- Beranda
- Komunitas
- Automotive
- Otomotif
Mengapa Kei Car Laris Di Jepang, Tapi Gagal Masuk Di Indonesia?
TS
.r4hma.
Mengapa Kei Car Laris Di Jepang, Tapi Gagal Masuk Di Indonesia?
Kei car adalah jenis mobil kecil yang diproduksi dan dipasarkan di Jepang. Istilah "kei car" berasal dari istilah Jepang "keijidōsha," yang berarti "mobil kecil." Mobil kei car memiliki batasan ukuran dan spesifikasi tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang untuk memenuhi persyaratan perpajakan dan regulasi lalu lintas yang lebih ringan. Batasan ini mencakup ukuran mesin, dimensi keseluruhan, dan kapasitas mesin yang lebih kecil. Kei car umumnya lebih hemat bahan bakar dan lebih mudah untuk bermanuver di lingkungan perkotaan yang padat.
Konsep kei car yang paling umum ditemukan di Jepang mungkin tidak secara langsung cocok untuk kondisi di Indonesia. Kebutuhan dan preferensi pasar otomotif di Indonesia mungkin berbeda, terutama karena kebutuhan transportasi yang lebih luas dan kondisi jalan yang beragam.
Namun, beberapa elemen seperti ukuran kecil, efisiensi bahan bakar, dan kemampuan bermanuver di lalu lintas perkotaan tetap relevan di Indonesia. Produsen otomotif di Indonesia dapat merancang mobil kecil dengan fitur-fitur ini untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Jadi, sementara konsep kei car murni mungkin tidak sepenuhnya cocok, elemen-elemen dari konsep tersebut masih bisa diadopsi dalam merancang mobil untuk pasar Indonesia.
Konsep kei car umumnya cocok untuk digunakan di kota besar. Kei car dirancang dengan ukuran yang kompak, memungkinkan mereka lebih mudah untuk bermanuver di lalu lintas perkotaan yang padat dan parkir dalam ruang yang lebih kecil. Selain itu, mobil kei car juga cenderung lebih hemat bahan bakar, yang bisa menjadi keuntungan besar dalam situasi lalu lintas stop-and-go yang umum di kota besar.
Jadi Jakarta, Surabaya, Medan dan kota besar lainnya seharusnya cocok untuk konsep mobil ini, tapi kenapa tidak masuk atau gagal di Indonesia?
Modelnya yang compact membuat pasar bingung, dari masalah kapasitas, hingga rawan terendam banjir, dan tentunya takut gak laku karena design kurang menjual untuk pasar Indonesia, kehadiran mobil berdimensi compact yang irit BBM dan ramah lingkungan, seperti Kei Car hadir lewat mobil Low Cost Green Car (LCGC).
Intinya sih para sales masih mikir, kalau mobil ini masuk di Indonesia akan banyak trouble dalam penjualan, padahal Wuling sendiri sudah hadir dengan design yang mirip kei car yang berbasis listrik yaitu Wuling air EV, dan cukup laris manis loh.
Apa tanggapan agan atas hal ini?
Sumber 1, 2
screamo37 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2.5K
75
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
rudanto
#39
Dari artikel dan komentar agan-agan, ane coba ambil kesimpulan supaya mobil Kei Car bisa laku sesuai keinginan market Indonesia:
1. Design, harus dibikin sporty, sepertinya imut bukan selera pasar di sini, mungkin itu sebabnya Honda gak lanjutin Jazz & Freed di sini karena belakangan designya cenderung imut binti Kawaii ketimbang sporty. Mungkin bisa ditiru design macam Smart Forfour kali ya, kecil tapi tetep sporty.
2. Irit bin murah, kenapa Wuling EV laku ya karena ada insentif pajak dan tentunya irit, produsen otomotif lain kayaknya ga ada salahnya manfaatin regulasi ini.
3. Edukasi, mungkin kalau orang Jepun udah paham kalau Kei Car itu mobil yang efisien, gampang perawatannya, dan cocok untuk transportasi urban. Tapi di sini kayaknya perlu extra effort untuk mengedukasi customer.
1. Design, harus dibikin sporty, sepertinya imut bukan selera pasar di sini, mungkin itu sebabnya Honda gak lanjutin Jazz & Freed di sini karena belakangan designya cenderung imut binti Kawaii ketimbang sporty. Mungkin bisa ditiru design macam Smart Forfour kali ya, kecil tapi tetep sporty.
2. Irit bin murah, kenapa Wuling EV laku ya karena ada insentif pajak dan tentunya irit, produsen otomotif lain kayaknya ga ada salahnya manfaatin regulasi ini.
3. Edukasi, mungkin kalau orang Jepun udah paham kalau Kei Car itu mobil yang efisien, gampang perawatannya, dan cocok untuk transportasi urban. Tapi di sini kayaknya perlu extra effort untuk mengedukasi customer.
0
Tutup