Chapter 172
Quote:
Berita mengenai pertempuran kapten Gavin dengan Troy tersebar dengan sangat cepat. Beberapa data penting yang dikumpulkan juga sudah disebar kepada keseluruhan tim yang ada di kota Surban, tetapi orang-orang dari Silver Clan masih belum bertindak, padahal ada seseorang yang ingin sekali menghentikan Troy sebelum bertindak yang lebih jauh lagi.
Djohan sedang membeli beberapa bekal makanan di pasar lokal terdekat, hingga ada seseorang yang berpakaian serba tertutup menghampirinya, lalu mulai membisikan sesuatu padanya. Djohan hanya sedikit mengangguk, lalu ketika seseorang yang serba tertutup itu pergi, Djohan mengikuti dari belakang. Mereka berdua berjalan menuju suatu tempat yang sepi, ada tempat duduk di sana, suasana pagi yang dingin membuat keadaannya tampak sunyi.
“Kenapa harus sembunyi-sembunyi seperti ini?” tanya Djohan kepada seseorang yang duduk disebelahnya itu.
“Mau bagaimana lagi, situasinya sedang kacau sekarang,” seseorang itu membuka pakaian yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, dari sana yang muncul adalah kapten Julian. “harusnya aku tidak boleh memberikan informasi ini kepadamu, tapi kenyataannya kami memang kewalahan melawan Troy,” pembicaraan mulai serius saat kapten Julian mengucapkan nama itu.
“Belum ada kapten yang mampu menghentikannya?” tanya Djohan yang jauh lebih tenang.
“Ya, terakhir yang menjadi korban adalah kapten Gavin. Lukanya sangat parah hingga belum sadarkan diri sampai sekarang. Namun rekanku di tim 11 belum melaporkan adanya kemunculan Troy, mungkin kapten Gavin bisa membuatnya harus menepi sejenak” wajah kapten Julian menjadi murung.
Diawal-awal kemunculan Troy, memang Djohan dipenuhi hasrat untuk menghentikannya, sebelum jatuhnya banyak korban. Namun setelah diceramahi oleh tuan Stam sebagai kepala dari Silver Clan, Djohan harus menurutinya. Apalagi status kelompok mereka dengan BASS sudah kosong, alias tidak ada jalinan kerja sama lagi di bidang apapun.
“Sebagai seorang kapten di kelompok khusus seperti BASS harusnya aku malu tuk mengatakan ini, tapi….,” kapten Julian sedikit ragu untuk mengatakannya. “jika ada kesempatan, satu kesempatan itu. Aku ingin kalian membantu kami untuk menghentikan Troy.”
“Aku dengan senang hati ingin sekali membantu, tetapi aku tidak mungkin bertindak tanpa seiizin dari tuan Stam, setelah semua yang kulakukan selama ini,” Djohan menghela nafas.
Kapten Julian beranjak dari tempat duduknya, senyum tipis memancar dari wajahnya. Sebelum pergi meninggalkan Djohan, kapten Julian sempat menepuk pundaknya. Sementara itu Djohan dengan belanjaan yang berdiri tegak disampingnya menikmati angin pagi yang berhembus dingin. Pikirannya kembali bercabang, setelah mendengar permintaan tulus dari seorang teman.
Djohan pulang kembali ke Wilson Café dengan perasaan yang tidak menentu, setelah membuka pintunya, Solo yang menunggu sedari tadi memandanginya.
“Ada apa? tumben belanjanya sedikit lama,” tanya Solo.
“Hm, sedang ada diskon tadi. Jadinya warga saling berebut,” ucap Djohan sambil tertawa canggung.
“Ada diskon atau ada seorang kapten dari BASS yang mencoba mensabotase?” Lio yang tiba-tiba muncul dari dalam dapur.
“Mensabotase? maksudnya?” Solo mengalihkan pandangannya kepada Lio.
“Tanyakan sendiri padanya,” Lio kembali memasuki area dapur.
“Hm, itu…,” sambil menahan rasa kesal pada Lio, Djohan duduk di salah satu bangku kosong lalu menceritakan apa yang terjadi sebenarnya.
Solo mendengarkannya dengan seksama, saat nama kapten Julian disebut, emosinya mulai naik dengan sendirinya tanpa disuruh. Menurutnya sudah jelas bahwa tuan Stam telah mengambil sikap untuk tidak mencampuri urusan Troy yang sedang membuat ulah. Silver Clan akan bergerak jika Troy berencana untuk mengusik kedamaian hidup mereka.
Sementara itu Gonzalo ikut mendengarkan dari meja bar, di satu sisi dirinya mencoba memahami perasaan Djohan yang berniat membantu sesama teman, namun di satu sisi Gonzalo juga harus menghormati keputusan pimpinan yang telah diambil.
“Semua sudah diputuskan, tapi hal itu tidak bersifat absolut,” ucap Gonzalo. “pada kemungkinan terkecil pun, hal masih bisa berubah.”
“Hah?! maksudmu apa?” Solo tidak terima dengan sikap Gonzalo yang seakan-akan mengatakan bahwa tuan Stam mungkin mengizinkan anggotanya membantu BASS untuk melawan Troy.
“Maksudku, hal ini tidak bisa terus dibiarkan. Memang korban jiwa yang ditimbulkan tidak semasif saat Beaters percobaan itu memporak-porandakan wilayah perbelanjaan beberapa waktu lalu.”
“Lalu apa fungsinya organisasi si sampah Julian itu jika mengurus satu Beaters saja tidak mampu?” Solo terus berkata dengan nada tinggi.
Keadaan pun semakin runyam, sementara beberapa saat lagi café akan segera dibuka. Djohan menyudahinya dengan meminta dengan sopan kepada kedua seniornya itu untuk berhenti dan mulai fokus pada pekerjaan masing-masing.
“Cobalah berbicara empat mata dengan tuan Stam, beliau selalu terbuka kepada anggotanya,” tutup Gonzalo yang malah membuat Solo semakin kesal.
“Jangan kau coba-coba! sudah kuperingatkan!” Solo menunjuk tepat di depan wajah Djohan dengan telunjuknya.
“Hehe, baiklah….,” mata Djohan melirik ke lorong tempat jalan menuju ruangan tuan Stam, timbul keinginan untuk membicarakan lagi dengan pimpinannya itu.