- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 07:07
sampeuk dan 45 lainnya memberi reputasi
44
29.7K
Kutip
432
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#133
BAB 40 - DIA
Quote:
Beberapa waktu sebelumnya.
“Eh kemana Danang, Rara dan Dewi.”
Dimas merasa kebingungan, karena tempat yang tadi dia datang mendadak hening. dia pun kini berbalik kepada Pak Brata dan dua pengawalnya yang salah satunya sedang menggendong Ardi dengan raut wajahnya yang kebingungan.
“Tadi mereka disini kan?”
Pak Brata mendekati Dimas dengan santai, bahkan dia menepuk pundaknya secara perlahan sambil menghisap rokok yang dia pegang.
Mereka berdua hanya melihat ke arah gerbang yang kini kosong di dalamnya.
“haaaaahhh”
Dimas menghela napas, dia kini tidak tau tiga temannya kini kemana.
Jujur, dia yang bersama Pak Brata membuat dirinya kikuk, dia tidak seluwes Dewi yang bisa mengobrol dengan bebas tentang dokumenter yang akan mereka buat. dia hanya mengangguk, menjawab dan hanya menuruti apa perkataan Pak Brata.
DI tengah-tengah kebingungannya itu.
Tiba-tiba
“Mereka semua sudah menghilang, sepertinya mereka kembali ke desa”
Suara itu muncul dari dalam, dan terlihat secara perlahan. Mbah Walang berjalan dari balik gerbang menyambut mereka semua dengan kedua tangannya yang disimpan di belakang pinggangnya.
“Ahhh, Mbah Walang, rupanya kamu sudah ada disini” Katanya sambil berjalan mendekati Mbah Walang dan melepaskan pundak Dimas pada waktu itu.
Mbah Walang hanya tersenyum dan mengangguk, dia seperti sudah tahu bahwa ada Pak Brata yang akan datang ke tempat tersebut.
“Tapi, Mbah kita hanya bawa dua orang, apakah kita masih bisa mengambil video untuk malam ini, karena tidak mungkin kita bisa mengambil video ini ketika besok tiba.” Kata Pak Brata yang menoleh ke arah Dimas dan mengangkat sedikit tangannya ke atas.
Dimas hanya membalasnya dengan anggukan, kemudian Pak Brata kembali menengok ke arah Mbah Walang.
Mbah Walang hanya mengangguk, dan memanggil Dimas yang ada tak jauh darinya.
Dimas pun mendekat, dia semakin kebingungan karena biasanya hal-hal seperti ini seharusnya di handle oleh Dewi selaku pemimpin dari tim Rarasukma.
“Mas, kamu tau sendiri kan bahwa jadwal kita padat sekarang. aku sendiri meminta maaf karena tadi aku meninggalkan kalian sehingga kalian sekarang berpencar, tadinya aku akan kembali setelah urusanku dengan Pak Cece selesai.”
“Namun, ketika aku kembali kalian semua sudah menghilang.” Kata Mbah Walang sambil memperlihatkan kondisi tempat itu yang kosong.
“Perlu kamu tahu, semua tamu yang datang ke Desa Kolong Mayit harus datang ke tempat ini, meminta izin kepada sesuatu yang menjaga Desa agar semuanya dilancarkan hingga nanti pulang.”
“itu yang dilakukan olehku, ketika kalian semua kesini. Namun aku terlalu terburu-buru sehingga aku langsung datang ke tempat ini tanpa meminta izin kepada Pak Cece terlebih dahulu. sehingga aku harus berbicara empat mata dulu dengannya.”
Dimas hanya mengangguk-ngangguk atas apa yang dikatakan Mbah Walang. dia pun bahkan melirik ke arah Ardi yang nampak lemas, dan tak lama dia mengangkat tangannya seperti sedang menarik sesuatu dari kejauhan.
Jari jemarinya di buka secara perlahan, dia lalu mengucapkan beberapa mantra sambil memejamkan mata.
Tak lama, tangan itu dia tarik dan dia putar-putar lalu dia angkat ke atas.
Terasa sebuah angin dingin yang menembus kulit oleh Dimas ketika Mbah Walang melakukan hal itu. Tak lama, Ardi langsung merasa pulih kembali bahkan dia meminta turun dari salah satu pengawal Pak Brata yang menggendongnya pada saat itu.
“Gimana pak, apa kita lanjutkan saja, sepertinya dua orang saja sudah cukup untuk sementara. semuanya sudah saya persiapkan disana, tinggal kita menyerahkan semuanya kepada mereka berdua.”
Dimas bingung atas apa yang dikatakan oleh Mbah Walang, namun Pak Brata langsung menjelaskan bahwa malam ini pengambilan video harus terus dilakukan. meskipun tanpa ada Rara, Dewi dan Danang.
“Mungkin karena kalian tidak lengkap, kalian bisa mengambil beberapa footage ketika Mbah Walang melakukan sesuatu di dalam.”
“Nanti setelah semuanya selesai, untuk penjelasannya bisa memakai narasi dari Rara, atas apa yang sedang Mbah Walang lakukan.”
Dimas yang mendengarkan penjelasan itu langsung mengangguk, bahkan dia meminta maaf dengan sedikit menggerutu atas ketiga temannya yang menghilang.
“I, Iya pak, begitu saja, nanti saya edit biar enak untuk dilihat.”
“Hahhh, kemana sih tuh tiga orang, di saat pada ngumpul kayak gini pada ngilang.”
Dimas, langsung menanyakan ke Ardi yang kini nampak sedikit bertenaga, suara-suara dari telinga yang membuat dia kesakitan pun menghilang. meskipun dia nampaknya masih belum pulih sepenuhnya, namun dia mengangguk atas apa yang dikatakan oleh Pak Brata.
“Gu, gue aman mas, gue minta peralatan gue di tas elo, yang penting pengambilan video malam ini bisa dilaksanakan dengan baik, jadi besok pagi gue bisa istirahat di desa.” Kata Ardi yang nampak terlihat sedikit lemas.
Pak Brata yang mendengar hal itu tersenyum dengan lebar, bahkan dia mendekati Ardi dan menepuk pundaknya beberapa kali sambil berkata.
“Ini yang aku suka, semangat anak muda seperti kalian, aku benar-benar suka.”
“Ya sudah, kita persiapkan semuanya ya, tugas kalian hanya mengambil gambar dan merekam apa yang Mbah Walang ucapkan.” kata Pak Brata sambil mengajak masuk mereka berdua ke dalam sana.
***
Dibawah batu besar di sebuah petilasan dari tempat para warga melakukan ritual-ritual tertentu yang didasari oleh tradisi di tempat itu.
Terlihat, Mbah Walang sedang duduk dan fokus sambil memejamkan mata. terlihat tetesan-tetesan darah dan ayam yang habis digigit yang ditinggalkan begitu saja disana.
Dimas tidak menyadari akan hal itu, karena dia berdiri di belakang bersama dengan kedua pengawal Pak Barat, sedangkan Pak Brata sendiri berdiri agak jauh dari mereka semua sambil menghisap rokok dengan santainya.
“Apa yang terjadi, jangan sekali-kali kalian melarikan diri ya, kalian mau memejamkan mata pun silahkan apabila kalian tidak kuat melihat sesuatu yang akan terjadi nantinya.”
“Namun, kalian harus tetap merekam atas apa yang terjadi, supaya ini bisa kalian dokumentasikan dan kalian sebarkan ketika kalian sudah selesai dan pulang dari Desa ini.” Kata Mbah Walang sebelum dirinya melakukan ritual di sana.
Dimas dan Ardi mengangguk, mereka berdiri sejajar melihat bagaimana proses dari Mbah Walang disana.
Akhirnya, Mbah Walang pun melakukan ritualnya, hawa dingin yang awalnya mereka rasakan secara perlahan tiba-tiba berubah menjadi hawa yang membuat mereka merinding.
Angin-angin dingin mulai terasa, suara-suara dari dedaunan yang saling bergesek di pohon bambu yang mengelilingi tempat itu membuat suara yang menyeramkan.
Bahkan, suara-suara burung hutan yang menyeramkan membuat semuanya semakin terasa mencekam.
Terlihat, Mbah Walang terlihat semakin serius, tubuhnya bergetar dengan kepalanya yang digerakan ke kiri dan ke kanan. kedua tangannya terlihat direntangkan lalu di angkat ke atas melebihi kepala, tak lama dia seperti meludah ke arah kiri dan kanan sambil kedua tangannya itu diturunkan.
Terlihat dengan jelas dari kamera yang dimas rekam, seperti ada sesuatu yang aneh di balik batu besar yang berada tepat di belakang Mbah Walang.
Sebuah bayangan hitam yang muncul secara perlahan, dengan mata merah yang menyala dia muncul dan menutupi pohon bambu yang rimbun di belakangnya.
Jujur, itu adalah sesuatu yang menakutkan untuk Dimas dan Ardi lihat. bahkan Ardi melepas headsetnya karena seperti ada suara yang membuat telinganya sakit kembali ketika bayangan besar itu datang.
Seperti mengetahui bahwa kedua orang itu tidak kuat melihat apa yang sedang dia lihat. maka Mbah Walang langsung menoleh ke belakang dan berkata kepada mereka berdua.
“Tutup mata kalian apabila kalian tidak kuat melihatnya, namun pastikan semuanya masih merekam atas apa yang terjadi sekarang!!”
Mendengar hal itu, Dimas dan Ardi langsung mengangguk, mereka langsung memejamkan matanya secara perlahan dengan posisi semua peralatan yang mereka pegang masih merekam apa yang sebenarnya terjadi disana.
Satu menit..
Dua menit..
Tiga menit..
Apa yang dilakukan Mbah Walang begitu lama, dengan hawa yang benar-benar mencekam membuat Dimas mempertanyakan kembali atas apa yang sedang terjadi disana.
“Ini kapan selesainya, lama banget.” kata Dimas yang mempertanyakan hal itu kepada Ardi yang ada di sebelahnya.
“Ga, tau, belum ada perintah dari Mbah….”
Keuukkk, keukkk, keuuukkk
Tiba-tiba, sebuah suara rintihan terdengar dengan sangat keras, bersamaan dengan darah yang mengalir secara perlahan memenuhi keduanya.
Sebuah pisau yang tajam rupanya sudah menusuk leher mereka ketika mereka memejamkan mata. Aji dan Eko yang ada di belakang mereka yang melakukan hal itu.
Pak Brata yang berdiri dengan santainya langsung berjalan mendekati mereka berdua yang tiba-tiba sekarat tanpa bisa melawan. bahkan darah yang keluar menetes ke arah peralatan mereka semua.
“Aki, aki yang menjaga desa selama ratusan tahun, aku sudah memberi dua persembahan atas apa yang aku inginkan, tinggal aku memberi beberapa lagi yang sekarang masih terjebak di desa dengan para mayat yang terbangun disana”
“Jadi, aku ingin meminta sesuatu ki, sesuatu yang bisa membuat bisnisku lebih lancar dan lebih sukses dari sebelumnya.”
Pak Brata terlihat dengan santainya berjalan mendekati Mbah Walang yang duduk dibawah batu dan berbicara dengan bayangan hitam yang muncul dengan matanya yang merah, dan ketika Pak Brata berkata seperti itu.
Tiba-tiba bayangan itu berkata dengan nadanya yang membuat siapapun akan merinding dibuatnya.
“Jadi maneh anu nyieun mayit di ditu hudang. (Jadi kamu yang bikin mayat disana bangun.”)
“HAHAHAHA, HAHAHAHA”
“Nepi ka kituna jelema nu hayang beunghar, nepi ka nyieun mayit anu kuduna hudang isuk jadi peuting ayeuna mah maraneh bisa numbalkeun jelema anu maneh bawa. (Sampai segitunya manusia yang ingin kaya, sampai membuat mayat yang seharusnya bangun besok menjadi malam sekarang supaya kalian bisa menumbalkan manusia yang kamu bawa.”)
Pak Brata hanya mengangguk sambil sedikit menunduk, kemudian bayangan itu kembali tertawa.
“HAHAHAHA, HAHAHAHA.”
“tinggal, sababaraha jelema deui anu kudu dibere ka urang, batas maneh nepi isuk-isuk, maneh kudu neangan eta jelema di tengah-tengah mayit anu hudang anu bakal ngincer maraneh anu hirup. (tinggal beberapa manusia lagi yang harus diberikan kepadaku, batasmu sampai pagi. kamu harus mencari manusia di tengah-tengah mayat yang bangun dan mengincar kalian yang masih hidup.)”
“Soalna lamun henteu, maraneh moal bisa kaluar ti tempat ieu. (soalnya kalau tidak, kalian tidak akan bisa keluar dari tempat ini.)”
“Eh kemana Danang, Rara dan Dewi.”
Dimas merasa kebingungan, karena tempat yang tadi dia datang mendadak hening. dia pun kini berbalik kepada Pak Brata dan dua pengawalnya yang salah satunya sedang menggendong Ardi dengan raut wajahnya yang kebingungan.
“Tadi mereka disini kan?”
Pak Brata mendekati Dimas dengan santai, bahkan dia menepuk pundaknya secara perlahan sambil menghisap rokok yang dia pegang.
Mereka berdua hanya melihat ke arah gerbang yang kini kosong di dalamnya.
“haaaaahhh”
Dimas menghela napas, dia kini tidak tau tiga temannya kini kemana.
Jujur, dia yang bersama Pak Brata membuat dirinya kikuk, dia tidak seluwes Dewi yang bisa mengobrol dengan bebas tentang dokumenter yang akan mereka buat. dia hanya mengangguk, menjawab dan hanya menuruti apa perkataan Pak Brata.
DI tengah-tengah kebingungannya itu.
Tiba-tiba
“Mereka semua sudah menghilang, sepertinya mereka kembali ke desa”
Suara itu muncul dari dalam, dan terlihat secara perlahan. Mbah Walang berjalan dari balik gerbang menyambut mereka semua dengan kedua tangannya yang disimpan di belakang pinggangnya.
“Ahhh, Mbah Walang, rupanya kamu sudah ada disini” Katanya sambil berjalan mendekati Mbah Walang dan melepaskan pundak Dimas pada waktu itu.
Mbah Walang hanya tersenyum dan mengangguk, dia seperti sudah tahu bahwa ada Pak Brata yang akan datang ke tempat tersebut.
“Tapi, Mbah kita hanya bawa dua orang, apakah kita masih bisa mengambil video untuk malam ini, karena tidak mungkin kita bisa mengambil video ini ketika besok tiba.” Kata Pak Brata yang menoleh ke arah Dimas dan mengangkat sedikit tangannya ke atas.
Dimas hanya membalasnya dengan anggukan, kemudian Pak Brata kembali menengok ke arah Mbah Walang.
Mbah Walang hanya mengangguk, dan memanggil Dimas yang ada tak jauh darinya.
Dimas pun mendekat, dia semakin kebingungan karena biasanya hal-hal seperti ini seharusnya di handle oleh Dewi selaku pemimpin dari tim Rarasukma.
“Mas, kamu tau sendiri kan bahwa jadwal kita padat sekarang. aku sendiri meminta maaf karena tadi aku meninggalkan kalian sehingga kalian sekarang berpencar, tadinya aku akan kembali setelah urusanku dengan Pak Cece selesai.”
“Namun, ketika aku kembali kalian semua sudah menghilang.” Kata Mbah Walang sambil memperlihatkan kondisi tempat itu yang kosong.
“Perlu kamu tahu, semua tamu yang datang ke Desa Kolong Mayit harus datang ke tempat ini, meminta izin kepada sesuatu yang menjaga Desa agar semuanya dilancarkan hingga nanti pulang.”
“itu yang dilakukan olehku, ketika kalian semua kesini. Namun aku terlalu terburu-buru sehingga aku langsung datang ke tempat ini tanpa meminta izin kepada Pak Cece terlebih dahulu. sehingga aku harus berbicara empat mata dulu dengannya.”
Dimas hanya mengangguk-ngangguk atas apa yang dikatakan Mbah Walang. dia pun bahkan melirik ke arah Ardi yang nampak lemas, dan tak lama dia mengangkat tangannya seperti sedang menarik sesuatu dari kejauhan.
Jari jemarinya di buka secara perlahan, dia lalu mengucapkan beberapa mantra sambil memejamkan mata.
Tak lama, tangan itu dia tarik dan dia putar-putar lalu dia angkat ke atas.
Terasa sebuah angin dingin yang menembus kulit oleh Dimas ketika Mbah Walang melakukan hal itu. Tak lama, Ardi langsung merasa pulih kembali bahkan dia meminta turun dari salah satu pengawal Pak Brata yang menggendongnya pada saat itu.
“Gimana pak, apa kita lanjutkan saja, sepertinya dua orang saja sudah cukup untuk sementara. semuanya sudah saya persiapkan disana, tinggal kita menyerahkan semuanya kepada mereka berdua.”
Dimas bingung atas apa yang dikatakan oleh Mbah Walang, namun Pak Brata langsung menjelaskan bahwa malam ini pengambilan video harus terus dilakukan. meskipun tanpa ada Rara, Dewi dan Danang.
“Mungkin karena kalian tidak lengkap, kalian bisa mengambil beberapa footage ketika Mbah Walang melakukan sesuatu di dalam.”
“Nanti setelah semuanya selesai, untuk penjelasannya bisa memakai narasi dari Rara, atas apa yang sedang Mbah Walang lakukan.”
Dimas yang mendengarkan penjelasan itu langsung mengangguk, bahkan dia meminta maaf dengan sedikit menggerutu atas ketiga temannya yang menghilang.
“I, Iya pak, begitu saja, nanti saya edit biar enak untuk dilihat.”
“Hahhh, kemana sih tuh tiga orang, di saat pada ngumpul kayak gini pada ngilang.”
Dimas, langsung menanyakan ke Ardi yang kini nampak sedikit bertenaga, suara-suara dari telinga yang membuat dia kesakitan pun menghilang. meskipun dia nampaknya masih belum pulih sepenuhnya, namun dia mengangguk atas apa yang dikatakan oleh Pak Brata.
“Gu, gue aman mas, gue minta peralatan gue di tas elo, yang penting pengambilan video malam ini bisa dilaksanakan dengan baik, jadi besok pagi gue bisa istirahat di desa.” Kata Ardi yang nampak terlihat sedikit lemas.
Pak Brata yang mendengar hal itu tersenyum dengan lebar, bahkan dia mendekati Ardi dan menepuk pundaknya beberapa kali sambil berkata.
“Ini yang aku suka, semangat anak muda seperti kalian, aku benar-benar suka.”
“Ya sudah, kita persiapkan semuanya ya, tugas kalian hanya mengambil gambar dan merekam apa yang Mbah Walang ucapkan.” kata Pak Brata sambil mengajak masuk mereka berdua ke dalam sana.
***
Dibawah batu besar di sebuah petilasan dari tempat para warga melakukan ritual-ritual tertentu yang didasari oleh tradisi di tempat itu.
Terlihat, Mbah Walang sedang duduk dan fokus sambil memejamkan mata. terlihat tetesan-tetesan darah dan ayam yang habis digigit yang ditinggalkan begitu saja disana.
Dimas tidak menyadari akan hal itu, karena dia berdiri di belakang bersama dengan kedua pengawal Pak Barat, sedangkan Pak Brata sendiri berdiri agak jauh dari mereka semua sambil menghisap rokok dengan santainya.
“Apa yang terjadi, jangan sekali-kali kalian melarikan diri ya, kalian mau memejamkan mata pun silahkan apabila kalian tidak kuat melihat sesuatu yang akan terjadi nantinya.”
“Namun, kalian harus tetap merekam atas apa yang terjadi, supaya ini bisa kalian dokumentasikan dan kalian sebarkan ketika kalian sudah selesai dan pulang dari Desa ini.” Kata Mbah Walang sebelum dirinya melakukan ritual di sana.
Dimas dan Ardi mengangguk, mereka berdiri sejajar melihat bagaimana proses dari Mbah Walang disana.
Akhirnya, Mbah Walang pun melakukan ritualnya, hawa dingin yang awalnya mereka rasakan secara perlahan tiba-tiba berubah menjadi hawa yang membuat mereka merinding.
Angin-angin dingin mulai terasa, suara-suara dari dedaunan yang saling bergesek di pohon bambu yang mengelilingi tempat itu membuat suara yang menyeramkan.
Bahkan, suara-suara burung hutan yang menyeramkan membuat semuanya semakin terasa mencekam.
Terlihat, Mbah Walang terlihat semakin serius, tubuhnya bergetar dengan kepalanya yang digerakan ke kiri dan ke kanan. kedua tangannya terlihat direntangkan lalu di angkat ke atas melebihi kepala, tak lama dia seperti meludah ke arah kiri dan kanan sambil kedua tangannya itu diturunkan.
Terlihat dengan jelas dari kamera yang dimas rekam, seperti ada sesuatu yang aneh di balik batu besar yang berada tepat di belakang Mbah Walang.
Sebuah bayangan hitam yang muncul secara perlahan, dengan mata merah yang menyala dia muncul dan menutupi pohon bambu yang rimbun di belakangnya.
Jujur, itu adalah sesuatu yang menakutkan untuk Dimas dan Ardi lihat. bahkan Ardi melepas headsetnya karena seperti ada suara yang membuat telinganya sakit kembali ketika bayangan besar itu datang.
Seperti mengetahui bahwa kedua orang itu tidak kuat melihat apa yang sedang dia lihat. maka Mbah Walang langsung menoleh ke belakang dan berkata kepada mereka berdua.
“Tutup mata kalian apabila kalian tidak kuat melihatnya, namun pastikan semuanya masih merekam atas apa yang terjadi sekarang!!”
Mendengar hal itu, Dimas dan Ardi langsung mengangguk, mereka langsung memejamkan matanya secara perlahan dengan posisi semua peralatan yang mereka pegang masih merekam apa yang sebenarnya terjadi disana.
Satu menit..
Dua menit..
Tiga menit..
Apa yang dilakukan Mbah Walang begitu lama, dengan hawa yang benar-benar mencekam membuat Dimas mempertanyakan kembali atas apa yang sedang terjadi disana.
“Ini kapan selesainya, lama banget.” kata Dimas yang mempertanyakan hal itu kepada Ardi yang ada di sebelahnya.
“Ga, tau, belum ada perintah dari Mbah….”
Keuukkk, keukkk, keuuukkk
Tiba-tiba, sebuah suara rintihan terdengar dengan sangat keras, bersamaan dengan darah yang mengalir secara perlahan memenuhi keduanya.
Sebuah pisau yang tajam rupanya sudah menusuk leher mereka ketika mereka memejamkan mata. Aji dan Eko yang ada di belakang mereka yang melakukan hal itu.
Pak Brata yang berdiri dengan santainya langsung berjalan mendekati mereka berdua yang tiba-tiba sekarat tanpa bisa melawan. bahkan darah yang keluar menetes ke arah peralatan mereka semua.
“Aki, aki yang menjaga desa selama ratusan tahun, aku sudah memberi dua persembahan atas apa yang aku inginkan, tinggal aku memberi beberapa lagi yang sekarang masih terjebak di desa dengan para mayat yang terbangun disana”
“Jadi, aku ingin meminta sesuatu ki, sesuatu yang bisa membuat bisnisku lebih lancar dan lebih sukses dari sebelumnya.”
Pak Brata terlihat dengan santainya berjalan mendekati Mbah Walang yang duduk dibawah batu dan berbicara dengan bayangan hitam yang muncul dengan matanya yang merah, dan ketika Pak Brata berkata seperti itu.
Tiba-tiba bayangan itu berkata dengan nadanya yang membuat siapapun akan merinding dibuatnya.
“Jadi maneh anu nyieun mayit di ditu hudang. (Jadi kamu yang bikin mayat disana bangun.”)
“HAHAHAHA, HAHAHAHA”
“Nepi ka kituna jelema nu hayang beunghar, nepi ka nyieun mayit anu kuduna hudang isuk jadi peuting ayeuna mah maraneh bisa numbalkeun jelema anu maneh bawa. (Sampai segitunya manusia yang ingin kaya, sampai membuat mayat yang seharusnya bangun besok menjadi malam sekarang supaya kalian bisa menumbalkan manusia yang kamu bawa.”)
Pak Brata hanya mengangguk sambil sedikit menunduk, kemudian bayangan itu kembali tertawa.
“HAHAHAHA, HAHAHAHA.”
“tinggal, sababaraha jelema deui anu kudu dibere ka urang, batas maneh nepi isuk-isuk, maneh kudu neangan eta jelema di tengah-tengah mayit anu hudang anu bakal ngincer maraneh anu hirup. (tinggal beberapa manusia lagi yang harus diberikan kepadaku, batasmu sampai pagi. kamu harus mencari manusia di tengah-tengah mayat yang bangun dan mengincar kalian yang masih hidup.)”
“Soalna lamun henteu, maraneh moal bisa kaluar ti tempat ieu. (soalnya kalau tidak, kalian tidak akan bisa keluar dari tempat ini.)”
jenggalasunyi dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Kutip
Balas
Tutup