Chapter 173
Quote:
Suatu malam yang indah, dipenuhi oleh bintang-bintang yang bersembunyi dari gemerlap cahaya indah dari kota Surban. Tim 11 sudah melakukan patroli, keindahan kota yang harus dipenuhi oleh rentetan kejadian monster yang mengamuk yang sudah terjadi beberapa minggu kebelakang tanpa ada penyebab yang pasti.
Selain patroli pembersihan biasa, orang-orang di tim 11 juga selalu waspada penuh akan ancaman yang lebih besar di banding monster-monster kumbang berwarna coklat ataupun hijau itu. Yaitu seseorang dari Royal Clan, lebih tepatnya Golden Clan yang bernama Troy. Sejauh ini sudah ada beberapa kapten yang menjadi korbannya, dimulai dari kapten tim 8 dan yang terbaru adalah kapten Gavin dari tim 10.
“Bagaimana situasi di sana?” tanya sang kapten kepada timnya yang sedang berpencar menjadi beberapa kelompok kecil.
“Situasi terkendali, kami sudah memusnahkan dua monster yang mengamuk. Kelompok lainnya juga sudah melakukan hal yang sama kapten,” ucap salah satu anggota tim 10.
“Belum ada sesuatu yang janggal kah?” yang di maksud sang kapten adalah tentang Troy, namun anggotanya belum melihat atau merasakan sesuatu yang janggal itu. “baiklah, kuinginkan kalian selalu waspada.
Kapten tim 11 bernama Kylian Southway, pria berusia 35 tahun dengan badan tegap yang memiliki rambut klimis panjang sebahu. Jika sedang melaksanakan tugas, rambutnya itu di ikat agar tidak menghalangi pandangan sebagai seorang sniper. Ketika kapten tim lain begitu senang dengan spesifikasi baju tempur terbaru karena bisa membuat suatu benda apapun yang sudah diprogramkan. Inovasi ini malahan sama sekali tidak memberikan keuntungan bagi kapten Kylian.
Ia masih harus membawa senjatanya sendiri, yang sudah dimodifikasi lanjutan tentunya, yang diberi nama ‘Super Sniper Rifle’ atau yang biasa disingkat SSR. Hal yang berbeda dari senapan barunya ini adalah tentang jarak yang bisa ditempuh oleh peluru khusus yang ditembakan, yaitu menyentuh angka 7 kilometer. Untuk memudahkan jalur tembakan, kapten Kylian meminta beberapa drone pemantul yang beroperasi untuk membuka jalur tembak. Benda terbang tersebut dilengkapi dengan sistem kamuflase sehingga tidak terlihat oleh mata biasa.
Sebuah atap gedung yang tinggi menjadi tempat persembunyiannya. Berupa tenda khusus yang sudah dilapisi juga dengan sistem kamuflase sehingga sulit dideteksi keberadaannya. Hanya ada sebuah lubang kecil yang berfungsi sebagai jalur pelurunya. Kapten Kylian dapat membantu anggotanya dari jauh melalui sensor dalam pakaian tempur yang dikenakan oleh anggotanya. Bisa juga melalui sinyal SOS yang dikirimkan jika terjadi keadaan yang begitu mendesak. Lalu senapannya itu akan membacanya dan mengubahya menjadi jalur tembak. Disinilah peran drone sangatlah penting untuk membelokan peluru khususnya itu.
“Hm, mereka sudah berlatih sejauh ini. Nampaknya malam ini akan sama dengan malam-malam sebelumnya,” ucap kapten Kylian. “jarak dari wilayah kapten Gavin dengan wilayahku ini tidaklah begitu jauh, harusnya Troy sudah sampai. Tapi belum ada pergerakan darinya, apa yang direncanakan olehnya?” kapten Kylian yang berbicara sendiri itu tanpa sadar masih menyalakan mikrofonnya.
“Tidak usah terlalu dipikirkan, kapanpun pembuat onar itu datang kami akan selalu siap!” ucap anggotanya.
“Eh? terlalu mikrofonku masih menyala. Maaf jika kalian harus mendengar keluh kesah ku barusan,” ucap kapten Kylian.
Malam semakin larut, pembersihan di wilayah 11 juga sudah mendekati tahap akhir karena sensor yang mendeteksi keberadaan monster Beaters sudah tidak berbunyi dalam beberapa menit terakhir. Itu waktunya anggota tim 11 bisa kembali pulang untuk beristirahat. Seperti yang dilakukan kelompok kecil dari tim 11 yang nampaknya ingin menonaktifkan pakaian tempurnya.
“Wuh, malam ini kita sudah menghabisi berapa? sepuluh?” tanya salah satu anggota.
“Entahlah, mereka semakin banyak saja. Benarkan nona manis?” anggota yang satu ini malah mencoba merayu rekannya sesama tim.
Seseorang berjalan dengan santai terlihat mendekati tim yang ingin menyelesaikan patroli malamnya itu. Meskipun keadaan tampak seperti aman terkendali, tetapi tetap saja keberadaan sipil pada jam malam yang sangat rawan sangat tidak dianjurkan, apalagi dalam kondisi sendirian tanpa ada yang menemani.
“Maaf, bisakah kau pulang segera? daerah ini belum seratus persen aman,” pinta seorang anggota dari tim 11.
“Berbicaralah lebih keras, sepertinya orang itu tidak mendengarnya dengan jelas,” ucap rekannya itu.
“Hei! per--,” sebuah pisau berwarna emas menyala menusuk lehernya tiba-tiba hingga menembus kulitnya yang tertutup lapin pertama pakaian tempurnya.
Kedua rekannya yang berdiri di luar pun terkejut bukan main, serangan yang tiba-tiba dengan karakteristik yang sering dibicarakan akhir-akhir ini. Seseorang tersebut telah datang ke wilayah mereka, Troy sang Golden Beaters akan berburu di malam ini.
“Berikan sinyal SOS kepada kapten Kylian!” pinta seorang anggota perempuan kepada anggota yang berada di mobil hitam SUV.
“Baiklah!” sinyal SOS pun sudah dikirim langsung kepada kapten Kylian. Setelahnya anggota itu turun dari mobil untuk membantu rekannya sesama anggota BASS tim 11.
Di tempat berbeda, kapten Kylian pun dengan segera mendapatkan sinyal SOS yang dikirimkan oleh anggotanya barusan. Sinyal tersebut diubah menjadi sebuah data, berupa titik koordinat pengirim sinyal dan jalur tembak kapten Kylian pun muncul.
“Status!” ucap kapten Kylian, ingin mengetahui bagaimana keadaan anggotanya di lapangan.
“Satu anggota terjatuh, tertusuk dillehernya! Kini sudah diamankan ke dalam mobil!” jawab anggotanya itu.
“Cih!” jemarinya menarik pelatuk, pelurunya meluncurkan menimbulkan suara yang tidak bising.