagipula jarak dari tempat menembak cukup jauh, tidak mungkin Troy bisa tiba-tiba muncul dalam waktu yang sangat singkat.
“Cih! bagaimana caranya kau tau keberadaanku di sini?” tanya kapten Kylian yang menodongkan senjata pistol pada Troy.
“Hm, sebenarnya aku tidak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, biar kupersingkat,” Troy mulai menjelaskan bagaimana caranya mengungkap tempat persembunyian kapten Kylian.
Sejak tembakan peluru pertama yang mengenai tangannya, ada maksud tertentu mengapa Troy hanya diam di tempat tanpa melakukan apa-apa. Hal yang dilakukannya adalah menganalisis jalur dari semua tembakan yang mengarah kepadanya. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa semua peluru yang menghantamnya membentuk sebuah sudut yang selalu sama. Entah itu datang dari depan, belakang, maupun samping.
Sudut yang terbentuk itu sangatlah mustahil jika peluru ditembakan dalam posisi yang lurus. Untuk itu butuh pemantul yang membelokan peluru sehingga membentuk sudut yang diinginkan. Pemantul ini juga harus ditempatkan pada posisi yang tinggi dan menurut Troy dibuat sedemikian rupa agar wujudnya tidak terlihat.
Itulah mengapa Troy melompat di udara, untuk mencari seberapa tinggi letak pemantul yang disimpan secara sembunyi-sembunyi itu. Ketika di udara, peluru yang mengenainya malah membentuk sudut yang berbeda. Troy meyakini bahwa pemantulnya itu bisa bergerak bebas mengikuti posisi target.
“Hm, teori yang cukup bagus,” ucap kapten Kylian masih menodongkan senjatanya. “tapi kau masih belum memberitahu bagaimana caranya mengetahui tempat persembunyianku. Seperti wilayah lainnya, di sini banyak gedung bertingkat. Apalagi mereka dibuat sejajar, tanpa ada gedung yang mencolok,” tambahnya.
“Aku melempar pedang pada jarak yang ganjil ke semua arah, bisa kau lihat kan gedung-gedung itu terbakar. Aku berpikir si penempak jitu ini mungkin berada di jarak yang lebih jauh, dan benar saja. Untuk memenuhi sudut itu, dan kecepatan pelurunya. Maka tempat ini yang paling cocok,” Troy mengeluarkan pedangnya.
“Jadi begitu,” kapten Kylian tersenyum. “itulah sifat burukku, terlalu terobsesi pada angka itu. Kalian dari golongan atas memang pintar,” kapten Kylian bersiap menarik pelatuknya.
Troy datang sambil mengayunkan pedangnya, di saat bersamaan kapten Kylian berhasil menembak ke arah pergelangan tangan musuh. Tangan Troy terputus sambil memegang pedang, daya hancur pistol milik kapten Kylian berbeda dengan anggotanya karena kapasitasnya sebagai seorang kapten. Tidak berhenti di situ, kapten Kylian menembakan beberapa peluru lainnya ke bagian paha dan kaki, membuat Troy berlutut.
“Tinggal kepala ini saja, ku akui helm mu itu teruji bagus,” kapten Kylian mendekat, menempelkan ujung pistolnya ke kapala Troy yang sudah dilapisi oleh armor berbentuk kumbang emas dengan tanduk yang menjulang.
“Lagi-lagi ku harus menggunakannya,” tiba-tiba badan Troy bercahaya. Kapten Kylian melompat mundur, untuk menghindari serangan yang datang tiba-tiba.
Tubuh Troy berubah menjadi sosok monster yang dilapisi jubah zirah. Berwarna emas menyala layaknya bintang yang bersinar di malam hari. Luka-luka yang hinggap tadi mendadak hilang, Troy berada dalam kondisi terbaiknya lagi. Lalu tangannya mengayun santai. Tubuh kapten Kylian langsung tertusuk pedang cahaya yang entah dari mana datangnya. Pedang cahayanya menembus, tapi tidak di bentuk menjadi solid.
Bekas tusukan pedang cahaya itu memunculkan api yang begitu besar, berbeda dengan serangan-serangan sebelumnya yang hanya membuat percikan api sedang. Tubuh kapten Kylian mulai terbakar, baju tempurnya yang mirip sel Beaters itu pun mencoba melindunginya, tetapi api yang begitu besar membuat pergerakan sel buatan itu menjadi lambat.
“Apa?!” kapten Kylian berjalan menjauh, suhu ditubuhnya meningkat drastis.
“Aku sedikit menambah daya hancurnya pada serangan tadi, karena beberapa pertarungan sebelumnya aku terlalu meremehkan kalian. Selamat tinggal,” Troy membuat pedang cahayanya lagi, gerakannya yang cepat langsung berpindah cepat.
“Ugh!” kali ini Troy membuat pedangnya solid, menembus perut kapten Kylian, diujungnya darah segar menetes. Baju tempur miliknya mengganti prioritas untuk menutup luka tusukan pedang itu. Troy mendorong tubuh kapten Kylian jatuh dari gedung tinggi, dengan keadaan terbakar dan luka tusukan yang terbuka lebar.