- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bung Hatta Keras Mengecam Miss Universe
TS
dragonroar
Bung Hatta Keras Mengecam Miss Universe
Bung Hatta Keras Mengecam Miss Universe
09 Aug 2023, 05:00 WIB
Menurut Bung Hatta, tak pantas perempuan diperlombakan bentuk fisiknya.
Bukan kali ini saja perhelatan kontes kecantikan yang dikenal dengan nama Miss Universe memunculkan polemik. Sejak lama, kontes yang mempertontonkan lekuk tubuh perempuan dan menghadap-hadapkan mereka bersaing satu sama lain telah dikecam.
Harian Republika edisi 29 Mei 1996 mencatat, kegiatan kontes ratu-ratuan di Indonesia dimulai pada 1967. Wakil Indonesia pertama di pentas luar negeri adalah Miss Indonesia 1969 Irma Hardisurya. Ia berhasil menyabet predikat Miss Friendship Asia 1970. Sedangkan gadis Indonesia pertama yang terjun di pentas Miss Universe adalah Lydia Arlini Wahab pada 1974.
Sejak itulah mulai timbul reaksi menentang adanya kontes dan pengiriman ratu-ratuan Indonesia. Kala itu sampai Mohammad Hatta sang proklamator pun ikut mengecam, "Manusia diperlombakan seperti ternak saja."
Mulai 1975 sebutan Miss Indonesia berubah menjadi Putri Indonesia. Artis Titie Dwi Jayati pada 1983 menjadi Putri Indonesia yang mengikuti Miss World dan dan memunculkan pro kontra cukup ramai. Pada 1993 Indira Sudiro batal dikirim karena muncul banyak kritikan. Tapi pada 1995, Yayasan Puteri Indonesia (YPI), penyelenggara acara Puteri Indonesia yang disponsori PT Mustika Ratu Tbk, sukses -- tanpa menimbulkan keributan -- mengirim Susanty Manuhutu ke arena Miss Universe.
Manusia diperlombakan seperti ternak saja.
Proklamator Mohammad Hatta
Kehebohan kemudian muncul kembali saat Alya Rohali, pemenang Puteri Indonesia pada 1996, dikirimkan ke ajang Miss Universe di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 1996. Pihak YPI berdalih bahwa kedatangan Alya Rohali hanya sebagai peninjau.
Namun kecaman kala itu malah lebih keras dari sebelum-sebelumnya. Ada kemungkinan reaksi itu muncul karena terpampangnya foto Alya dalam pakaian renang dengan selempang 'Indonesia' di dada pada sejumlah media massa dalam negeri.
Perlu dicatat, Alya Rohali yang juga pemenang None Betawi 1994 tersebut kini tak lagi menggeluti dunia permodelan dan telah berhijab. Sedangkan YPI sejak awal 2023 ini tak lagi memegang lisensi Miss Universe Organization di Indonesia.
Foto tersebut yang kemudian membuat berang Menteri Urusan Pemberdayaan Wanita, Ny Mien Soegandhi. “Lha katanya cuma peninjau, mengapa mesti tampil begitu? Itu kan namanya membohongi. Wong katanya peninjau kok akhirnya jadi peserta,'' kata Ny Mien kepada wartawan setelah melihat foto tersebut.
Dengan nada tinggi Mien kemudian menyatakan akan menghentikan pengiriman putri Indonesia ke kontes ratu-ratuan tingkat dunia. ''Masak wanita kok diukur-ukur seperti hewan saja,'' tambahnya lagi. Seperti yang jadi viral saat ini, kala itu persoalan body checking.
Yang lebih membuat sedih Mien, peristiwa tersebut terjadi saat suasana hati bangsa Indonesia sedang berduka, karena meninggalnya Ibu Tien Soeharto. Ibu Negara memang termasuk yang tidak setuju dengan adanya kontes ratu-ratuan yang disertai pamer bentuk tubuh yang seharusnya disembunyikan.
Presiden Soeharto juga meradang dengan isu tersebut. Ia kemudian menegaskan tidak boleh ada lagi kontes ratu-ratuan di dalam negeri sampai ada keputusan yang lebih jelas. Presiden juga meminta jangan ada lagi pengiriman ratu Indonesia ke luar negeri -- baik sebagai peninjau apalagi peserta aktif dalam kontes Miss Universe.
Keputusan itu disampaikan Mien Sugandhi kepada wartawan seusai melapor kepada Presiden di Istana Merdeka, pada 28 Mei 1996. Menurut Mien, ia melaporkan keikutsertaan Alya Rohali dalam kontes Miss Universe belum lama ini dengan seluruh latar belakang persoalannya.
Presiden, tambah Mien, pada 24 Mei 1996 juga sudah menerima laporan serupa dari Menko Kesra tentang hasil Rakor Kesra 21 Mei 1996. Keputusan lain Presiden: pada masa mendatang 'Ratu Sejagad' terpilih tidak perlu diundang lagi ke Indonesia seperti yang selama ini dilakukan. ''Tidak mengundang, tidak menerima. Kita tidak menerima Miss Universe ke sini. Ngapain!?'' kata Mien.
Tidak mengundang, tidak menerima. Kita tidak menerima Miss Universe ke sini. Ngapain!?
Menteri Urusan Pemberdayaan Wanita, Mien Sugandhi
Presiden, lanjut Mien, menilai kontes "miss-missan atau ratu-ratuan" tidak sesuai dengan nilai budaya bangsa Timur, terutama bangsa Indonesia. Dengan demikian, maka seluruh kegiatan semacam itu akan dihentikan. ''Tidak ada tawar-menawar. Tidak ada bargaining. Pokoknya tidak boleh ikut-ikutan. Wong itu bukan alam kita kok. Kan mereka alam Barat, apa yang dilaksanakan mereka belum tentu sesuai dengan negara kita. Di negara kita belum tentu juga sesuai di negara Barat,'' kata Mien berapi-api.
Presiden, kata Ny Mien, meminta agar persoalan ratu-ratuan itu dikaji kembali dan dibicarakan dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan, termasuk Kowani yang membawahi 75 organisasi. Termasuk juga Komisi VIII DPR RI. "Kepinginnya itu kayak apa sih pemilihan ratu-ratuan atau putri-putrian di Indonesia ini," kata Presiden seperti dikutip Mien.
Hanya saja, kata Mien, Presiden masih sempat menyebut ada kontes yang bagus atau yang ala Indonesia seperti Abang-None Jakarta, Putri Wawasan Pendidikan, Putri Kampus, dan sebagainya. ''Itu pun harus dilontarkan kepada masyarakat luas,'' kata Presiden. ''Tapi jelas ke luar negeri dilarang keras,'' ujar Mien.
Pengiriman Miss Indonesia, menurut YPI, adalah untuk wahana promosi budaya dan pariwisata. Tapi alasan itu kemudian ditepis oleh kalangan pariwisata Indonesia, termasuk Menparpostel Joop Ave, kalan itu. Menurut Joop, pihaknya tidak akan memanfaatkan ratu-ratuan untuk promosi pariwisata nasional. Kontes semacam itu tak cukup efektif sebagai ajang promosi. Ia mencontohkan Venezuela. Negara itu berulang kali wakilnya menjadi 'Ratu Sejagad', tapi dampaknya terhadap pariwisata negerinya tak ada.
https://www.republika.id/posts/44058...-miss-universe
09 Aug 2023, 05:00 WIB
Menurut Bung Hatta, tak pantas perempuan diperlombakan bentuk fisiknya.
Bukan kali ini saja perhelatan kontes kecantikan yang dikenal dengan nama Miss Universe memunculkan polemik. Sejak lama, kontes yang mempertontonkan lekuk tubuh perempuan dan menghadap-hadapkan mereka bersaing satu sama lain telah dikecam.
Harian Republika edisi 29 Mei 1996 mencatat, kegiatan kontes ratu-ratuan di Indonesia dimulai pada 1967. Wakil Indonesia pertama di pentas luar negeri adalah Miss Indonesia 1969 Irma Hardisurya. Ia berhasil menyabet predikat Miss Friendship Asia 1970. Sedangkan gadis Indonesia pertama yang terjun di pentas Miss Universe adalah Lydia Arlini Wahab pada 1974.
Sejak itulah mulai timbul reaksi menentang adanya kontes dan pengiriman ratu-ratuan Indonesia. Kala itu sampai Mohammad Hatta sang proklamator pun ikut mengecam, "Manusia diperlombakan seperti ternak saja."
Mulai 1975 sebutan Miss Indonesia berubah menjadi Putri Indonesia. Artis Titie Dwi Jayati pada 1983 menjadi Putri Indonesia yang mengikuti Miss World dan dan memunculkan pro kontra cukup ramai. Pada 1993 Indira Sudiro batal dikirim karena muncul banyak kritikan. Tapi pada 1995, Yayasan Puteri Indonesia (YPI), penyelenggara acara Puteri Indonesia yang disponsori PT Mustika Ratu Tbk, sukses -- tanpa menimbulkan keributan -- mengirim Susanty Manuhutu ke arena Miss Universe.
Manusia diperlombakan seperti ternak saja.
Proklamator Mohammad Hatta
Kehebohan kemudian muncul kembali saat Alya Rohali, pemenang Puteri Indonesia pada 1996, dikirimkan ke ajang Miss Universe di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 1996. Pihak YPI berdalih bahwa kedatangan Alya Rohali hanya sebagai peninjau.
Namun kecaman kala itu malah lebih keras dari sebelum-sebelumnya. Ada kemungkinan reaksi itu muncul karena terpampangnya foto Alya dalam pakaian renang dengan selempang 'Indonesia' di dada pada sejumlah media massa dalam negeri.
Perlu dicatat, Alya Rohali yang juga pemenang None Betawi 1994 tersebut kini tak lagi menggeluti dunia permodelan dan telah berhijab. Sedangkan YPI sejak awal 2023 ini tak lagi memegang lisensi Miss Universe Organization di Indonesia.
Foto tersebut yang kemudian membuat berang Menteri Urusan Pemberdayaan Wanita, Ny Mien Soegandhi. “Lha katanya cuma peninjau, mengapa mesti tampil begitu? Itu kan namanya membohongi. Wong katanya peninjau kok akhirnya jadi peserta,'' kata Ny Mien kepada wartawan setelah melihat foto tersebut.
Dengan nada tinggi Mien kemudian menyatakan akan menghentikan pengiriman putri Indonesia ke kontes ratu-ratuan tingkat dunia. ''Masak wanita kok diukur-ukur seperti hewan saja,'' tambahnya lagi. Seperti yang jadi viral saat ini, kala itu persoalan body checking.
Yang lebih membuat sedih Mien, peristiwa tersebut terjadi saat suasana hati bangsa Indonesia sedang berduka, karena meninggalnya Ibu Tien Soeharto. Ibu Negara memang termasuk yang tidak setuju dengan adanya kontes ratu-ratuan yang disertai pamer bentuk tubuh yang seharusnya disembunyikan.
Presiden Soeharto juga meradang dengan isu tersebut. Ia kemudian menegaskan tidak boleh ada lagi kontes ratu-ratuan di dalam negeri sampai ada keputusan yang lebih jelas. Presiden juga meminta jangan ada lagi pengiriman ratu Indonesia ke luar negeri -- baik sebagai peninjau apalagi peserta aktif dalam kontes Miss Universe.
Keputusan itu disampaikan Mien Sugandhi kepada wartawan seusai melapor kepada Presiden di Istana Merdeka, pada 28 Mei 1996. Menurut Mien, ia melaporkan keikutsertaan Alya Rohali dalam kontes Miss Universe belum lama ini dengan seluruh latar belakang persoalannya.
Presiden, tambah Mien, pada 24 Mei 1996 juga sudah menerima laporan serupa dari Menko Kesra tentang hasil Rakor Kesra 21 Mei 1996. Keputusan lain Presiden: pada masa mendatang 'Ratu Sejagad' terpilih tidak perlu diundang lagi ke Indonesia seperti yang selama ini dilakukan. ''Tidak mengundang, tidak menerima. Kita tidak menerima Miss Universe ke sini. Ngapain!?'' kata Mien.
Tidak mengundang, tidak menerima. Kita tidak menerima Miss Universe ke sini. Ngapain!?
Menteri Urusan Pemberdayaan Wanita, Mien Sugandhi
Presiden, lanjut Mien, menilai kontes "miss-missan atau ratu-ratuan" tidak sesuai dengan nilai budaya bangsa Timur, terutama bangsa Indonesia. Dengan demikian, maka seluruh kegiatan semacam itu akan dihentikan. ''Tidak ada tawar-menawar. Tidak ada bargaining. Pokoknya tidak boleh ikut-ikutan. Wong itu bukan alam kita kok. Kan mereka alam Barat, apa yang dilaksanakan mereka belum tentu sesuai dengan negara kita. Di negara kita belum tentu juga sesuai di negara Barat,'' kata Mien berapi-api.
Presiden, kata Ny Mien, meminta agar persoalan ratu-ratuan itu dikaji kembali dan dibicarakan dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan, termasuk Kowani yang membawahi 75 organisasi. Termasuk juga Komisi VIII DPR RI. "Kepinginnya itu kayak apa sih pemilihan ratu-ratuan atau putri-putrian di Indonesia ini," kata Presiden seperti dikutip Mien.
Hanya saja, kata Mien, Presiden masih sempat menyebut ada kontes yang bagus atau yang ala Indonesia seperti Abang-None Jakarta, Putri Wawasan Pendidikan, Putri Kampus, dan sebagainya. ''Itu pun harus dilontarkan kepada masyarakat luas,'' kata Presiden. ''Tapi jelas ke luar negeri dilarang keras,'' ujar Mien.
Pengiriman Miss Indonesia, menurut YPI, adalah untuk wahana promosi budaya dan pariwisata. Tapi alasan itu kemudian ditepis oleh kalangan pariwisata Indonesia, termasuk Menparpostel Joop Ave, kalan itu. Menurut Joop, pihaknya tidak akan memanfaatkan ratu-ratuan untuk promosi pariwisata nasional. Kontes semacam itu tak cukup efektif sebagai ajang promosi. Ia mencontohkan Venezuela. Negara itu berulang kali wakilnya menjadi 'Ratu Sejagad', tapi dampaknya terhadap pariwisata negerinya tak ada.
https://www.republika.id/posts/44058...-miss-universe
Diubah oleh dragonroar 12-08-2023 07:57
nomorelies memberi reputasi
1
638
19
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
haerins
#4
hatta ini memang golongan kanan
mau nya negara syariah
mau nya negara syariah
0
Tutup